2

747 194 116
                                    


Oke... sebelum mulai, saya jawab pertanyaan dulu 😌😌😌

Q: Sera di manaaaaaaaaa?
A: di hati Tuan Muda Kim 😌😌 di mana lagi, ye kan???

Q: cerita masih panjang atau sudah pendek?
A: target sih sebelum ganti tahun udah tamat, sekitar 7 or 10 part lagi

Q: kenapa Junhyung mati?
A: pengen aja 😌😌😌

Btw buat yang masih bingung kenapa bisa umur 17 naksir bapack-bapack umur 46 dan berpikir cerita ini ngak make sense

Gue: ini tuh bukan ngak masuk akal, tapi kebetulan aja lingkunganmu tidak berada di circle itu.

Ada pertanyaan lain?|

--

--

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Kadang-kadang Seokjin merasa kesulitan berada di antara dirinya sendiri dan alter ego yang kerap mengusik ketenangannya, sosok lain dari dirinya yang temperamental dan membenci segala hal di hidupnya. Dia benci Sera menghianatinya, membawa lari bayinya, lalu gadis itu sekarat setelah ayah berengseknya tertembak mati di tempat.

Dia benci tidak bisa membunuh gadis keparat itu dengan tangannya sendiri, kenapa Junhyung harus sepeduli itu pada Seraphina, bagaimana pria itu bergeser sesaat sebelum dia menarik pelatuk. Konsentrasinya buyar, tubuh menjulang Junhyung tiba-tiba ambruk dengan darah yang merembes dari punggung hingga dada.

Seokjin ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan terencana atas Kim Jun Hyung. 

Seokjin tidak peduli, satu-satunya yang membuat frustasi adalah dia tidak diizinkan datang ke pemakaman. Dia ingin melihat untuk terakhir kali sosok ayah kandung yang tidak sempat dia kenal, sosok yang dibenci sekaligus dimimpikan, setelah dia tahu kalau Kim Handong bukan ayah kandungnya.

Seokjin mondar mandir di ruang tahanan saat merasa kepalanya sakit, rasanya mau pecah. Dia memukul-mukul kepalanya untuk meredam rasa sakit, dia butuh obat, memanggil polisi yang berjaga. Tidak ada jawaban, teman satu selnya memaki sebab dia berisik sekali.

Seokjin mendesis, pupilnya mengecil, dia berjongkok, jari-jarinya mencengkram jeruji kuat-kuat. Lalu tanpa pernah diduga dia menghantamkan kepalanya pada jeruji-jeruji itu, berkali-kali, bunyi benturannya menggema, memantul-mantul ke segala arah.

"Yak! kau bisa mati! Sipir, ada yang terluka!" Seorang tahanan berteriak memanggil petugas, menatap ngeri darah kental mengalir lamban dari hidung dan pelipis Seokjin yng kini terkapar.

Pengantin Pesanan Untuk Tuan KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang