| CHAPTER 14 | Lake

16 5 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Awan kelabu membungkus langit hingga biru memudar. Meski mendung mengawali hari ketika sang surya mulai terbit namun tak ada yang menjamin akan hujan. Waktu terbaik bagi Kinan selalu merasa tenang saat momen langit berawan seperti sekarang. Kinan tak pernah merasa jenuh saat menikmati langit beserta alam. 

Kinan memeriksa jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sembari berjalan mengitari halaman villa. Pukul 06.03 arah putaran jarum jam berhenti. Gadis berbadan mungil itu mengenakan Hoodie berwarna putih yang berukuran lebih dari tubuhnya untuk berlindung di hari dingin. Lagu Still with you by Jungkook BTS mengalun lembut di telinga yang tersambung lewat headphone. Ia menghirup dalam-dalam aroma alam lalu menghembuskan dengan pelan, sungguh damai. Langkah kaki mengarahkan menuju ke sebuah tempat yang agak jauh dari villa dimana terdapat pemandangan nan elok dipandang. Bertempat di area wisata banyak pesona alam yang dapat menghiasi penglihatan. Kawasan yang Kinan temukan ialah danau dekat desa. Aliran air bening beserta bebatuan yang menumpuk di pinggiran tepi danau, juga dikelilingi pohon yang menjulang tinggi.

Kinan duduk di antara akar-akar pohon yang timbul ke permukaan tanah. Kakinya berpijak pada batu-batu dengan sepatu putih sebagai alas. Kinan mengeluarkan sebuah buku diary dari saku Hoodie-nya yang tak lupa dibawa selalu. Ia mulai menulis di buku kecil itu sembari menikmati indahnya danau.

Coretan tinta melekuk sebuah garis, nyata wujudnya. Suatu bentuk kecil yang membentuk dimensi berupa titik sebagai pembatas kalimat.

Ungkapan curah hati yang tertuang lewat bait sederhana ini yang tertulis abadi. Seutas kata menyatu menciptakan sebuah makna. Karangan ini menceritakan kita yang kekal dalam karyaku. Pena mengarahkan tinta untuk menuliskan tentangmu yang amat ku kagumi.

Rasa yang singgah dalam bait yang menggores tinta. Mengisahkan tentang sebuah cinta mengubah tulisan menjadi cerita. Dua jiwa yang tak saling menautkan hati layaknya langit dan bumi takkan diizinkan semesta bersatu.

Isi diary di buku kecil Kinan lalu menutup catatan itu dengan sekali helaan nafas panjang. Hatinya tenang ketika meluapkan seluruh perasaannya maupun emosi ke dalam buku itu. Lantunan musik di handphone memutar lagu Selamat Tinggal by Virgoun. Mata Kinan berkeliling memperhatikan pemandangan sekitar sembari mendengarkan lagu.

Ketika sedang menikmati birunya danau matanya menerawang menunjukan sosok lelaki. Sontak sorot mata terhenti pada seseorang di seberang danau.

"Itu orang apa bukan? Kalo setan kan gaib mana bisa dilihat."

"Apa jangan-jangan makhluk penunggu danau ya?" Tanya Kinan pada dirinya.

Kinan menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Tapi kok ganteng," gumam Kinan.

Kinan menyipitkan mata berusaha mengamati orang yang nampak tak asing baginya. Tiba part instrumen lagu Selamat Tinggal mengirama telinga menjadikan suasana syahdu oleh iringan musik. Saat itulah Kinan mengenali siapa pemilik mata teduh di seberang danau.

Kinan tersenyum simpul lalu pikirannya melayang memastikan bahwa lelaki itu benar jodohnya. Ketika dibenak Kinan hadir rupanya selalu akan tiba wajahnya di jangkauan. Namanya selalu menetap sebagai pemenang hati Kinan.

"Cinta yang seperti perang telah berakhir, namun masih ada sisa jebakan di hatiku. Justru menjadi bencana bila tak kunjung dilepaskan. Tapi mengapa tanganku bersedia mewadahi senjata yang mungkin akan membahayakan hatiku ini," batin Kinan. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri jika hatinya masih pada lelaki itu.

Lanjut Kinan membatin,"Kenyataan pahit yang harus ku terima bahwa mencintai seseorang pasti akan ada konsekuensinya. Tentu haruslah siap menahan ledakan saat kalah mempertahankan benteng. Begitu pun hati jika tak mampu menerima kekecewaan jangan menaruh harapan yang sudah pasti dapat menyerang ekspetasiku."

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang