| CHAPTER 7 | Favorite Basketball

12 6 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"Ini siapa nak?" tanya wanita tua yang tidak sengaja menemukan sebuah gambar dari album foto yang telah usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini siapa nak?" tanya wanita tua yang tidak sengaja menemukan sebuah gambar dari album foto yang telah usang.

"Ah ini, foto gadis kecil yang pernah menempati hati saya," tunjuk Farel pada album yang ia bawa.

"Benarkah? siapa nama anak kecil ini?" tanyanya Ibu dari Farel yang menderita Demensia, berada di rumah sakit khusus pasien lanjut usia.

"Risa, sahabat saya dulu." Farel merendahkan nada suara.

"Nama yang bagus, pasti anak itu suka mawar," tebaknya tidak mengingat anak dari foto itu.

"Bagaimana Bibi bisa tau?" Farel tersenyum tipis.

"Risa sama dengan kata Rose yang artinya mawar, dari beberapa foto saya melihat ia menggenggam mawar," jelas wanita tua itu, memandang sekitar halaman rumah sakit dari bangku yang ia duduki.

"Ya, dia memang menyukai mawar, mungkin sampai saat ini."

"Dulu Risa juga sakit seperti Bibi, tapi dia anak yang kuat, saya yakin dia sedang tersenyum di suatu tempat sekarang." Farel mengerutkan senyuman ketika mengingat masa kecilnya.

"Sekarang di mana dia? pasti dia gadis yang sangat cantik," ujar Ibu Farel.

"Dia sudah lama pergi, kami terpisah 10 tahun yang lalu. Ini salah saya yang lebih dulu meninggalkannya. Terkadang saya penasaran apakah Risa ada di sini? Bagaimana kabarnya? Seperti apa wajahnya? dan apakah dia masih suka mawar?"

"Sekarang saya masih menunggu dia, itulah alasan saya menutup hati kepada banyaknya perempuan." Farel hanyut dalam kenangan masa lalu yang ia ungkit kini.

"Percayalah nak kalian pasti dipertemukan kembali suatu saat nanti." Ibu mengepal kedua tangan menyemangati Farel yang tampak lesu.

"Ya sudahlah Bi gak usah dipikirin, mungkin dia tidak ada perasaan kepada saya," ujar Farel.

"Mana mungkin dia menolak pemuda tampan sepertimu, wanita mana pun pasti beruntung menempati hati kamu termasuk saya, kamu anak yang baik orang tua kamu pasti bangga," ujar Ibu benar-benar melupakan siapa anaknya.

"Tentu, wanita itu pasti beruntung." Farel sedikit terhibur menatap dengan mata yang berkaca-kaca. Terharu wanita beruntung yang dimaksud juga termasuk Ibunya sendiri, meski tidak mengingat dirinya.

"Ayo Bibi, kita minum obat." Farel mengajak Ibunya masuk kembali ke kamar untuk beristirahat, yang ia panggil sebagai Bibi karena ibunya menganggap Farel adalah orang asing.

"Jangan sedih, coba lihat laki-laki tua di bawah pohon beringin itu," tunjuk Ibu sembari berjalan beriringan di sepanjang halaman menuju kamar.

"Lelaki itu setiap hari mengunjungi istrinya yang menderita lupa ingatan kemari, tanpa istrinya tau siapa dia tidak jadi masalah baginya, dia selalu sabar dan mencintai istrinya, Bibi yakin wanita pilihan kamu adalah yang paling tepat seperti sepasang kekasih tua itu."

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang