Bab 15

1 2 0
                                    

Berlayar meninggalkan benua Asia dan mampir dari negara ke negara yang lain sampai ke tujuan di benua Amerika. Menetap beberapa minggu di sana guna tidak ada yang tertinggal—baik dari kapal maupun dari dermaga untuk diekspor ke Indonesia. Barang yang masuk dari Peru beragam. Namun, yang banyak dicatat oleh pekerja ekspedisi adalah anggur segar dan beberapa botol minuman anggur yang nantinya harus melewati beacukai terlebih dahulu. Pun ada beberapa furnitur dan pakaian yang akan mereka ekspors ke negara Indonesia. Semuanya tidak boleh ada yang kelewatan.

Jika berhenti di beberapa negara, biasanya Bima hanya akan membeli oleh-oleh untuk orangtua dan adiknya saja. Kali ini, list oleh-oleh telah bertambah. Walaupun ia tidak meminta sesuatu, tapi pemuda itu tetap membelikan banyak oleh-oleh untuk Jasmine. Namun, tahukah kalian tentang satu hal? Selama di lautan dan daratan negeri orang, Bima terus menyuntikkan kata-kata positif untuk diri sendiri. Ia tidak boleh stres di tengah laut karena akan membahayakan pikirannya. Di lautan lepas, kita yang jarang melihat darat akan bosan. Dikarenakan bosan itu saja bisa membuat kita stres. Apalagi jika pikiran berkelana entah ke mana-mana. Bisa-bisa ia terjun dari kapal hanya karena putus asa tak kunjung tiba di Indonesia.

Bima memasrahkan semuanya. Ia terus ingat apa yang dikatakan maminya. Bagaimana tidak, selama Bima bekerja di laut, ia masih tak menerima satupun pesan dari Jasmine. Entahlah mengapa. Yang ia yakini, antara Jasmine terlalu sibuk dengan pergantian semester—karena jika dihitung, semester ini gadis itu akan memasuki tahap penyusunan skripsi dan festival busana. Atau gadis itu tidak terbiasa berpisah dan tak tahu harus mengirim pesan apa. Yang pasti, Bima terus menyuntik kata-kata penyemangat yang positif untuk dirinya sendiri, bahkan sampai ia tiba di Samudera Hindia.

Bima membuka buku bersampul kulit sintesis berwarna biru laut kesukaannya. Sudah sejak lama ia menulis semua hal tentang Jasmine di sana. Bahkan, sepanjang ia berlayar pun, ia masih menulisnya. Namun, kini bukan kesehariannya bersama gadis itu, melainkan ungkapan rasa rindunya. Sampai terciptalah sebuah puisi yang baitnya berisi:

Lihatlah, Sayang, cakrawala sedang menertawakanku

Lihatlah, Cinta, lumba-lumba sedang meledekku

Lihatlah, Kekasih, ombak tak lagi mendamaikanku

Hati dan pikiran ini malah berkelana tak tentu arah tuju

 

Pagi teruslah berganti dengan malam

Matahari teruslah berganti dengan bulan

Ombak teruslah berpacu dan menghantam

hingga karang karam di tengah lautan

 

Jangan ditanyakan bagaimana bentuk hati ini, Sayang

Sungguh ia sangat malang

Kurindu belai kasihmu, Sayang

Sampai kumimpikan kau siang dan perang

 

Kegundahan terus membisikkan curiga

Hingga aku menangis di tengah lautan

Beri aku kepastian dengan janji cinta kita

Tunggu aku pulang dan memberimu kepastian

Samudera Atlantik Selatan, 2010

 

Bukan hanya puisi, curhatan hatinya pun ia sampaikan di sana. Banyaknya rindu ia tuangkan. Sampai ia tiba di penghujung Samudera Hindia, ia tuangkan rasa cinta dan rindunya di sana.

Jatuh Terlalu DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang