1

2.3K 322 124
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Selama 23 tahun dia hidup, Cho Sera tidak pernah merasa berada digaris paling bawah putus asa yang sempat membisikkan hal gelap seperti terjun ke sungai Han, lalu mati mengambang keesokan harinya. Namun, mengingat dia bukan orang penting apa lagi selebriti dan jauh dari kata anak-orang-kaya, Sera menunda niat gilanya itu.

Dia merasa kecewa, membayangkan berita kematiannya hanya akan memenuhi sudut koran di lembar terakhir dan tidak mungkin dilirik oleh pembaca. Pemakamannya sepi karena dia tidak punya siapa-siapa sejak keluar dari panti asuhan, tidak ada sanak famili, handai tolan dan teman-teman yang menangisi kepergiannya, karena sekali lagi bisa dikatakan, Cho Sera hidup sebatang kara.

Dia bukan anak yang dibuang oleh orangtuanya, melainkan anak perempuan dari keluarga miskin di kampung Guryong yang kumuh, kotor, daerah Seoul yang terlupakan. Orangtuanya meninggal karena kebakaran besar yang meluluh lantahkan daerah itu, rata dengan tanah. Sera selamat dari kebakaran dahsyat itu, sebab dia terjatuh ke dalam sumur tua penuh air bersama dua anak lainnya.

Dinas sosial Seoul menemukan mereka sekarat dalam sumur, mereka dibawa untuk hidup di panti asuhan sampai umur 20 tahun (usia legal di Korea). Sera menganggap selamatnya dia dari kebakaran adalah kesialan, harusnya dia ikut hangus terbakar bersama kedua orangtua sehingga tidak harus menjalani hidup berat di dunia yang keras ini.

Kesialan Sera terus berlanjut sampai bertahun-tahun, bagaimana tidak, saat anak-anak lain diadopsi orang kaya dan hidup enak, maka tidak ada satu keluarga pun yang menginginkan Sera menjadi anak angkat mereka. Panti asuhan tidak bisa menampungnya lagi, jadi setelah dia legal hidup mandiri Sera dilepaskan oleh ibu panti—lebih tepatny, diceburkan ke neraka dunia yang siap melahap Sera kapan saja—setidaknya, itu lah yang Sera pikirkan selama ini.

Sera pernah bekerja—tentu saja, kalau tidak kerja Sera tidak bisa hidup di ibu kota—dari tukang cuci piring di dua restoran cepat saji, tukang gulung kabel pada band lokal dekat taman kota (meski hanya tujuh bulan dan dibayar satu kardus ramyeon) tukang koran, juga pengantar pizza, Sera tetap saja hidup pas-pasan digaris kemiskinan.

Semua gajinya kalau dikumpulkan hanya cukup untuk; sewa kamar atap yang panasnya luar biasa saat summer dan dia akan membeku waktu winter, membeli makanan seadanya, dan beli perlengkapan sehari-hari dengan harga diskon.

Dia pernah mendaftar jadi Idol tapi ditolak karena suaranya pas-pas-an, daftar jadi model tinggi badan tidak mencukupi. Kata orang wajahnya cantik, tapi dia selalu ditolak tiap kali mendaftar di rumah model. Mereka bilang, dia tidak fotogenik atau apalah, dada kurang besar dan bokongnya juga tidak menarik.

Ditengah-tengah semua hal yang membuat Sera tidak punya alasan lagi untuk tetap lanjut hidup, ingin mati tapi kok rasanya terlalu menyeramkan, Sera bertemu teman lamanya di sekolah menengah. Ketika dia muncul dari stasiun bawah tanah, perempuan dalam balutan mantel tebal pink cerah muncul dihadapan, seperti kotak hadiah Santa, penuh keajaiban.

Pengantin Pesanan Untuk Tuan KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang