Happy Reading Guys
.
.
.
.
."Hari yang cerah, secerah muka gue," gumam Kinan sembari berlari kecil sedikit melompat.
Farel menyuruh Kinan terlebih dahulu pulang untuk mengembalikan perahu pinjaman. Kinan kembali dari danau menuju vila dengan hati gembira. Ekspresi yang berseri-seri bahkan pancaran matanya tak bisa membohongi perasaan. Rasa yang mendebarkan ia harap bisa merasakan selalu.
Disisi lain perasaan yang dirasa Farel juga sama mendebarkan setelah peristiwa singkat yang mereka alami. Namun perasaan itu malah membuat pikiran Farel kacau, ia berpikir panjang tentang sebab dan akibat. Jika ia memberi hatinya pada Kinan mungkin saja suatu saat nanti gadis itu akan kecewa bahkan terluka karena dirinya.
Hidup itu pilihan terkadang manusia dihadapkan pilihan tersulit untuk melindungi sesuatu yang di jaga.
Farel telah gagal menjadi seorang anak. Gagal menjadi adik hingga kehilangan sosok kakak, dan juga sahabat. Untuk mempertahankan itu semua saja ia tak mampu apalagi memperbaiki. Farel sudah terbiasa hidup sendiri karena memang itu yang ia inginkan jauh dari keramaian agar tidak ada yang tersakiti olehnya.
Namun sekarang hadir malaikat yang membuat hari Farel tidak terasa gelap. Farel yakin nama itu hanya singgah sesaat. Sementara hatinya sudah telanjur nyaman, jika Farel membiarkan perasaan itu menjalar akan sulit melepaskan. Ia takut suatu saat nanti mungkin saja dirinya lah yang menciptakan neraka bagi gadis itu.
"Jangan lari-lari!" Tegur Kevin ketika menjumpai Kinan. Tangannya penuh membawa bungkusan plastik berisi makanan.
"Why?" Kinan berhenti di hadapan Kevin.
"Jalannya licin Kinan, nih mending bantu gue," pinta Kevin langsung menjulurkan beberapa plastik berukuran sedang. Sementara ia membawa plastik besar yang penuh.
"Gak mau, kinan gak kuat Kevin," keluh Kinan mengayun-ayun tubuh yang mungil. "Liat nih tangan Kinan kecil gini." Ia menampakkan kedua telapak tangan.
"Gue minta tolong pegang doang, bukan nyuruh nguli," celetuk Kevin.
Kevin merogoh salah satu plastik. "Nih mau gak?" Sebuah makanan dingin yang masih beku Kevin berikan pada cewek itu.
"Aaaa ice cream, kamsahamnida." Kinan antusias mengambil es krim lalu sedikit membungkuk sebagai tanda terimakasih.
Segera Kinan membantu membawa beberapa plastik belanjaan setelah menerima sogokan dari Kevin. Kinan melanjutkan langkah dengan pelan di susul Kevin di sampingnya sembari menikmati sensasi dingin dari es krim.
"Lo dari mana? Pagi-pagi udah ngilang," tanya Kevin.
"Dari.." Kinan berpikir keras tidak mungkin ia mengatakan bersama Farel. Mungkin saja jika Kinan memberitahu yang lain akan berprasangka buruk padanya.
Lawan jenis berduaan jangan-jangan.. pikir Kinan menduga hal itu akan terpikirkan oleh orang lain.
"D-dari sana, abis joging. Sekali-kali olahraga biar sehat," ujar Kinan terbata sekaligus beberapa kali meneguk ludah terasa gugup.
"Really? Lo udah sehat, boong lo ya?" Kevin menyeringai.
"Enggak beneran kok," bela Kinan pada dirinya.
"Masa olahraga gak keringetan, pasti lo kabur," tebak Kevin.
Ternyata Kevin belum menyadari keberadaan Kinan sebelumnya.
"Lo mau ngindarin tugas kan? Hari ni bagian lo nyucih piring," timpa Kevin.
Akhirnya Kinan bisa bernapas lega jika tidak ada yang mengetahui kejadian bersama Farel. Namun belum sepenuhnya bebas ia harus mengerjakan bagian tugas yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Time
Romance•Teruntuk Farel lelaki masa lalu, dan Kinan wanita sang pengagum hujan: •Dulu maupun kini tidak ada bedanya. Perasaan yang tak berubah pada orang sama, hanya waktu yang merubah keadaan. Farel hadir saat keduanya tidak saling mengenal satu sama lai...