Belum juga aku memasukkan suapan pertama bubur ayam ini, Papi sudah masuk ke dalam kamar dan berdiri di hadapanku sambil bersedekap. Tatapan matanya tajam, lurus ke dalam dua bola mataku, seakan siap menusukku hingga menembus otak.
"Kamu masih ingat Ilham Arsyadi?"
Keningku mengerut. Sambil meletakkan sendok kembali ke dalam mangkuk, aku balik bertanya, "Siapa?"
"Anak tunggal Pak Syukur."
Jawaban Papi membuat keningku makin mengerut. "Mendiang Pak Syukur, sopir Papi yang dulu?" Setelah Papi mengangguk, aku kembali bertanya, "Memangnya kenapa? Aku bahkan lupa siapa nama anaknya, cuman ingat kalau Pak Syukur punya anak cowok yang katanya dua tahun lebih tua dariku."
Papi meluruskan kedua lengannya, lalu berjalan mendekat padaku. "Bulan depan kamu akan nikah sama dia."
"What? Papi bercanda, ya?" Nadaku meninggi.
"Tidak. Papi serius. Ilham sudah setuju menikahimu--"
"Tapi, baru kemarin aku menjalani kuretase dan Hito baru meninggal--"
"Persetan dengan janin busuk dan ayahnya itu! Kamu hampir saja menjatuhkan nama baik Papi, yang udah Papi siapkan dalam waktu lama dan tidak mudah demi Pilkada tahun depan, gara-gara hamil dengan bajingan sampah itu, Sila!"
Bersamaan dengan suara menggelegarnya itu, Papi menendang kursi di dekat kasur, yang membuatku spontan menutup mulut dengan tangan. Lalu, Papi mendekat dan menjambak rambutku dengan kasar, membuatku mendongak secara paksa padanya sambil menjerit kesakitan.
"Papi rawat kamu karena ibumu, si jalang itu, sudah muak denganmu. Sampai sini kamu paham kan, kenapa Papi minta kamu nurut dan jangan pernah lagi mencoba mempermalukan Papi?" Papi melepaskan tangannya dari rambutku, sementara aku sendiri sudah tak dapat menahan air mata, dan pipiku basah karena cairan itu sudah jatuh dengan tanpa permisi.
"Kamu akan hidup tenang karena Ilham bakal bawa kamu ke Jepang. Hiduplah dengan baik di sana, nurut sama Ilham, tidak usah membuat masalah atau muncul di permukaan lagi!" Papi diam sejenak, lalu melanjutkan, "Tidak pernah ada cerita tentang Naysila Rachel Efendi yang pernah hamil dengan lelaki sebatang kara sampah yang tak jelas asal-usulnya itu. Semuanya hanya gosip. Gosip!"
Papi kemudian menarik daguku dengan kasar, membuat air mataku lebih deras mengalir. "Karena Sila hanya mencintai Ilham, begitupun sebaliknya. Dan itulah alasan kalian menikah nantinya." Dia menggeram sambil mendekatkan wajahnya padaku.
Lalu, ayahku itu segera keluar dari kamar dengan langkah panjang, setelah melepaskan tangannya dengan kasar dari daguku. Dia meninggalkanku sambil membanting pintu.
Kedua tanganku gemetar, keringat dingin juga mulai membanjir di tubuhku. Saat menatap bubur di dalam mangkuk, tiba-tiba saja aku ingin muntah. Kepalaku seperti dihantam oleh palu besar dan jantungku berdegup kencang.
"Setan kalian semua!" teriakku histeris, sambil membanting mangkuk. Membuatnya pecah berkeping-keping dan buburnya menyebar mengotori lantai.
===
Gimana? Masih mau lanjut baca? ^^
Jangan lupa buat kasih dukungan kalian dengan tekan vote atau tinggalin komen, ya :)
Don't be a silent reader while you enjoying this story.
Hehehehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Autumn [Completed]
Romance© Sofi Sugito (2022) ====== 📃 Cerita Pilihan Bulan Januari 2023 - WattpadRomanceID kategori Bittersweet of Marriage 🔞 18+! Karena banyak konten sensitif yang sepertinya tidak cocok dibaca oleh pembaca di bawah umur. ====== Pernah tersesat dalam...