Bab 19

2 2 0
                                    

Jika orang berkata cinta datang pada pandangan pertama, sedangkan Bima dan Khansa jatuh cinta karena terusik dan mengusik. Jika orang berkata cinta akan terasa satu sama lain, sedangkan mereka hanya salah satu menyadari adanya cinta. Itupun karena ketidaksengajaan salah satunya. Dan nyatanya, memang cinta sulit ditebak. Terkadang ingin menggapai, tapi di sisi lain ada yang ingin menjauh. Terkadang ingin memiliki, tapi di sisi lain menganut cinta tak harus dimiliki. Hati masing-masing orang memang tidak bisa ditebak bagaimana jalan pilihannya.

Namun, di satu hal ini, kedua orang tersebut seperti sepakat dalam sebuah perencanaan yang tak saling tahu. Mereka memutuskan untuk menikmati rasa cinta dan kebersamaan itu dulu. Toh, mungkin cinta itu tidak kenal. Saat Bima kembali berlayar dan Khansa kembali ke Jakarta serta kesibukannya, mungkin rasa itu akan padam dengan sendirinya. Cinta Bima akan dihantam ombak ke karam, sedangkan cinta Khansa akan melebur seiring berjalannya waktu pada di ibu kota. Itulah anggapan yang dipikirkan mereka berdua. Walaupun keduanya sadar bahwa kemungkinan cinta terus tumbuh bak perasaan Bima pada Jasmine, tapi mereka coba menipisnya sejenak. Membahagiakan diri di detik-detik perpisahan tidaklah salah. Toh, mungkin akan memberi semangat hidup dalam beberapa hari lagi di daratan Bali.

Entah dorongan dan keinginan dari mana, pagi ini Khansa ingin membuat sarapan ringan untuk pria tersebut. Kebetulan mulai hari ini ia masuk pagi sampai terakhir bertugas agar malamnya bisa digunakan untuk membuat laporan akhir. Jadi, dirinya harus bangun pagi-pagi sekali agar waktunya tidak molor dan telat ke rumah sakit. Ini minggu terakhirnya mengabdi di sana. Ia harus memberi performa yang bagus demi nilai yang memuaskan. Pun dua minggu terakhir dirinya di Bali. Maka ia juga harus memberi kesan yang indah untuk kenangannya. Salah satunya adalah kebersamaan bersama Bima—pria yang berhasil mengetuk pintu hatinya.

Sekotak bekal berisi dua potong sandwich isi daging pun sudah siap. Ia mengambil tote bag yang selalu dibawanya ikut serta ke rumah Bima. Niatnya, setelah mengajak pria itu sarapan bersama, ia akan langsung berangkat ke rumah sakit tanpa harus balik lagi. Setelah mengunci pintu, Khansa pun langsung menyebrang ke rumah yang berharapan dengan miliknya.

Gadis bertubuh sedang itu menekan belum berulang kali. Ia yakin pasti Bima sedang tidur. Dirinya merasa menyesal kala itu tidak menerima tawaran tukar nomor ponsel dengan pria tersebut. Ia pun tak menyangka mereka bisa sedekat ini. Niat awalnya benar-benar murni untuk mengejar impian melalui kisah cinta Bima. Tak disangka malah ia ikut jatuh cinta dan terbuai akan kelembutan Bima.

Bisa didengarnya pintu pagar dibuka. Dengan senyum tanpa merasa bersalah, Khansa menunjukkan kotak bekal yang dibawanya sambil berkata, “Selamat pagi, Kapten Bima. Ayo, sarapan.” Dan setelahnya gadis itu langsung masuk ke balik pagar tersebut tanpa dipersilakan oleh pemilik rumah. Melihat kelakuan ajaib Khansa hari ini, ia terkekeh geli dan lumayan terhibur di pagi hari ini.

“Pagi amat, Dok,” sindir Bima yang menutup pintu pagar.

Khansa yang sedang membuka sepatunya pun berkata, “Saya masuk pagi, Kapten. Karena kelebihan buat sarapan, jadi saya bawa ke sini saja dan makan barang Anda. Boleh kan?”

Bima memicingkan matanya. Lantas, tak lama mereka tertawa bersama. Jelas sekali ini kesengajaan Khansa. Namun, keduanya seperti tak ingin membahasa itu dan lebih menikmati awal hari ini bersama-sama.

Khansa seperti sudah terbiasa keluar-masuk rumah itu padahal ia baru berkunjung sekali saja. Dengan cekatan ia mengambil dua piring, dua gelas, dan dua pasang pisau-garpu. Ia menatanya dengan rapi di atas mini bar. Sedangkan Bima yang melihat Khansa sangat leluasa, memilih masuk ke kamar mandi. Ia mencuci wajahnya yang tadi tidak sempat dilakukan. Menyikat gigi agar tampak segar walaupun masih menggunakan piyama. Dan saat ia kembali, piring dan gelas sudah terisi. Bima duduk di salah satu kursi dan menyantap sarapan tersebut.

Jatuh Terlalu DalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang