Bab 12

3 2 0
                                    

Apakah liburan seminggu di puncak berjalan lancar?

Jelas tidak!

Jasmine tipe gadis yang cepat bosan. Baru tiga hari di sana, ia masuk ke kamar Bima dengan berkata, “Balik, yuk, Mas. Aku bosan di sini.”

Bima terkekeh mendengarnya. Namun, tak ingin sia-sia sampai ke Bogor, Bima memberi usul, “Kita ke Taman Mekarsari, yuk.”

Gadis itu menggeleng cepat. “Enggak, ah! Emangnya aku anak kecil diajak berkebun di sana,” tolak Jasmine yang tak suka diperlakukan bak anak kecil. Mendengar itu, kening Bima mengerut. Jujur, ia tak niat demikian. Ia hanya ingat Jasmine sangat suka melon kuning dan buah naga. Di sana pasti lebih segar ketimbang di supermarket. Sayang, gadis itu menganggap lain niatnya. Malah ia berkata, “Lebih seru kita ke mal, Mas. Bisa nonton film romantis, belanja, makan enak. Dari pada harus ke taman penuh pohon dan rumput. Banyak nyamuk, ih!”

Bima terkekeh mendengarnya. “Ya sudah. Kemas-kemas sana. Bentar lagi kita balik. Aku bilangin Mbok Min dan Mang Ujang dulu,” putus Bima yang langsung melangkah.

Setelah semuanya beres, Bima dan Jasmine pun menuruni jalanan puncak. Saat tiba di Kota Bogor, Jasmine minta diberhentikan di kadai oleh-oleh. Beberapa jajanan khas Bogor dikantungi gadis itu. Setelahnya, ia kembali masuk dan mereka mulai melakukan perjalanan pulang ke Jakarta.

Jasmine tidur selama di perjalanan. Alunan musik Dewa 19 menjadi nyanyian lelapnya. Sebenarnya ia lebih suka mendengar suara Rossa ketimbang band tersebut. Namun, karena Bima menyukainya, ia membiarkannya saja. Toh, ia juga akan tidur yang menikmati itu adalah Bima.

Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih, akhirnya mereka sampai di depan kos Jasmine. Bima tersenyum kecil melihat gadis itu masih betah terlelap. Dengan lembut, ia menggoyangkan tubuh Jasmine sambil berkata, “Sayang. Kita sudah sampai.”

Jasmine membuka matanya dan terduduk tegap. Ia mengucapkan terima kasih dan keluar dari sana. Bima pun menyusul untuk menurunkan barang Jasmine dan oleh-oleh yang tadi sempat dibeli gadis tersebut. Setelah selesai, ia kembali ke mobil.

“Mas Bima!”

Panggilan tersebut menghentikan Bima untuk masuk ke sana. Ia berbalik dan ternyata Jasmine datang mendekat. Gadis itu berdiri terlalu dekat dengan Bima setelah tiga hari belakang tak menjaga jarak di antara mereka. “Hmm... nanti malam jemput aku, ya. Aku pengen makan sushi kesukaan kita sebelum ke Banten nanti. Soalnya ‘kan aku di sana lama. Nanti malah kepengen lagi,” pinta Jasmine dengan manjanya.”

Bima mengangguk sambil menepuk pelan puncak kepala Jasmine. “Boleh. Tapi, kalau nanti di Banten kepengin, bilang saja biar Mas antar, ya,” ujar Bima yang penuh perhatian.

Jasmine selalu terpesona akan kelembutan Bima. Ia menggeleng dan berkata, “Nggak, ah! Nanti ngerepotin kamu.”

“Ya sudah. Aku pulang dulu, ya.”

Bima masuk ke mobil usai berpamitan. Jasmine melambaikan tangan melepas kepergian Bima. Ia pun masuk ke kosan begitu mobil kekasihnya ditelan persimpangan. Ia memesan makan siang. Pun menyiapkan diri untuk jalan-jalan terakhir bersama Bima di bulan ini.

Jatuh Terlalu DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang