| CHAPTER 12 | Like, But?

12 5 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Selang beberapa detik lalu dunia terasa hening antara Farel dan Laura. Wanita berwajah lugu itu tertunduk, sesekali melirik orang di hadapannya sepintas.

"Hai Laura, ada apa?" Sahut Kinan mencoba untuk membalas sapaan yang tak kunjung terjawab oleh Farel.

Laura tak menjawab malah ikut membungkam mulut. Hanya senyum singkat dan anggukan kecil untuk menjawab respon Kinan.

Jarak yang memisahkan, seakan terdapat dinding yang membatasi keduanya. Mood yang Kinan ciptakan runtuh begitu saja ketika Farel melihat wanita yang datang di hadapannya.

Kenapa sebenarnya mereka?

Ribuan tanya yang ingin Kinan ajukan. Masih banyak hal yang belum Kinan ketahui tentang Farel. Tatapan yang Farel berikan kepada Laura sangatlah berbeda. Seakan penuh makna yang ingin diungkapkan.

Kinan sedikit kecewa melihat lelaki di sampingnya. Bagaimana tidak, butuh usaha untuk membuat Farel dapat memandangnya dengan tulus. Tapi mengapa dengan mudahnya Laura mendapatkan tatapan itu. Meski ia tau hubungan mereka sebatas saudara namun sulit bagi Kinan membiarkan lelaki yang di sukainya melihat wanita lain.

"Kak, aku mau ngomong sebentar." Laura menegakkan kepala menyuarakan sedikit lirih.

Farel mengangguk lalu menoleh ke samping. "Nan, gue tinggal bentar, gak pa-pa kan," ujarnya meraih bahu Kinan.

"Heeh." Kinan berdeham mengiyakan pertanyaan Farel.

Farel mengajak Laura menjauh dari Kinan agar tak mendengar percakapan mereka.
Taman belakang sekolah adalah tempat yang pas untuk berbincang. Laura mengekori cowok yang memandu dengan langkah cepat.

"Mau ngomong apa?" Tanya Farel setibanya di taman tepat berada di bawah pohon beringin yang sering ia datangi.

"Heemmm." Laura menghela nafas panjang seperti ada yang tertahan di mulut. Perlahan menurunkan tubuhnya untuk menduduki bangku.

"Di marahin papah lagi?" Tebak Farel melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bukan." Laura menggeleng.

"Trus?" Ujar Farel.

"Abang Laura bakal dibawa ke Belanda buat kuliah. Laura udah bujuk Abang, tapi Abang sendiri gak bisa nolak kemauan papah," jelas Laura memanyunkan bibirnya.

Farel ikut duduk di samping Laura menenangkan wanita itu. "Ra, gak pa-pa biarin Abang lo pergi, kan masih ada gue yang gantiin Abang lo."

Binar mata coklat yang Laura pancarkan begitu cantik. Tapi setelah diselimuti air mata yang menggenang, cukup berkilau bak permata yang tumpah. Farel tak tahan melihat wanita itu bersedih, ia menepuk pelan pundak Laura dengan niat dapat menenangkan perasaan yang sedang kacau.

Farel tentu mengenali siapa kakak dari Laura yang juga teman waktu kecilnya. Bagi Farel, Laura adalah adik perempuan yang harus ia jaga karena itu salah satu pesan dari kakak Laura untuk menitipkannya. Bagaimana pun juga Farel tak bisa membenci Laura dan kakaknya lantaran bukan salah mereka yang membuat kedua belah keluarga menjadi pecah. Hanya Farel tempat Laura mengadu selain kakaknya.

Farel membelai lembut rambut Laura dengan maksud dapat menghilangkan kecemasan dipikirannya. "Jangan khawatir Ra, ada gu-," ucapan Farel terhenti.

Suara gaduh yang tak asing yang datang begitu saja. Lagu Ada Aku Disini dari Dhyo Haw. Terdengar menggelegar hingga memenuhi telinga.

"ADA AKU DISINI!" lanjut Kinan menyambung ucapan Farel dengan lirik lagu.

Segera Kinan melompat dari balik pohon diikuti Ari. "JANGAN SAMPAI KAU LEMAH,"

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang