| CHAPTER 3 | Sunday morning

19 8 0
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Pagi yang sendu angin berkabut di udara. Gemerlap bintang mulai memudar, kilauan fajar pun kembali ke peraduan. Sinar sang Surya perlahan terlihat mewarnai awal hari.

Pria dingin masih terlelap dalam alam bawah sadarnya dan tengah berlabuh di pulau mimpi. Pukul 04.55 putaran jam menunjukan pagi yang cerah.

"FAREL BANGUUN!!!" suara teriakan melambung keras dari luar rumah Farel di susul suara-suara berikutnya memanggil.

"BANGUN TUKANG TIDUR!"

"BANGUN!...BANGUN!..."

"WAHAI PENGHUNI RUMAH BANGUN.. PRINCESS LO JEMPUT"

Farel pun terkejut bangun dari tidurnya. Baru mengumpulkan nyawa suara yang tak asing baginya terdengar kembali. Ia pun mengecek asal suara berjalan terhuyung-huyung setengah sadar.

"REL KALO LO GAK BANGUN GUE SUMPAHIN JADI SUAMI GUE!!"

"Woi lo siapa teriak-teriak di rumah orang!" balas Farel dari luar balkon kamarnya di tingkat 2 yang masih setengah membuka mata.

"Kinan istri lo!" Ujar Kinan yang sejak tadi berusaha membangunkan Farel.

Farel yang sadar kehadiran gadis itu langsung turun menemui Kinan yang berada di luar pagar tinggi berwarna hitam sambil mengenakan jaket tipis untuk menutupi kaos putih yang serasi dengan celananya dan kondisi rambut berantakan sehabis bangun tidur.

"Kok lo tau rumah gue?" tanya heran Farel.

"Tau dari Ari," ucap Kinan mengintip dari celah-celah pagar yang membatasi keduanya.

"Rel bukain pagarnya dong susah tau ngeliat muka lo dari sini," rayu Kinan yang menggenggam toa pinjaman Ari.

"Lo ngapain sih di sini?" Farel menggaruk belakang leher tampak kesal.

"Iiihh bukain dulu baru gue jelasin," ujar Kinan dengan berat hati Farel membukakan pagar.

"Puas? ngapain lo kesini?" Farel menggeser pagar perlahan.

"Ngelamar lo lah," gurau Kinan melebarkan senyuman sambil menggoyangkan badan tak bisa diam, dengan Hoodie pink yang hampir menenggelamkan tubuh mungilnya dan celana putih di bawah lutut lengkap sepatu pink serasi dengan  Hoodie yang ia kenakan.

"Kinan ini masih pagi, gak seharusnya lo pagi-pagi ke rumah cowok yang bukan siapa-siapa lo, apalagi lo anak cewek jaga sikap lo." Farel menahan kesabaran dengan nada berat khas seorang laki-laki.

"Iya deh maaf gue kan cuma mau ketemu lo." Kinan menempelkannya bahunya kepada Farel yang berbadan tinggi.

"Ini kan hari minggu Rel cuma hari ini gak bisa ketemu lo, hati gue gak tenang pisah sehari sama lo."

"Rel rumah lo gede banget gak ada niatan ngajak gue jalan-jalan gitu, kayaknya rumah lo masih muat nampung satu orang. Gue gitu contohnya." Kinan tersenyum meringis tak henti bicara.

"Kinan pulang! sebelum gue panggil satpam buat usir lo!" bentak Farel menarik tangan Kinan keluar pagar dengan kasar.

"Tapi gue..." omongannya terhenti.

"Pulang!" Nada Farel meninggi.

Kinan mengerjap. "Iye deh maaf ya ganggu kamu, aku pulang dulu salam buat orang tua kamu juga."

Bukannya kesal Kinan dengan sabar  menghadapi perlakuan Farel padanya. Melambai sambil tersenyum ke arah Farel dan pergi menjauh di hadapan Farel. Berjalan santai dengan kedua tangan berada di kantong  Hoodie.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang