Siapa yang percaya kalau Bima belum pernah jatuh cinta?
Ya! Hampir 24 tahun umurnya, ia belum pernah merasakan jatuh cinta yang sebenarnya. Hidupnya begitu monoton di asrama yang isinya hampir 90% laki-laki. Pun di kapal yang jarang sekali disinggahi wanita. Maka, wajar sekali ia bak melihat emas jatuh berceceran saat bertemu Jasmine pertama kali.
Bima kembali ke Banten hanya sekadar iseng. Ia amat penasaran dengan gadis bernama Jasmine tersebut. Sudah hampir seminggu di Jakarta, nama dan wajah gadis itu terus terngiang-ngiang di ingatannya. Karena tak ingin mati penasaran, ia kembali ke sana sekaligus hendak mengecek kapal yang sudah menjadi tugas masinis. Walaupun berlayar masih lama, tapi tidak ada salahnya menjaga kesehatan kapal bukan?
Memang perjalanan yang melelahkan dari Jakarta Pusat ke Banten. Namun, ini harus dilakukannya. Ia berjanji jika tak mendapatkan hajatnya hari ini, ia tak akan coba penasaran lagi dan melupakan sosok Jasmine tersebut. Mungkin, dugaannya salah. Mungkin, Jasmine bukan diciptakan untuknya.
Kaki jenjang Bima berdiri tegap di dermaga. Ia menatap sekeliling, tapi tak ada tanda-tanda sosok Jasmine. Maka, ia ambil keputusan untuk masuk ke kapal yang telah membawanya keliling dunia sampai ke Peru. Ia mengecek mesin sejenak dan merawatnya. Setelah 20 menit di sana, ia kembali keluar dan hendak makan siang sebelum pulang.
“Mas Bim ngapain?” tanya seorang teman lama dari kapal feri yang pernah memperkerjakannya.
Bima melambai sambil berkata, “Main bentar, Kang. Saya izin pulang dulu....”
Kalimatnya tidak usai. Untuk keduakalinya ia menabrak seseorang kala turun dari kapal tersebut. Dan kali ini bukan tubuh melainkan sebuah sepeda milik seseorang. Dengan cepat Bima memegang sepeda itu agar tidak jatuh sehingga orang yang mendorongnya juga aman.
Senyum Bima mengembang kala melihat siapa orang yang ditabraknya. Dugaannya ternyata benar, gadis bernama Jasmine diciptakan untuknya. Lihatlah siapa di depannya kini. Gadis berwajah cantik nan menawan itu berhasil membuat ia semakin jatuh cinta.
“Hai, jumpa lagi,” sapa Bima dengan senyum yang mengembang.
Jasmine tersenyum kikuk. “Iya,” jawabnya singkat. “Saya permisi dulu,” sambung Jasmine yang hendak mendorong kembali sepedanya.
Bima menahannya dengan cepat. “Boleh minta nomor telepon kamu nggak?” tanya Bima tanpa basa-basi.
Wajah Jasmine memerah mendengar pertanyaan itu. Bima pun langsung menyodorkan ponsel di hadapan gadis itu. Dengan sedikit ragu, Jasmine mengambilnya dan mengisi dengan 12 angka di sana. Setelahnya, ia berpamitan dan tinggallah Bima yang menjerit kegirangan bak orang kesetanan.
***
“Dermaga...” cicit Khansa saat Bima memberi jeda. “Kita juga ketemu di dermaga ini ‘kan? Ya... walaupun kejadian kita nggak enak banget, tapi bisa jadi cinta itu sama datangnya ‘kan?” tanya Khansa bercanda dan tak tahu malu.
Bima terkekeh mendengarnya. Melihat itu, Khansa tak bisa menutupi rasa pesonanya. Pria itu langsung menarik topi jaket Khansa untuk menutupi kepala dan sedikit wajah gadis itu. “Ngarep kamu. Dasar anak kecil!” seru Bima yang masih tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Terlalu Dalam
RomanceKenakalan anak-anak bermain di dermaga membuat Khansa menemukan buku bersampul kulit sintetis berwarna biru laut. Ia jatuh cinta pada kisah di dalam sana. Membuat ia yakin bahwa Tuhan membawanya ke arah impiannya. Membantu Khansa ternyata menjadi pe...