Keenam

2.6K 402 98
                                    

Lewat luka yang kerap ia utarakan melalui coretan, Bintang menciptakan banyak lukisan misterius untuk mengisi ruang pameran di sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lewat luka yang kerap ia utarakan melalui coretan, Bintang menciptakan banyak lukisan misterius untuk mengisi ruang pameran di sekolahnya. Dan kali ini, pemuda yang masih memiliki darah keturunan Jepang itu kembali menambah lukisan misterius yang menjadi ajang pemutaran otak oleh semua warga sekolah. Mereka sibuk menatap lukisan berwarna hitam dengan sesosok bocah kecil yang nampak terjebak di sebuah ruangan, dengan berbagai spekulasi yang memenuhi pikiran. Sementara si pemilik lukisan justru asik memakan kue cokelat di dekat jendela.

Bintang tampak tak terkesan sama sekali, bahkan untuk menerbitkan semburat senyum tipis saja tidak. Bukannya tak suka, bagi Bintang hal itu sudah biasa terjadi. Karena itulah dia tak ingin mendekat agar kemudian dapat dipuji. Lagipula berada di tengah keramaian dengan suara-suara yang saling bersahutan secara bersamaan membuat Bintang masih merasa panik seperti dulu.

Mengabaikan lukisannya yang dipuji sana-sini, Bintang memilih untuk keluar dari ruang pameran. Sudah sejak pagi dirinya tak menemukan Asya di mana pun, terakhir kali gadis itu mengatakan ingin berlatih dance yang akan ditampilkan untuk mengisi acara bazar dan pentas seni yang diadakan setiap akhir semester. Jujur saja Bintang tak menyangka bahwa dirinya akan menjadi kakak kelas, pasti akan seru.

Sebenarnya Bintang sendiri juga mendapatkan tugas dari ketua ekstra musik. Anak itu diperintahkan untuk bermain biola mengiringi penari balet saat pembukaan acara itu, sebenarnya Bintang enggan, namun si bawel ketua club itu terus saja memaksanya. Maka dari itu, tujuannya saat ini selain untuk mencari Asya dia juga akan pergi ke ruang seni untuk berlatih.

Di sepanjang langkahnya yang menyusuri koridor sekolah, Bintang tak henti-hentinya diberi tatapan murid-murid lain yang berjalan melaluinya. Bintang tak mengerti, dia hanya absen satu minggu karena sakit tapi sesuatu yang berbeda dari tatapan teman-temannya justru kian mengganggu Bintang yang tak suka diperhatikan berlebih. Masa bodoh dengan semua tatapan itu, Bintang memilih untuk mempercepat langkah. Asya jauh lebih penting dibandingkan tatapan-tatapan yang tentu Bintang tak mengerti apa maksudnya.

Tiba di ruang kesenian, tubuhnya yang sekarang menjadi sering sekali merasa lelah ia bawa duduk pada kursi yang mengarah langsung kepada jendela besar yang membuat sinar matahari pukul 12 siang ini menerangi ruangan yang sedikit gelap itu. Di tangan Bintang sudah terpegang sebuah biola dan bow biola. Pemuda itu lalu mendekatkan biola yang ia pegang ke leher, kemudian mulai memainkannya menciptakan sebuah nada sambil menunggu Asya yang saat ini masih latihan dance bersama kelima temannya.

"Bintang udah lama di sini?"

Permainan Bintang terhenti. Sang lelaki meletakkan biola bersama bownya di samping kursi. Kemudian tubuh yang semula duduk anteng itu ia bawa bangkit, menghampiri Asya yang merapikan tas miliknya.

"Baru aja, permainan biola gue juga belum setengah jalan. Latihannya udahan?"

Bintang mengambil alih tas milik Asya, kemudian menyampirkannya di pundak. Keduanya lalu berjalan beriringan keluar dari ruang kesenian, mengabaikan tatapan aneh anak-anak dance yang menonjol terarah kepada Bintang.

1. Hug Me Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang