Kedua Belas

2K 292 77
                                        

Setiap langkah yang Asya ambil bersama Bintang terasa semakin berat setiap harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap langkah yang Asya ambil bersama Bintang terasa semakin berat setiap harinya. Segalanya tentang Bintang semakin dibuat lebih menyakitkan oleh Tuhan. Asya yang tak sanggup bila Bintang dipanggil kian dibuat ketakutan kala melihat si lelaki tetap tersenyum teduh kepadanya meski raut miliknya semakin pucat pasi.

Seraya menyatukan jari dengan dua kuku yang bergulat sendiri, Asya juga menggigit bibir dalamnya, ragu bertanya kepada Bintang perihal kondisi terkininya saat ini. Sang gadis pada akhirnya hanya sanggup menanyakan hal lain, hal yang sekiranya tak akan membuat Bintang merasa tak nyaman hingga berakhir merusak kebahagiaan pemuda itu hari ini.

"Bintang yakin tetap mau ikut tampil?"

Ketika ditanya, remaja laki-laki umur 16 itu mengangguk mantap seraya tersenyum tipis. Bintang tak tau bagaimana khawatirnya Asya di sini, takut jika sesuatu terjadi kepada Bintang.

"Wajah Bintang pucat."

"Muka gue emang selalu pucat kali, Sya."

Ucapan Bintang memang benar, namun kali ini sungguh yang Asya lihat berbeda. Wajah Bintang lebih pucat dari biasanya.

Suara MC yang memanggil club musik untuk segera bersiap membuat Bintang cepat-cepat pergi menuju ke dekat panggung, mempersiapkan diri bersama teman-temannya. Asya hanya sanggup menatap seraya berdoa. Memohon agar kali ini saja, semoga Tuhan tak akan merusak kebahagiaan Bintang.

Langkah para anak-anak dari club musik mengiringi doa Asya yang terus terpanjat. Di atas panggung sana Bintang melangkah pelan, menoleh ke arahnya kemudian tersenyum simpul. Atmosfer di sekitarnya tiba-tiba berubah, saat beberapa penari masuk setelah tim pemusik menduduki tempatnya masing-masing. Terlihat Bintang sudah siap dengan biola dan bow yang ia pegang. Asya yang sesungguhnya masih cemas tetap melemparkan senyum kepada Bintang, seraya mengangkat satu tangan untuk memberi semangat.

Perlahan, musik mengalun pelan mengiringi beberapa penari yang memulai gerakan mereka. Bintang melakukan bagiannya, ketika tiba waktunya dia bermain, Bintang mendekatkan biola kemudian menggeseknya. Suasana berubah hening, seluruhnya tenggelam dalam penampilan kedua club yang berkolaborasi itu. Termasuk Asya yang diam, memilih menatap Bintang yang begitu menikmati permainannya dengan mulut bungkam.

Hawa kesedihan kian terasa kala permainan kedua club itu kian mengalun semakin panjang, memberi aura kesakitan yang terasa nyata saat dua netra menatap para penari yang menari, meliukkan tubuh mereka senada dengan irama yang mengalun.

Permainan akhirnya berhenti, kala semua penari yang berada di panggung menyelesaikan aksi terakhir mereka. Sangat memukau, seluruh tubuh bangkit guna memberi apresiasi.

Semua makhluk yang berada di panggung itu juga ikut berdiri, bernapas lega seraya membungkuk. Sayang, ketika tiba waktunya bangkit dan kembali tegak, ada satu tubuh yang justru tumbang tak bergerak.

1. Hug Me Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang