18| Sorrow

1.3K 241 28
                                    

Begitu membuka mata, yang kuingat pertama adalah obrolan dengan Bu Atikah sebelum Ilham menjemputku di rumah sakit tadi. Setelah menyelesaikan cerita masa lalunya, Bu Atikah memintaku untuk tidak meragukan lagi kasih sayang Allah pada hambaNya yang benar-benar tulus bertaubat.

Aku ingin lebih percaya diri memakai jilbab di depan umum dan mengenyahkan dengan kuat pikiran bahwa aku tak pantas memakai jilbab karena merupakan seorang mantan pezina. Dan aku juga ingin lebih ikhlas menerima masa laluku, karena semua sudah berlalu, dan kini saatnya aku melangkah ke depan. Ya, aku harus bisa. Bukankah di dunia ini ada banyak orang yang mungkin jauh lebih parah masa lalunya daripada aku, tetapi terus melangkah ke depan karena percaya bahwa Allah Maha Pengampun?

Lalu, aku yang mulanya masih berbaring setelah bangun dari tidur siang, mengubah posisi menjadi duduk sambil menatap gerimis di balik jendela kaca. Musim gugur akan segera berakhir, dua hari lagi pun tepat tujuh bulan aku menikah dengan Ilham. Rasanya baru kemarin aku merasa kesal dan marah, saat melihat Ilham mengucapkan "saya terima nikah dan kawinnya Naysila Rachel Efendi binti Aris Efendi" di hadapan semua orang. Dan sekarang, aku tak menyangka bahwa lelaki yang pernah kuremehkan itu justru menjadi sumber utama kekuatanku saat ini. Serta lelaki yang sangat kucintai, ayah dari janin yang tengah kukandung.

Kuelus pelan perut datarku sambil tersenyum. Tadi setelah puas menangis, aku bertanya pada Bu Atikah tentang apakah boleh seseorang menceritakan aib masa lalunya demi bisa mendapatkan nasihat kebaikan. Kemudian Bu Atikah menjawab boleh, asalkan orang tersebut dapat dipercaya dan benar-benar bisa membantu saran yang baik dan memotivasi dalam kebaikan.

Setelah mendengar jawaban itu, tanpa ragu aku menceritakan pada Bu Atikah tentang masa laluku. Hampir semuanya. Mulai dari kedua orang tuaku yang bercerai dan tak memberiku kasih sayang tulus sejak aku kecil, Papi yang memiliki banyak skandal tetapi berhasil dibungkus agar tak tercium oleh publik, perkenalanku dengan Hito sampai aku berzina dan hamil anaknya, dan kisah pernikahanku yang sempat kucoreng dengan kehadiran Dereck.

Bu Atikah tak hanya terkejut, tetapi seperti tak menyangka bahwa aku pernah memiliki masa lalu seperti itu. Aku pun menjelaskan alasan mengapa hingga detik ini masih ragu jika harus menyampaikan kenyataan tentang kehamilanku pada Ilham. Dan syukurlah Bu Atikah memahami.

Dia memelukku selama beberapa saat, kemudian setelah melepaskan diri, dia menatap kedua mataku dalam-dalam dan berkata, "Kalau saran saya, tetap sampaikan, Mbak. Suami Mbak Sila berhak tahu. Apa pun keputusannya nanti, itu urusan belakangan. Kuatkan hati Mbak Sila, karena ini juga demi kebaikan kalian berdua, dan anak dalam kandungan Mbak Sila."

Bu Atikah diam sejenak sebelum melanjutkan, "Masa lalu Mbak Sila sudah berlalu. Alhamdulillah kecelakaan itu membuka pintu hidayah untuk Mbak. Jadi, tak usah lagi melihat ke belakang. Fokus memperbaiki diri agar nanti bisa mendapat keberkahan di dunia dan akhirat."

"Saya ingin bertanya sekali lagi, apa menurut Bu Atikah, saya pantas mengenakan jilbab, dengan masa lalu saya yang hina itu? Saya enggak mau mengotori image perempuan berjilbab karena saya adalah seorang mantan pezina--"

"Pantas, Mbak. Sangat pantas. Karena berjilbab, menutup aurat itu, adalah kewajiban kita sebagai seorang Muslimah. Zaman dahulu saat turun ayat untuk menutup aurat, semua perempuan Muslim langsung mengambil gorden, kain-kain, dan apa pun yang bisa untuk menutup aurat. Tak peduli mereka pernah menjalank masa lalu yang buruk. Karena saat itu yang mereka lakukan adalah taat pada perintah Allah. Karena perintah Allah itu mutlak, tidak ada kata tapi."

Senyum tipis mengembang di wajahku saat teringat perkataan Bu Atikah tersebut. Jika besok aku mati dan belum menutup aurat dengan benar, bukankah kelak di akhirat hanya penyesalan yang akan kudapatkan? Benar. Aku tak boleh menganggap rendah terus diriku sendiri. Kalau sudah berniat untuk taubat, ingin mencari hidayah, maka aku harus berjalan maju.

The Last Autumn [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang