17| The Past

1.3K 223 14
                                    

Selama dua hari setelah malam itu, kondisiku mulai berbeda dari biasanya. Aku mulai mengalami morning sickness, mual yang biasanya kualami hanya saat mencium bau pewangi pakaian Ilham yang sebelumnya--dan sudah kuganti pewangi jenis baru--bertambah karena lebih banyak hal lagi. Seperti saat mencium bau keringat Ilham, bau susu vanilla yang tiap pagi biasa kuminum, dan anehnya bau parfum yang sering Ilham pakai.

Tentu saja suamiku itu kebingungan. Saat dia mendekat padaku tanpa parfum, aku mual dan otomatis menghindar. Dan ketika dia mendekat memakai parfum juga sama saja. Sehingga pada akhirnya Ilham menyerah, dan memilih membuat jarak sementara waktu denganku, salah satunya dengan kembali tidur di sofa ruang tamu.

"Kamu ini sebenarnya sakit apa, Sil? Diperiksain enggak mau, tapi mual terus dan sampai muntah," kata Ilham semalam. Aku bisa menemukan raut cemas di wajahnya, saat dia menatapku dari pintu kamar, sementara aku berbaring dengan badan setengah lemas di atas kasur. "Mana enggak selera makan, padahal biasanya makan bubur kalau lagi sakit pun kamu mau," lanjutnya.

Aku tak menjawab. Meski sebenarnya ingin mengalihkan pembicaraan agar Ilham tak curiga bahwa aku seperti itu karena hamil anaknya, tetapi tenaga yang melemah membuatku menjadi malas melakukan apa pun, bahkan untuk sekadar mengeluarkan suara.

"Aku mendekat juga anehnya kamu malah mual." Ilham terdengar menghela napas panjang. "Kalau dibiarin terus, kamu bisa kena dehidrasi."

"Ntar juga pasti enakan sendiri kok kalau udah waktunya," sahutku asal.

Aku tak menyangka perkataan tersebut justru membuat Ilham kesal. "Kamu ini keterlaluan banget deh, Sil. Aku beneran khawatir, kamu malah menggampangkan. Kalau terjadi apa-apa sama kamu, kaya waktu kamu kecelakaan itu, enggak kasihan ya kamu sama aku yang kebingungan kaya orang gila?"

Spontan aku mengubah posisi berbaring menjadi duduk dan menatap Ilham yang tengah menggaruk rambutnya dengan gusar. Apa katanya tadi? Dia khawatir padaku dan merasa hampir gila saat aku dalam keadaan tidak sehat? Apa aku tak salah dengar?

"Sil, minimal aku tahu apa penyakitmu. Jadi, aku bisa langsung ambil tindakan terbaik nantinya. Please, bantu aku biar enggak jadi suami yang zalim buat kamu. Karena bagaimanapun, yang sekarang bertanggung jawab atas kamu itu aku, suami kamu."

Oh, begitu? Rasanya seperti diangkat ke atas langit, kemudian dibanting begitu saja ke tanah saat mendengar semua penuturan Ilham tadi. Aku sudah terbuai dengan dugaan dia yang khawatir karena juga mencintaiku seperti perasaanku padanya. Namun, itu semua dilakukannya karena tanggung jawab seorang suami ke istrinya. Apalagi dia tak mau melakukan hal zalim yang bisa membuat jalannya ke surga kelak menjadi tersendat.

Seharusnya memang aku senang memiliki suami seperti Ilham ini. Meskipun tak mencintaiku, dia memuliakanku selayaknya perempuan. Akan tetapi, tiap kali mengingat bahwa aku mencintainya sementara dia tidak, entah kenapa perasaan sesak karena hal tidak adil di antara kami itu selalu muncul tanpa permisi dalam diriku.

"Gimana, Sil? Kalau enggak mau kutemani, ya pas besok kamu terapi sekalian check up aja. Seenggaknya biar kita berdua tahu, kamu itu sakit apa." Ilham masih gigih terus mendorongku untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Aku tidak sakit, Ham. Ya, tentu saja. Karena ini bukan penyakit. Aku hamil anak kamu. Namun, untuk saat ini aku masih sangat ragu dan takut mengatakan hal tersebut padamu, karena jika kamu tahu nanti, aku khawatir apabila kamu meragukan siapa bapak anak ini, ataupun jika kamu memang mengakui sebagai bapaknya, justru kamu akan merasa terbebani.

Makin hari perasaanku rasanya makin tak tenang jika itu kaitannya dengan rumah tanggaku dan Ilham. Satu sisi aku masih merasa takut dan khawatir jika nanti tiba-tiba datang waktu di mana Ilham mengucap talak untukku. Dan sisi lainnya justru rasa bersalah dan rendah diriku makin besar seiring berjalannya waktu, apalagi perhatian Ilham dan kebaikan hatinya itu membuatku merasa makin tak pantas bersanding dengannya sebagai sosok istri.

The Last Autumn [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang