Bintang tak pernah tau Tuhan mempersiapkan apa saja untuknya, jalan takdirnya terlalu rumit. Jika boleh jujur, sebenarnya Bintang tak ingin diberi takdir sedemikian rumit. Malam pukul 9 lebih 5 menit ini, menjadi saksi bisu bagaimana batin Bintang menjerit meminta Asya kembali padanya. Padahal semua itu sudah jelas tak mungkin terjadi, karena tepat setelah senja tenggelam, si gadis telah pulang menemui sosok yang pernah menghadirkannya.
Tiang infus yang berada di samping tubuh jatuh menghantam dinginnya lantai ruangan menyesakan ini, mengikuti tubuh Bintang yang telah meluruh akibat pegangannya yang telah direnggut. Napas lelaki itu tercekat, satu kata pun tak sanggup ia ucapkan lantaran batin yang terus dibuat sesak. Bibir Bintang bergetar, seiring dengan lelehan air mata yang terus jatuh mendarat pada pipi, lalu turun perlahan dan berakhir tergenang di atas lantai.
Dihadapannya saat ini, tiga manusia yang sumber kebahagiannya telah direnggut paksa masih dipenuhi kepiluan. Ketiganya berkerumun, bergantian memeluk tubuh kaku yang telah kehilangan jiwa sejak beberapa jam lalu. Segala luka di bagian tubuh menjelaskan seberapa kesakitannya Asya sebelum Tuhan memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya.
Di tangan pemuda itu terdapat sebuah kotak yang beberapa bagiannya telah rusak, dengan isi yang tak utuh lagi. Bercak darah di mana-mana, bahkan lukisan di atas kanvas itu sudah tak nampak indah lagi. Gantungan kunci kura-kura yang sempat ia beri pesan untuk tak boleh sampai lepas kaki dan kepalanya, kini benar-benar masih utuh. Hanya itu yang tersisa, Asya menjaganya sampai akhir, sesuai pesan Bintang.
Perlahan isakan pilu miliknya akhirnya terdengar, menembus banyaknya pasang rungu yang tengah berduka di dalam ruangan itu. Bintang tak peduli lagi, dia menarik infus, melempar kotak berwarna jingga yang telah rusak itu ke sembarang arah. Lantas tubuhnya berlari mendekati brankar, tubuh Bintang jatuh di sampingnya.
Tangannya terulur, menunjukan gantungan kunci kura-kura yang seharusnya gadis itu jaga, kini justru kembali pada tangan si pemberi. Bintang menunjukannya ke sepasang mata yang kini terpejam sempurna itu seraya menangis terisak.
"Hei, gue minta lo untuk jaga dia saat gue enggak ada. Kenapa sekarang justru lo yang pergi?"
Gantungan kunci itu berakhir jatuh menghantam lantai saat tangan Bintang tanpa sengaja melepaskannya. Bintang menangkup wajah Asya yang kini dipenuhi luka, lelaki itu berdiri, lantas menunduk mendekatkan hidungnya pada hidung Asya. Tangisannya semakin keras, perginya Asya berhasil membuatnya semakin kepayahan.
"Bangun. Ini enggak seperti yang gue mau, lo harus bangun!"
Air mata Bintang kembali lolos, turut membasahi pipi Asya yang penuh dengan goresan. Sakit sekali rasanya, Tuhan benar-benar tak memberi Bintang kesempatan untuk sekedar mengucapkan selama tinggal. Bahkan kotak berwarna jingga itu bukan Bintang yang memberikan, melainkan Bumi. Lelaki itu juga tak tau reaksi apa yang Asya beri saat si gadis membuka isinya.
"Kenapa harus lo yang pergi?"
Bukan hanya gema suaranya yang mengudara, hati Bintang juga turut berteriak tak terima. Setidaknya sebentar saja, tolong kembalikan Asya sebentar saja untuk mengucapkan selamat tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Hug Me Star [END]
De Todo(#HUGMESTARSERIES) Perihal sebuah asa yang dilenyapkan semesta. Juga tujuan yang tak lagi ada. Bagi Bintang, hidupnya hanya tentang sampai kapan ia akan bertahan dan kapan kepergian itu terlaksana. Kendati gadis itu hadir untuk mengukir tawa, menc...