| CHAPTER 23 | Ready For What?

11 5 3
                                    


"Good morning," sapa Jihan.

Kinan tersentak karena tiba-tiba Jihan datang mendorong. "Morning."

"Tumben pagi-pagi udah manyun, kayak Ikam mujaer," canda Jihan sembari berjalan menuju kelas.

Kinan menghela nafas panjang. "Gara-gara lo."

"Ya maap, gue laper sih kemaren." Jihan mengira karena ia mengambil diam-diam pisang coklat yang Kinan beli.

"Ohh.. jadi lo pelakunya," sangka Kinan. "Sudahku duga." Ia membelai dagunya seakan seperti membelai janggut, meski tidak ada.

"Eh Nan, itu Farel," tunjuk Jihan.

Kinan mengikuti arah matanya ke depan dan melihat Farel berjalan ke arah sebaliknya. "Iya tau," jawab Kinan.

Di jalan koridor yang sama, namun arah yang saling berlawanan. Ketika hampir berpapasan, anehnya Kinan hanya melewati Farel begitu saja. Farel sempat melihat ke arah Kinan saat berpapasan, namun sebaliknya mata Kinan sepertinya enggan melirik.

Farel berbalik setelah melewatkan Kinan. Ia menggoyangkan kepalanya dengan singkat. "Tumben anteng?"

"Nan, itu Farel loh." Jihan merasa heran.

Tidak seperti biasanya. Bukankah Farel adalah alasan Kinan bersemangat ke sekolah. Tapi kenapa sekarang Kinan tidak lagi bersemangat?

"Hai." Kevin mencegat.

"Oh hai." Kinan membalas sapaan.

"Sore sibuk gak?" tanya Kevin.

"Enggaa.."

"Kalo gitu-" sela Kevin.

Lanjut Kinan, "tau.. gak tau."

"Ayo lah, hm?"

Di sisi lain. Farel memperhatikan dari kejauhan. Melihat Kinan tersenyum, tapi tidak untuknya.

***

"Abis nyopet lo?" cetus Bintang terdengar menuduh.

"Buset, pitnah ntu," elak Ari sembari lanjut menghitung sejumlah lembar uang.

"Mencurigakan, lu bedua gak lagi ngepet kan?" Jihan ikut menuduh.

"Astaghfirullah, gue aduin pak ustadz lu," kata Vano.

"Tau ni, gini-gini juga uang halal kali." Ari ikut angkat suara. "Biasalah kerja part time."

"Ngibul ini mah, pasti abis memperbudak Devan, Kevin dan Farel," kata Jihan.

"Kagak, yang namanya bisnis pasti ada kerja sama. Nih lima juta." Vano memperlihatkan hasil uang yang ia hitung.

Jihan dan Bintang mengernyit.

"Woi Bu Ayu dateng!" teriak seseorang.

Pelajaran berlangsung seperti sebelumnya dan waktu yang seperti biasa. Namun kali ini Farel menemukan hal berbeda. Suasana tenang memang sangat Farel inginkan, tapi sekarang ada yang mengganjal di hatinya.

***

Waktu pelajaran berakhir. Semua murid tentunya dapat bernapas lega dan bersiap pulang.

"Han, gue pulang duluan ya," kata Kinan yang telah siap ingin keluar.

"Gak mau jajan dulu?" tawar Jihan. Seperti biasa Bintang, Jihan dan Kinan selalu mampir bersama untuk berbelanja.

"Lain kali ya," tolak Kinan lalu pergi.

Belum melewati pintu, seseorang menghadang dengan bersandar di bingkai pintu kelas.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang