| CHAPTER 8 | Rain

15 5 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Hujan, batin Farel.

Tangisan semesta yang menggores langit di saat senja mulai memenuhi cahaya jingga, yang tergantikan oleh teduhnya awan redup.

Aku tertegun sejenak menatap dirimu di bawah gelapnya langit.

Hembusan angin yang menusuk kalbu menghilangkan segala lara yang terasa. Sejuk hati memandang dirinya menari di bawah rintik hujan menikmati tiap tetesan yang membasahi bumi.

"Fareel!" Suara gadis kecil yang candu memanggil.

"Haruskah ku hampir?"

Keheningan yang melanda waktu senja berselimut awan gelap. Tanpa sadar radarku memandu langkah untuk menemukanmu, demi tuntasnya rindu yang menuntut temu. Rasa yang abadi dalam bait yang tergores tinta, mengisahkan tentang sebuah cinta mengubah tulisan menjadi cerita. Dua jiwa yang tidak saling menautkan hati, layaknya langit dan bumi takkan pernah diizinkan semesta bersatu.

Kali pertama di hidupku, terukir cerita tentang hujan. Keheningan yang melanda membuat Farel hanyut dalam lamunan, menatap gadis yang bersuka ria menari di bawah hujan.

Begitu dinginnya air yang mengguyur kota pahlawan. Meski jatuh berkali-kali hujan pasti akan datang kembali. Kenangan yang pernah membekas di bawah rintik hujan yang berlalu. Tentang luka yang abadi dan indahnya memori yang pernah singgah.

"Kenapa setiap kali ingin menghindar, kakiku selalu melangkah ke arahmu," gumam Farel sedari tadi memandangi Kinan dari gedung kelas tingkat atas.

Hujan, Kali ini engkau datang bersama orang yang tepat, orang yang mampu menemanimu menumpahkan derasnya air dan merasakan nikmatnya yang jatuh.

"Sampe kapan mau di sini?"

Suara berat terdengar tak asing yang datang bersamaan dengan payung hitam menaungi Kinan. Terasa hangat dari dinginnya air membasahi.

"A-anu, kapan lo dateng?" betapa terkejutnya Kinan membalikan tubuhnya yang sudah berada tepat dihadapan Farel.

"Farel main bareng yuk," ajak Kinan berada di bawah payung besar.

"Mau sakit lo?"

"Gue belum puas" rayu Kinan yang mulai bertingkah.

"Ya udah, gue pergi," ketus Farel.

"Eh..eh.. Rel jangan pergi, aku ikut." Kinan dengan sigap mengikuti arah payung hitam yang berbalik oleh langkah Farel yang hendak pergi.

"Hmm." Farel mengiyakan dengan isyarat mata yang mengedip pelan secara bersamaan dengan beberapa anggukan.

"Kok lo belum pulang?" tanya Kinan sembari berjalan bersandingan di bawah payung yang digenggam oleh Farel.

"Lo sendiri kenapa gak pulang? malah main air." Farel membalik pertanyaan dari Kinan.

"Maksudnya hujan?"

Tiik..tik..tik.. suara tetesan air dari payung yang perlahan menjadi rintik tidak begitu deras, mengiringi obrolan mereka disertai suasana sunyi yang sendu.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang