| CHAPTER 2 | Fun In Class

17 9 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Hari yang cerah ditambah suasana Bandung yang sejuk membuat Kinan ingin segera tiba di sekolah. Bagi Kinan hari-harinya bagaikan minggu pagi, kosong tak ada beban bebas melangkahkan kakinya dan semaunya mengekspresikan diri. Setibanya di sekolah dirinya hanyut dalam suasana pagi. Hentakan ribuan langkah kaki di hadapanya serta bisingnya suara dari mulut ke mulut dan kerumunan yang tak terhitung jumlahnya. Dengan melihat punggungnya diantara keramaian Kinan tahu itu adalah dirinya. Benar...  yang tak lain dan tak bukan ialah crush baru Kinan.

“Pagiiii, Farel kuh,” sapa Kinan menghampiri Farel di parkiran yang baru melepas helmnya.

"Nongol mulu lo kayak jelangkung." Farel terkejut dengan kemunculan Kinan secara tiba-tiba sambil mengelus dadanya pergi dari parkiran.

“Farel udah sarapan belum? Ke kantin bareng gue yuk,” ajak Kinan

“Ntar gue traktir nasgor bunda Yanti deh,” ujar Kinan sambil mengekori Farel diiringi ocehan tidak jelas.

"Gak minat," sahut singkat Farel berjalan menelusuri lorong koridor menuju kelas.

"Rel gue suka sama lo," ucap spontan Kinan menahan tas Farel, mengutarakan perasaannya sedikit mengeraskan suara dengan nada lembut.

"Yakin?" tanya Farel langkahnya terhenti menatap tajam wajah Kinan dengan ekspresi datar.

"Kasih gue kesempatan buat kenal lo lebih dekat," ucap kinan.

Farel terdiam sangat lama menatap mata gadis yang berada di hadapannya.

"Kalo rasa suka lo cuma sekedar kagum, banyak yang lebih sempurna dari gue," tutur Farel ucapannya mengetuk hati Kinan. Lelaki itu pun pergi menjauh dengan kedua lengan di sakunya.

"Mungkin lo belum siap, tapi gue bakal nunggu kapan pun lo siap nerima gue." Bukannya kesal gadis itu malah senyum kegirangan mendengar kata-kata dingin dari Farel. Kinan pun menyusul Farel dari kejauhan.

***

“ASSALAMUALAIKUM CALON PENGHUNI SURGA SEKALIAN!!” sambut Kinan memasuki kelas dengan semangat setelah Farel.

“Pada kangen gak ni ama princess Kinan.”

“Idih siapa gue kangen sama lo,” sahut Jihan yang baru sampai dan hanya melewati Kinan.

“Ekhem ya udah klo gak ada yang kangen, jadi nganggur roti pisang gue, padahal masih anget,” sogok Kinan sambil mengelus tas yang berbekal roti setelah kabur dari amukan ibunya karena mengambil roti toko.

“Cup..cup..cup.. aduh besti sayang kasian abis begadang capek ya jagain toko seharian, sini Jihan yang baik hati bakal bantu.” Jihan berbalik serta mengelus bahu Kinan dan merebut pelan roti dari tangan Kinan.

“Bantu apaan lo?” tanya Kinan dengan sewot.

“Bantu habisin dagangan emak lo lah.” Cengengesan Jihan.

“Wiihh ada yang bagi-bagi sembako nih, minta dong,” ujar Ari tangannya mencuil roti milik Jihan.

“Pagi-pagi rezeki nomplok, gratis ga nih.. gue ikut bantu nyokap lo deh Nan.” Vano yang baru Sampai ikutan nimbrung.

“Bisa apa lo, mau bantuin emak gue segala, kayak bisa masak aja”, balas Kinan.

“Gue? bisa apa? ya gue mah serba bisa, bisa jadi pendamping hidup lo, bisa jadi imam lo, bisa jadii..”

“Ayah dari anak-anak kita neng Kinan,” rayu Vano sekeliling pun jadi histeris dan melompat-lompat tidak  jelas setelah mendengar kata-kata itu.

“Ya elah itu mah bukan ngebantu malah nambah beban, mana mau orang tua Kinan punya mantu modelan elu, jangan mau Nan berumah tangga sama buaya darat yang ada elu jadi babu dia lagi,” sela Kevin yang menyimak obrolan mereka sejak awal.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang