Kedua Puluh Tujuh [END]

3.4K 258 50
                                    

Fajar akhirnya merenggut malam, sama seperti Tuhan yang telah mengambil banyak nyawa kala malam menguasai seluruh negeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar akhirnya merenggut malam, sama seperti Tuhan yang telah mengambil banyak nyawa kala malam menguasai seluruh negeri. Di ranjang itu, Ayah terbangun. Tak sempat rasanya jika harus meregangkan otot-otot tubuh, pria itu segera membawa tubuhnya untuk turun. Dia harus memberi ruang kepada Bintang yang masih memejam.

Dalam hening yang masih menguasai, seraya melihat ketiga putranya yang masih terlelap, Ayah ingat pesan Bintang untuknya. Pria itu mengambil kertas origami berbentuk katak yang semalam dirinya letakan di atas nakas. Ayah kemudian membukanya, dan sebuah tulisan yang mirip seperti ceker ayam Ayah dapatkan.

 ̄ ̄ ̄ ̄

Ayah, hehe.

Selamat pagi. Bintang mau ngucapin makasih ke Ayah karena udah jadi Ayah terbaik yang pernah Bintang punya. Maaf selama ini Bintang nyusahin Ayah.

Yah, Bintang nulis ini pakai tangan kanan, loh. Hebat, 'kan?

Bintang mau bilang ke Ayah, kalau kertas ini Ayah buka, artinya Ayah bangun tanpa Bintang. Maafin Bintang karena pamitnya cuma bisa lewat surat enggak jelas seperti ini.

Ayah tenang aja, nanti di sana Bintang akan jagain Bunda untuk Ayah. Makasih untuk pelukannya, Bintang suka degupan jantung Ayah. Bintang sayang Ayah.

 ̄ ̄ ̄ ̄

Kertas origami itu jatuh dari genggaman Ayah, pun dengan air mata yang turut jatuh berdesakan dari kedua mata cokelat Ayah. Tatapan Ayah tertuju kepada Bintang yang saat ini masih terbaring dalam keadaan memejam. Tangan Ayah yang gemetar terulur menangkup wajah Bintang. Kenapa Ayah baru menyadari kalau tubuh Bintang sudah mendingin?

Tangan kanan Bintang yang bebas terkulai di sisi tubuh Ayah angkat. Banyak kecupan Ayah daratkan di telapaknya, tangisan Ayah semakin pecah. Tubuh Ayah bergetar, tangan kanan Bintang bertahan di depan bibir Ayah. Lelaki itu mengecupnya lama, membiarkan ribuan air matanya jatuh tanpa jeda di sana.

"Ayah bangga punya anak hebat seperti kamu, Bin. Bintang sudah berusaha. Ayah yakin ada dunia baru yang lebih indah yang sekarang sedang menunggu Bintang."

Di sofa, Antariksa yang sejak tadi terdiam tanpa suara segera bangkit. Kemudian membangunkan Bumi yang masih tidur bersedekap dada di sofa. Setelah dua netra si bungu terbuka, Antariksa segera menariknya mendekati Ayah selepas mengatakan sesuatu yang berhasil membuat jantung Bumi terasa mencelos dari tempatnya.

"Ayah ...."

Bumi mendaratkan tangannya pada pundak Ayah yang masih bergetar. Mata Ayah yang masih terpejam berakhir Ayah buka. Lelaki itu menoleh, menatap Bumi dan Antariksa yang berdiri di sampingnya dengan dada berdegup kencang.

"Riksa, Bumi, Bintang sudah pulang."

Ayah tersenyum getir, meletakan tangan Bintang kembali kemudian berdiri dari duduknya. Ayah membawa langkahnya mendekati dua remaja itu, lantas memeluk mereka seerat-eratnya. Mendengar tangisan Ayah, keduanya dibuat semakin lemas. Satu persatu air mata mereka jatuh menemani rasa pilu yang dengan cepat menyebar memenuhi ruangan.

1. Hug Me Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang