| CHAPTER 22 | Fun in A5

13 4 5
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"Wih bro, muka lo seger amat!" Devan merangkul bahu Farel.

Farel yang tengah itu sedang bersandar santai di pinggir koridor. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Abis cuci mata dimana Rel?" Ari ikut nimbrung yang datang entah dari mana.

"Ngawur lo pada," ujar Farel dengan santai.

Vano menyela dengan membawa semangkuk mie. "Rel istri lo, cari masalah noh," katanya sambil mengunyah makanan di mulut.

"Biarin," jawab singkat Farel.

"Guys ngopi yuk," ajak Devan.

"Gas keun!" Balas Ari.

"Males, gue mau-" Farel berniat ingin menolak.

Vano dengan cepat mendorong punggung Farel. "Ayolah, sekalian cuci mata."

"Jangan paksa gue, gue bisa jalan sendiri," ujar Kevin berjalan lebih dulu padahal belum ada yang menawarkan dan tidak ada yang menahannya.

"Siapa yang maksa?"

Pukul 07.05 jarum jam di pergelangan tangan Farel yang ditarik. Langkahnya kian laju mengikuti yang lain, pada akhirnya berlari meninggalkan sekolah. Dinding tinggi sangatlah mudah mereka panjat karena tangan yang bahu-membahu saling membantu untuk naik. Itu adalah pelarian ilegal untuk kesekian kalinya, dengan kata lain bolos.

Saat bersama A5 Farel dapat tertawa lepas dan berbagai banyak cerita. Ada si bijak Devan yang lebih dewasa. Kevin si kalem dengan segala kelemah-lembutannya, banyak orang menyangka ia anak yang polos. Ada juga duo yang sifatnya tidak jauh berbeda, tentunya Ari dan Vano dengan berbagai candaan maupun tingkah laku yang dapat mencairkan suasana.

Pelarian mereka berakhir pada sebuah tempat, setelah menaiki bus.

"Ini resto sepupu gue, hari ini opening," kata Devan.

Semua berdecak kagum memasuki restoran itu. Restoran dengan konsep outdoor dan disajikan pemandangan danau yang indah. Tempat semewah itu milik keluarga Devan, tentu tidak heran jika semua keluarganya adalah pengusaha sukses.

"Beh, gak nyangka bakal ngopi disini," celetuk Vano.

Salah seorang pelayan menunjukkan jalan untuk mereka. Terlihat pria berbaju putih itu seperti sudah mengenali Devan sebagai tamu penting. Mereka di arahkan sebuah meja diantara para tamu undangan lainnya.

"Acara pembukaan udah selesai, lima menit yang lalu," ujar Devan menarik-turunan alis seakan memberi isyarat.

Tentu keempat temannya mengerti, Devan sengaja datang terlambat untuk menghindari pidato panjang. Walaupun begitu ia harus menerima ceramah dari keluarga yang menunggu.

"Dev, gue cobain itu ya?" Ujar Kevin menunjuk panggung.

"Pake aja."

Meski acara hanya untuk opening, tapi diselenggarakan dengan serba mewah. Suasana riuh tawa pesta yang meriah.

"Yang lain mana?" tanya Farel baru kembali dari toilet.

"Itu," tunjuk Devan di atas panggung.

Orang dimaksud ialah Kevin yang tengah bermain gitar sambil membawakan lagu. Musik cover yang sangat cocok dengan petikan gitar. Permainan solo yang luar biasa.

"Wah! itu model bukan?" Celetuk salah seorang tamu undangan.

"Pangeran berkuda dari mana coba." Satu-dua orang berdecak kagum dengan paras Kevin.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang