| CHAPTER 4 | Looking For Him

10 8 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"Van, Farel mana dari tadi gak keliatan?" tanya Kinan menghadang Devan di depan pintu yang hendak keluar.

"Farel mah mau lo cari sampe ujung dunia juga gak bakal nemu," sahut Ari yang sedang menyapu karena hari ini jadwal piketnya.

"Apaan sih yang nanya siapa, yang jawab siapa" ejek Kinan.

"Yee dikasih tau juga pagi-pagi gini biasanya semedi di gunung Rinjani," ujar Ari yang masih fokus pada tugasnya.

"Ngapain?" tanya Kinan.

"Nyari tumbal buat pesugihan, ya menyendiri lah nyari ketenangan. Ni ya gue kasih tau Farel tuh gak suka keramaian, apalagi lo nyari ribut, jadi kita mah maklum kalo di sering ngilang-ngilang," jelas Ari yang sudah hapal kebiasaan temannya.

"Lo cari aja Nan di gedung workshop kalo gak ada biasanya dia sering muter-muter," terang Devan memberi saran. Gedung workshop yang belum di pakai untuk pembelajaran karena proses perbaikan listrik menjadi sandaran empuk Farel bersantai tanpa di ganggu siapa pun.

"Makasih Devan bye Ari jelek." Kinan pergi mencari keberadaan Farel.


Bruukk

suara barang terjatuh terdengar dengan keras.

Kinan pun berbalik membantu Laura mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai.

"Lo gapapa?" tanya Kinan.

"Iya gak apa-apa, maaf ya ngerepotin kamu," ujar Laura kakinya tersandung karena saking banyaknya buku di bawa dan menjatuhkan semua hingga berceceran.

"Mau dibawa kemana buku-bukunya?" Kinan mengangkat kumpulan buku yang selesai disusun hendak membantu mengantarkan sekalian.

"Ruang guru Kinan, meja Bu Milda mau ngumpul tugas biologi," sahut Laura sangat ramah pada Kinan. Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol.

"Kok lo tau nama gue?"

"Hehe.. soalnya kamu sering bareng Farel," jawab Laura tertawa kecil.

"Lo Laura anak 12 ipa-1 kan? kalo gak salah lo sepupunya Farel?" Kinan mendapatkan informasi dari teman-temannya.

"Iya, tapi hubungan kami gak deket," balas Laura.

"Farel pasti bangga deh punya saudara kayak lo udah cantik, pinter, masuk kelas unggulan pula," puji Kinan tapi Laura hanya diam membalas dengan senyuman. Ekspresinya berubah ketika membicarakan Farel.

Karena konflik antara keluarga Farel dan keluarga Laura disebabkan oleh persaingan bisnis membuat perpecahan harmonisnya sebuah keluarga. Boro-boro berkumpul, berkomunikasi saja tidak pernah karena gengsi keduanya. Laura dan Farel pun yang tidak tau apa-apa harus kena imbasnya. Laura ingin sekali berteman baik dengan sepupunya tapi ia takut Farel tidak suka atau bahkan membencinya, ayah Laura juga melarang untuk berinteraksi dengan keluarga Farel. Laura harus masuk dalam urusan orang dewasa demi kepentingan ayahnya.

"Sini Nan." Laura menaruh buku-buku di meja ruang guru.

"Makasih banyak ya Kinan udah bantuin." Laura berterima kasih kepada Kinan telah membantu juga sedikit menghibur dirinya karena Kinan sangatlah asik bersenda gurau.

"Iya sama-sama gue duluan ya ke kelas." Kinan keluar lebih dulu dari ruang guru. Bukannya kembali ke kelas langkahnya belok ke arah kantin padahal belum waktunya istirahat. Karena lelah berlarian ia mengurungkan niatnya mencari Farel yang berakhir kulineran bersama Jihan yang sama-sama bolos pelajaran demi mengantri mie ayam bunda Yanti agar tidak kehabisan.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang