Setelah mengeluarkan--mungkin--hampir seluruh isi perut, aku berjalan dengan sedikit sempoyongan, sambil berpegangan pada dinding, dari kamar mandi menuju kamar. Ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga di unit mansion ini sudah gelap sejak aku datang.
Ilham sendiri tak seperti biasanya yang selalu duduk atau tidur di sofa. Dia masih berkutat di sebuah ruangan--yang sebenarnya adalah semacam space kosong antara dapur dan tempat laundry--yang sejak dia masuk kuliah berubah menjadi tempat kerja keduanya, setelah sofa di ruang tamu.
Masa bodoh. Aku terlalu pusing untuk sekadar menerka-nerka apa yang sedang dilakukan Ilham di ruangan itu. Sepertinya aku terlalu banyak minum saat di diskotek tadi. Aku bertingkah liar di dance floor, menghabiskan lebih dari sepuluh gelas minuman beralkohol, dan bergelayut dengan santainya di lengan Dereck.
Setelah sampai kamar, segera kututup pintu tanpa menguncinya, kemudian kurebahkan tubuh ini ke atas kasur dengan perlahan. Kulirik jendela kamar yang sudah tertutup gorden. Pasti Ilham yang menutupnya. Senyum kecut mengembang di wajahku. Sepraiku yang baru dan harum pewangi beraroma mawar ini menandakan bahwa suamiku tersebut pasti membersihkan kamar ini saat aku keluar tadi. Tepatnya sepulang dia dari kampus.
Yah, aku tak tahu apa motifnya melakukan itu. Namun, aku yakin itu pasti bukan suatu hal yang spesial, karena Ilham yang kukenal memang seorang pecinta kebersihan. Dia tak pernah menyuruhku membersihkan unit ini atau bahkan kamar kami, meski pernah sekali saja minta tolong padaku untuk membantunya membereskan dapur setelah dia memasak sarapan dan bergegas pergi ke kampus.
Benar, Ilham selalu melakukannya sendiri. Hampir semua. Pekerjaan rumah, mencari uang, begitulah … seolah-olah aku hanya pajangan. Tak ada tugas istri yang kata orang menyiapkan makanan, membereskan isi rumah, mengatur keuangan keluarga, apalagi mengurus anak dan menjadi "rumah" bagi suaminya setelah lelah mencari nafkah di luar sana.
Aku istrinya, tetapi aku merasa bahwa statusku sebenarnya saat ini hanyalah sebagai parasit yang menumpang hidup padanya, sambil menunggu kapan dia sadar bahwa parasit ini harus segera dibuang jauh-jauh.
Saat mataku hampir terpejam sepenuhnya, kudengar suara pintu kamar dibuka. Tidak, aku tak mau membuka mata. Aku mau pura-pura tidur dan mencari tahu apa yang akan Ilham lakukan dengan begitu berani masuk ke kamar ini, padahal dia tahu bahwa aku pulang dalam keadaan setengah mabuk setelah beberapa hari ini terlibat perang dingin dengannya.
Beberapa detik tak kudengar suara apa pun. Mataku masih kubiarkan terpejam, seperti orang yang sedang tertidur lelap. Sampai akhirnya kurasakan Ilham mendudukkan dirinya di kasur, dekat dengan tangan kananku.
"Aku tau kamu belum tidur," katanya pelan. Namun, itu tak membuatku membuka mata. Coba lihat, apa yang akan dikatakannya nanti.
"Maafin aku, Sil. Aku belum bisa jadi suami yang baik. Aku masih terus meraba sebenarnya apa yang perlu aku lakukan untukmu, bagaimana cara mendidikmu agar menjadi lebih baik, dan memperbaiki komunikasi kita."
Kudengar helaan napas Ilham, sebelum dia kembali berkata, "Aku masih egois juga. Kadang kalau kamu marah, memakiku, kasar padaku, itu membuatku emosi dan mengalahkan keinginanku untuk mencoba mendekatimu. Justru aku menjauh, dan aku yakin itu membuatmu kesal--"
"Kalau kamu tau aku emosi karena kamu yang enggak mau mencoba mendekatiku pas aku ngambek, marah, sedih, dan kesal, kenapa kamu justru membiarkan tingkahmu yang seperti itu, Ham?" Akhirnya aku membuka mata dan langsung berkata dengan nada tinggi padanya.
Ilham menatapku dengan sedih. Di dalam keremangan kamar yang hanya diterangi lampu duduk berwarna kuning ini, aku bisa melihat wajah lelahnya yang tiba-tiba saja mengalirkan rasa iba dalam hatiku. Sakit juga rasanya, saat menatap Ilham dalam keadaan seperti itu. Penyesalan kemudian datang padaku, dan memaksaku untuk mengutuk diri sendiri dalam hati, bahwa aku sudah menjadi istri bodoh yang membuat suamiku sendiri dalam keadaan menyedihkan seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Autumn [Completed]
Romance© Sofi Sugito (2022) ====== 📃 Cerita Pilihan Bulan Januari 2023 - WattpadRomanceID kategori Bittersweet of Marriage 🔞 18+! Karena banyak konten sensitif yang sepertinya tidak cocok dibaca oleh pembaca di bawah umur. ====== Pernah tersesat dalam...