| CHAPTER 18 | Insidenct

11 5 0
                                    


Happy Reading Guys

Tring..tring.. tring...

Suara nada ponsel Farel berdering bersumber dari saku celananya.

"Hallo?" Farel menyahuti lebih dulu pemilik nomor yang menghubunginya.

Suara seseorang dari telepon itu beritahukan hal yang tidak mengenakan untuk didengar. Membuat Farel detik berikutnya mendelik panik. "Apa!"

Farel menghela kasar. "Baiklah, saya kesana sekarang."

Sebisa mungkin berusaha tenang walaupun terpampang jelas kegelisahan dengan beberapa kali berat menelan ludahnya.

Setelah menerima telepon Farel dengan sigap berlari menuju kamar yang sebelumnya tengah berkumpul menikmati sarapan pagi.

Kedelapan orang yang berada di tempat itu jadi terpengarah. Devan menyusul mencari tau keadaan yang sedang Farel alami.

"Ada apa?" Tanya Devan tersandar di bingkai pintu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nyokap gue pingsan jatoh dari tangga tadi gue di kabarin perawat pribadinya," jelas Farel berbicara tergesa-gesa sambil mengarahkan tangannya mengemas pakaian.

Devan mendelik melepas lipatan tangannya dan berdiri lurus. Tak bisa berkata-kata mulut Devan terbungkam, bingung ingin menyampaikan apa.

"Gue ikut, lo butuh apa?" tawar Devan bermaksud ingin membantu.

"Jangan, disini lo yang paling bisa bersikap lebih dewasa." Farel telah siap membereskan perlengkapan. "Tolong bimbing yang lain gue percaya sama lo," Farel mengangkat tasnya dan beranjak keluar.

"Guys gue duluan ada urusan." Farel berpamitan pada semua orang yang berada di meja makan.

Sambungnya, "gue sampe di sini dulu sorry gak bisa nemenin sampe selesai."

Farel berlanjut berjalan ke arah Devan. "Gue titip mereka." Tangannya menepuk pundak Devan yakin bahwa akan aman padanya.

Setelah kembali dari kamar Farel tak menemukan wujud Kinan. Matanya berkeliling sejenak namun waktu yang dimiliki tidak banyak, lanjut segera melangkah keluar.

"Mau kemana Farel?" Tanya Vano penasaran.

Devan menghela nafas panjang. "Nyokapnya gak sadarkan diri abis jatoh dari tangga, jadi Farel nyusul ke rumah sakit tempat ibunya di rawat."

Tak ada jawaban dari yang lain hanya memanggut-manggut paham. Terpampang raut sedih mendengar berita itu.

"Em setelah pulang kita mampir jenguk ibu kak Farel yuk," ajak Laura dengan ramah.

"Iya, kita habisin beberapa hari lagi. Gue yakin nyokapnya pasti baik-baik aja," ujar Devan.

"Farel udah dewasa pasti bisa nanganin masalahnya sendiri," timpa Ari.

Semua mengiyakan lanjut kembali pada aktivitas sarapan dan ingin merencanakan perjalanan mengelilingi sekitar pedesaan.

"Btw Kinan mana?"

***

Farel mengusap kasar wajahnya ketika telah memasuki mobil. Mobil itu ia pinjam dari Devan milik keluarganya. Hatinya tak karuan karena khawatir atas kecelakaan yang menimpa ibunya. Farel pun terdiam sejenak sebelum akhirnya di kejutkan oleh suara dari kursi belakang.

"Annyeong!"

Deg...

"Astaghfirullah!" Farel tersentak mengelus dadanya.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang