| CHAPTER 20 | A Long Night

16 4 0
                                    


Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Kinan tersentak dan memasukan kembali apa yang ia ambil. "M-masuk," katanya pada orang dari balik pintu.

Farel memasuki ruangan dengan membawa nampan yang berisikan beberapa mangkuk makanan dan dua gelas minuman. Lalu ia taruh di atas min meja dekat sofa.
Kinan menghampiri.

"Duduk, makan dulu," kata Farel.

"Apaan sih sok baik." Kinan enggan menuruti.

Farel menghela nafas pelan dan diam sejenak. "Maaf Nan, gue keterlaluan sampe ninggalin lo. Gue takut lo kebawa dalam urusan gue," jelas Farel melirikan suaranya.

Kinan tidak menduga jika cowok itu akan meminta maaf padanya. Kinan lalu buru-buru menjawab walaupun sebelumnya sedikit tersentak.

"Aigo gwenchana, gue paham kok." Kinan duduk di samping Farel.

"Beneran?" Tanya Farel menaikan sebelah alis tebalnya.

Kinan mengangguk. "He'eh. Ya udah gih gue makan dulu yahh." Ia mengambil semangkuk sup kacang hijau yang masih hangat.

Lagu Sampai Menutup Mata by Acha Septriasa berupa instrumen piano, mengalun lembut bersumber speaker mini.

"Iya."

Farel memperhatikan cewek itu menyantap hidangannya. Sesaat kemudian mengatakan, "Nan, kenapa lo terus maafin gue?"

Kinan menoleh. "Karna gue yakin lo pasti datang Rel, gue bakal marah kalo lo gak datang untuk gue selamanya." Ia memberi tatapan lekat diikuti senyuman bulan sabit terbetang di bibirnya.

Tak ada balasan dari Farel hanya anggukan pelan untuk responnya. Tangannya lanjut beralih mengambil kemeja yang tanpa sengaja Kinan kenakan sebelumnya.

"Gue gak selamanya harus ada disini, kelak lo bakal di hadapkan pilihan dengan langkah lo sendiri." Farel lalu menggeledah lemari kecil dan mengambil sebuah kotak berisikan alat jahit.

Hujan yang tak kunjung reda membuat suasana kian sendu. Ledakan suara di langit tak henti menyambar. Kaca bening di jendela menerawang tetesan yang hinggap serta air yang menerobos turun ke bawah.

Farel menarik kursi lalu duduk di sebelah jendela balkon yang tertutup. Tubuhnya menyampingi jendela itu namun masih sedikit menghadap Kinan.

Kotak yang Farel keluarkan dari lemari itu ia letakan di meja sebelahnya. Jemarinya menarik gulungan benang putih lalu menyambungkan pada lubang jarum.

"Laki-laki banyak Nan, gak harus gue." Farel mulai menusukan ujung jarum pada pakaian itu untuk memasang kancing yang terputus.

Kinan yang sedari tadi memperhatikan gerak Farel jadi tersentak. Ia lalu termenung melihat bayangkan hujan dari balik bingkai jendela.

"Kamu itu.." mata Kinan hanya menerawang satu sisi dekat bayangan Farel.

"Seperti mawar merah diantara mawar putih," sambung Kinan.

"Nyari kamu itu susah kayak daun, di padang rumput Rel."

Farel menghentikan jari yang menarik benang pada jarum. Farel melihat Kinan yang berbicara dengan tatapan kosong.

"Dan, nyeberang laut untuk kamu di tengah samudera, adalah cara aku menaklukkan hati kamu." Kinan dengan percaya diri menuturkan kalimat baru di telinga Farel.

Farel buru-buru mengusir ucapan Kinan di benaknya. Bukan Farel tak peduli, hanya saja ia belum siap mewadahi hati perempuan di hadapannya. Tentunya Farel paham maksud suara yang terdengar bahwa kata-kata itu adalah ungkapan dari perasaan Kinan jika cinta benar adanya di lubuk hati.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang