Ririn: Kak Bim. Kami nggak bisa jadi ke Bali, ya, bulan ini. Aku sama Papi ada project besar di Brunei. Nanti kapan Kakak ada di Bali, kabarin lagi, ya. Maaf harus menahan rindu kembali.
Bima menutup pesan itu. Ia berniat menelepon Ririn nanti malam saja atau saat ia sedang senggang. Begitu yacht bersandar di dermaga, pesan itu masuk beriringan dengan yang lainnya. Dan mendapat pesan demikian, ia kembali merasa sepi. Sudah 10 tahun lamanya mereka dipisahkan jarak. Hanya bertemu sesekali—itu pun harus memperhatikan waktu yang tepat. Jam kerjanya dan sang adik—juga papinya—sangatlah berbeda. Mereka bekerja di darat—walaupun harus keluar kota dan negeri—sedangkan ia bekerja di lautan lepas dengan jangka waktu yang berbeda.
Kapan lo mau berubah, Bim? Apa yang lo takutkan di Jakarta? Jasmine? Mungkin dia sudah tidak di sana lagi. Lantas, apa? Kenangan? Mungkin Jakarta tak lagi sama seperti dulu. Mau seberapa lama lagi Jasmine memisahkanmu dan keluarga?
Rutukan itu hanya datang sebentar saja. Kala ia ingat sakit hati dan kenangan di masa lalu, rasanya di Bali saja lebih baik.
Pria itu tersadar dari lamunannya. Ia yang sudah mematikan mesin yacht pun keluar dari anjungan menuju kamar yang sedari tadi tertutup rapat. Ia mengetuknya pelan sambil memanggil, “Khansa.” Namun, tak ada jawaban.
Akhirnya ia memberanikan diri membuka pintu tersebut. Bisa dilihat Khansa terlelap dengan nyaman di balik selimut dengan jendela terbuka sedikit. Ia mendekat dan duduk di sisi ranjang. Dengan amat lembut, digoyangnya tubuh kecil itu sambil memanggil nama Khansa lagi. Gadis itu menggeliat ke dalam selimut. Matanya sedikit berbuka saat mendengar suara lelaki memanggilnya. Begitu terkejut gadis itu saat melihat Bima sudah di hadapannya. Saat menyadari di mana mereka saat ini, Khansa akhirnya bernapas lega. Ternyata ia hanya ketiduran di kamar yacht.
“Kita sudah sampai,” jelas Bima perihal mengapa ia membangunkan gadis tersebut.
Khansa melihat ke luar jendela yang masih terdapat hamparan laut yang langitnya kini sudah berwarna kemerahan. “Masih laut, tuh, Kap. Mau nginap di sini?” tanya Khansa yang kebingungan.
Pria itu terkekeh mendengar perkataan Khansa. Ia bangkit dan menyahut, “Cuci muka dan keluar. Jangan lupa bawa barang-barang. Aku tunggu di dermaga.”
Walaupun bingung, Khansa menurut saja. Ia masuk ke kamar mandi dan membasuh mukanya. Setelah mengelapnya dengan handuk yang berbau pewangi laundry, Khansa keluar dari sana. Ia merapikan barangnya yang sempat dikeluarkan. Tak lupa ia mengenakan celana kulot. Walaupun berada di bali, mengenakan bikini—yang padahal tidak terlihat minim—tetaplah risih baginya. Jika hanya satu-dua orang yang melihat, ia masih bisa mengontrol malunya. Namun, jika hampir seluruh pelabuhan melihatnya, mungkin lebih baik ia tenggelam saja di dasar lautan.
Gadis itu berjalan gontai. Makan dua kali dan berendam di air laut setengah jam berhasil membelai lembut tubuhnya untuk tertidur lelap. Ia sampai tidak sadar mereka sudah kembali ke dermaga pelabuhan. Begitu melihat Bima, ia mengulurkan tangannya meminta untuk dibantu keluar dari yacht. Begitu kakinya menyentuh dermaga, ia berjalan ke arah parkiran tempat mobil Bima berada tanpa menunggu sang punya yang sedang berbicara dengan orang tadi pagi ditemuinya.
Bima melihat Khansa melangkah ke arah mobil. Ia pun berpamitan dengan penjaga yachtnya dan menyusul gadis itu. Jika ia terlena bicara sedikit lama, pasti gadis itu akan menunggu bosan di luar. Ia jelas tidak tega apalagi Khansa terlihat masih mengantuk. Dari jarak dua meter, Bima mematikan mode kunci. Khansa langsung memasukkan tasnya ke bagasi dan beralih ke kursi penumpang depan lantas masuk ke dalamnya. Ia duduk di sana dan memejamkan matanya kembali. Efek berendam di air laut berhasil membuat ia merasa kantuk terus-menerus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Terlalu Dalam
RomanceKenakalan anak-anak bermain di dermaga membuat Khansa menemukan buku bersampul kulit sintetis berwarna biru laut. Ia jatuh cinta pada kisah di dalam sana. Membuat ia yakin bahwa Tuhan membawanya ke arah impiannya. Membantu Khansa ternyata menjadi pe...