2

694 203 80
                                    


Setelah membicarakan perihal tuduhan dan tuntutan atas Ahn Raina pada Jimin, Taehyung sampai pada keputusan menyangkut langkah selanjutnya yang dia ambil sesegera mungkin. Dia menunjuk Jimin sebagai pengacaranya, mengajukan wacana hukum terhadap Raina setelah menyerahkan gadis itu ke pihak berwajib.

Detektif Seungwon membantu mengeluarkan surat penggeledahan juga penyelidikan lebih lanjut, sementara Raina ditahan di pusat detention didampingi kuasa hukum, sampai kasus pembunuhan itu siap naik sidang.

Ahn Kangin begitu terpukul atas tuduhan Taehyung kepada putrinya, tetapi bukti ditemukan polisi di apartemen Raina, sebuah pistol lengkap dengan peluru yang sama dengan peluru di tubuh Junhyung. Kangin berusaha meminta keringanan dan ampunan pada Taehyung, sebab sejahat-jahatnya Raina tetap putrinya, tapi Taehyung tidak ingin ada negosiasi apa pun.

Entah apa yang merasuki Raina sampai mengambil jalan pintas sekejam itu, semua orang penasaran, terlebih Taehyung. Keduanya tidak sedang berada dalam masalah pelik, dia mengenal Raina sebagai pribadi yang baik. Permasalahan mereka ada pada Seokjin dan Sera, tetapi Taehyung merasa alasan itu masih belum kuat untuk mengambil keputusan menembak mati dirinya.

"Kau yakin ingin menemuinya?" tanya Jimin, setelah dia menyerahkan berkas tuntutan ke kejaksaan, menuntut hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan berencana.

"Ya, ada hal yang ingin kudengar darinya."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Taehyung." Jimin mengucapkannya sungguh-sungguh.

Dia terlalu mengenal Taehyung, si baik hati yang rela disakiti berkali-kali. Prinsip hidup yang tidak pernah ada di kamus hidup Jimin, menurutnya tidak ada untungnya menjadi protagonis.

"Ini terakhir kali aku menemuinya, tenang saja."

Taehyung berjalan dengan berat dalam udara malam musim gugur yang dingin menuju ruang kunjungan detention center, sedingin perasaannya atas segala kejadian tidak terduga yang menimpa hidup dalam kurung waktu dua minggu. Tragedi yang tidak pernah Taehyung bayangkan, menanggungnya sendirian demi orang-orang yang membutuhkan dirinya.

Hatinya ngilu tapi dia tidak punya banyak waktu untuk menangisi kehilangannya. Keluarga membutuhkan dia, istrinya membutuhkannya, juga perusahaan yang diwariskan kepadanya. Sekarang dia juga harus berhadapan dengan pembunuh ayahnya, detik ini Taehyung sempat berharap bukan Raina pelakunya.

Dia tidak siap dikhianati oleh orang terdekat, bagaimana ayahnya menyayangi Raina seperti putrinya sendiri, merasa sedih saat hubungan indah itu berantakan. Bila saja pelaku orang jauh, maka rasa perih yang ditanggung tidak akan seberat ini. Belati yang ditancapkan Raina menembus sampai jauh ke dasar hati terdalam, begitu menyesakkan, saat mendapati sosok yang dia sayangi menjadi pelaku kejahatan atas dirinya dan berakibat fatal untuk sang ayah.

"Mau apa lagi menemuiku?" ucap Raina, tak acuh.

Taehyung belum memperingatkan Raina bahwa dia akan datang. Waktu Jimin selesai bicara dengan polisi yang bertugas, barulah Taehyung diizinkan masuk, duduk di seberang meja di mana Raina memandangnya lurus-lurus dalam seragam cokelat terang.

"Aku perlu bicara beberapa hal denganmu," kata Taehyung.

Menurut dokter kepolisian, keadaan psikis Raina normal, tidak ada tanda-tanda gangguan jiwa seperti hasil tes Seokjin. Raina sehat, fakta yang membuat Taehyung semakin terpuruk. Dia dihadapkan pada pilihan yang bertentangan, apa pun yang dikatakannya tentang Sera hari ini, akan dianggap pembelaan di atas luka hati wanita lain yang dikhianati.

"Pertanyaanku masih sama, kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Taehyung, matanya tampak kelam di bawah cahaya lampu terang. "Kesalahan apa yang kulakukan padamu?"

Pengantin Pesanan Untuk Tuan KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang