Bab 26

6 1 0
                                    

Mungkin, bagi orang banyak, hidup ini begitu cepat berlalu. Namun, tidak bagi Khansa dan Bima. Keduanya menunggu masa enam bulan dengan begitu lambat. Gadis yang saat ini tengah menjalankan internship itu memang selalu mengirim pesan tentang apapun yang dijalani dan dirasakan olehnya pada Bima. Sedangkan pria tersebut, jika ia menepi, pasti ia akan membalasnya barang sejam atau dua jam. Namun, terkadang perbedaan waktu membuat mereka sulit saling membalas pesan. Bisa jadi Khansa tengah bertugas atau di Indonesia sudah tengah malam.

Banyak cerita yang ditukar oleh mereka berdua. Tak lupa ucapan saling merindukan pun ikut disematkan. Keduanya tampak menyimpan cinta dengan baik. Sampai tak disangka rasa itu semakin tumbuh mekar. Dan keduanya tidak sabar untuk saling bersama lagi. Bercanda, bercerita, jalan-jalan, dan yang paling dikangenin oleh pria tersebut adalah masakan Khansa yang selalu lezat di lidahnya.

Bima yang sedang jauh di sana ternyata kembali ke sosok sebelum mengenal luka. Ia mulai menulis kembali, tapi kali ini adalah kisah Khansa. Seharusnya yang menjadi penulis itu adalah pria tersebut. Karena dirinya memiliki banyak kisah istimewa. Bukan hanya itu, Bima kembali hobi mengumpulkan oleh-oleh dari negara yang dikunjunginya. Walaupun sebagian ada di Indonesia, tetap saja ia membelinya. Khansa menjelma menjadi orang yang sangat berarti baginya. Bahkan, ia sampai lupa pernah disinggahi oleh wanita bernama Jasmine dan ia begitu tergila-gila sampai sulit melepaskannya dari hari dan pikiran. Namun, saat gadis kecil itu datang, semuanya berubah dalam waktu tidak singkat.

Setiap detik, setiap menit, terasa lambat bagi dua insan yang sedang dimabuk cinta.

Bicara tentang penulis dan cerita, naskah Khansa sudah siap digarap. Kemungkinan terbit di akhir bulan pun semakin jelas hilalnya. Begitu mendapat pesan dari pihak penerbit, ia langsung mengirim gambar pre order itu pada Bima. Ia pun mengirim brosur lounching buku tersebut. Di sana terdapat foto Khansa dan visual sampul yang diambilnya langsung dari foto Bima di kapal saat mereka swafoto. Hanya saja gambar itu ditambah desain lainnya yang benar-benar membuat Khansa semakin puas dengan karya pertamanya tersebut.

Hari ini Khansa mendapat kabar terbaru dari Bima. Pria itu baru saja bersandar di Bali. Ingin ia segera terbang ke sana. Namun, tanggung jawabnya masih ada di Bojong. Jadinya, ia memutuskan untuk menunggu sejenak. Setidaknya, mereka bisa komunikasi tanpa jeda panjang.

Memang rindu ternyata telah lama bersarang di hati mereka. Begitu kapal bersandar dan signal bagus, Bima langsung mengirim pesan. Saat mesin kapal sudah dimatikan, Bima langsung menelepon gadis tersebut. Ternyata, rindu itu tak bisa dibendungkan lagi. Namun, keduanya benar-benar bingung bagaimana caranya bisa melepas rindu. Khansa sangat sibuk, sedangkan Bima jelas tak akan menginjak tanah ibu kota lagi. Menerima kenyataan pahit itu, sungguh tidak enak. Memang Bima terdengar egois, tapi Khansa sangat menghormati keputusan pria tersebut.

Namun, masih tetap saja ada harapan di hati Khansa. Seperti saat ini, kala malam semakin larut mereka pun semakin terbuai dengan rasa cinta bertalu rindu. Lantas, Khansa yang masih terus mencoba pun bertanya, “Kapten benar-benar nggak mau ke Jakarta, ya? Novelnya mau lounching, lho. Ini sangat berarti untuk saya dan Anda juga. Mana tahu kan, kita bisa lepas rindu.”

Terdengar helaan napas dari sana. Lantas Bima menjawab, “Maaf, Sayang. Aku tidak bisa.”

Lagi-lagi Khansa harus menelan jawaban pahit tersebut. Ia menghela napas berat yang jelas didengar oleh orang di seberang sana. Bima jadi tidak enak. Sejujurnya lelaki itu ingin menghadiri acara tersebut, tapi ia takut hatinya tak siap. Pun tak ingin melukai Khansa yang akan berbahagia di hari tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jatuh Terlalu DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang