| CHAPTER 25 | Found You

15 3 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Pagi Kinan selalu tertutup kabut oleh embun. Hujan tidak lagi di nanti, jika turun tidak lagi ia nikmati.

Pagi itu Kinan sedang bersantai di halaman sembari menyirami bunga. Pukul 06.15 seseorang datang berkunjung. Ia terpengarah pada sebuah mobil yang terparkir di depan pagar, terlihat sudah tidak asing lagi.

"Hai," sapa cowok itu.

"Oh.." Kinan tercengang melihat lelaki berjaket hitam itu sudah menunggu untuk dibukakan pintu pagar. "Hai Vin," lanjut Kinan membalas sapaan.

"Ada apa pagi-pagi kesini?" Tanya Kinan setelah mempersiapkan Kevin masuk.

Kevin berkeliling halaman Kinan. "Emang gak boleh ya."

"Eeee... boleh kok," jawab Kinan ragu-ragu. Ia masuk ke dalam menyajikan teh hangat dan camilan, lalu menaruh nampan itu di meja teras.

"Gue kira, lo bakal jadi Kinan yang dulu kalo gak sama gue. Ternyata lo masih sama," ujar Kevin sambil mengamati sekumpulan bunga yang ditanam Kinan.

"Maksudnya?" Tanya Kinan yang tengah menunggu Kevin duduk.

"Gue ngerasa lo kayak orang asing sekarang. Lo bukan Kinan yang kami kenal." Kevin hanya fokus melihat sekitaran. "Gue harap kalo gak sama gue, lo bahagia sama yang lain."

"Kinan..."

"Kinan yang lucu."

"Kinan yang ceria." Kevin memutar tubuhnya menghadap Kinan.

Kinan tersenyum.

"Kinan periang."

"Sang sunshine kelas." Beberapa kali Kevin melontarkan pujian.

"Dan Kinan untuk Farel," lanjut Kevin.

Ketika mendengar nama "Farel" di sebut senyum Kinan langsung berkerut.

Sepintas Kinan memaksakan senyum dihadapan Kevin. Kevin lalu duduk berjongkok di depan Kinan.

"Yang ikhlas dong senyumnya, kayak gini." Kevin menampilkan giginya seperti senyum kuda dan matanya yang menyipit.

"Ayo coba iiiiiii." Kevin memperlihatkan lagi senyum kudanya. "Masa gak bisa? Ntar kalah sama Vano loh, dia aja jadi duta Pepsodent, sekali aja iiiii."

"Ceh." Kinan berdecak lalu akhirnya tersenyum. "Apaan sih, aneh tau gak." Ia tertawa malu seraya menutupi mulutnya.

Keduanya saling melempar tawa. Kemudian Kevin duduk sambil menatap ke arah samping Kinan. "Lo buat gue nunggu untuk liat senyum itu, dan lo juga yang buat gue nunggu untuk dapatin jawaban 7 bulan lalu."

Kinan mendengarkan tapi tak berani menatap Kevin.

Kevin berbicara dengan nadanya yang pelan. "Gue pengen lo gak ngerasain itu."

"Lo gak kayak biasanya, kenapa?" Kinan mempertanyakan hal yang tidak sedang dibicarakan.

"Lo yang buat gue gini," jawab Kevin.

"Maaf." Kinan menunduk dan meremas tangannya.

"Gue gak nyalahin siapapun, karna ini pilihan gue. Lo temen gue, dan Farel juga temen gue. Gue gak bisa marah ke kalian." Kevin menerawang langit.

Lanjut Kevin, "gue harap, lo bisa jadi Kinan yang dulu, hm?"

"Gue coba," kata Kinan.

Kevin masih memandang ke atas dan menyeruput minuman yang disajikan. "Kira-kira pesawat Farel yang mana ya," celetuknya.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang