PROLOG

2.7K 329 105
                                    


"Halo, dengan agen Pengantin Pesanan yang dibutuhkan oleh para jomblo, bisa dibantu?"

Nada sapaan dari perempuan di seberang telepon terdengar mengejek dan prihatin dalam kadar yang nyaris sama, Jimin hampir mengeluh kalau saja ini bukan untuk kepentingan sepupu tersayangnya, Kim Tae Hyung.

"Butuh satu gadis cantik, seksi dan professional, bukan remaja amatir yang bahkan tidak tahu di mana letak kelamin mereka," kata Jimin terus terang, tidak mau direpotkan oleh tingkah remaja tanggung yang selalu membuatnya sakit kepala.

"Noted," jawab agen itu. "Butuh ukuran spesifik, Pak?

"Dada besar, minimal 38—ada?"

"Ready. Ada lagi, Pak?"

"Jangan terlalu pendek, tapi jangan terlalu tinggi juga." Jimin mengusap dagunya yang kasar. "Kira-kira kalau untuk 183 senti, cocoknya yang tinggi berapa?"

"Kisaran 163 sampai 173 senti, saya rasa masih oke."

"Deal."

"Pembayaran dimuka untuk agen sebesar 50 juta cash tidak boleh transfer, bisa langsung diserahkan pada transporter kami ya, Pak. Bayaran lainnya bisa Bapak diskusikan langsung dengan gadis yang kami kirim. Segala hal yang terjadi setelahnya bukan tanggung jawab kami lagi, kami hanya membantu agar para jomblo yang mungkin sudah menahun bisa kembali berdiri—oh, maksud saya bisa kembali bahagia."

Tawa tertata di seberang membuat kuping Jimin berdengung, dia sampai memaki sewaktu perempuan itu tidak berhenti tertawa dan meminta pesanannya segera dikirim.

"Dikirim besok jam 10 pagi ya Pak, jika tidak sampai dalam dua jam Bapak bisa hubungi kami kembali. Mau dikirim ke mana? Bisa info alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi?"

"Pyeongchang-dong, Jongno-gu. Tinggalkan saja dia di Gana Art Center, nanti akan ada yang menjemputnya. Oh, suruh dia mengunakan pakaian seadanya, kau paham maksudku 'kan?"

"Baiklah, nomor—"

"+82 2-1310-1995," sela Jimin cepat-cepat.

"Baik, terima kasih telah—"

Jimin memutus sambungan itu secara sepihak, terlampau muak dengan prosedur selayak pembelian barang padahal dia tengah memesan seorang manusia. Nomor agen illegal itu dia dapat dari temannya, Jeon Jung Kook, pemilik kelab striptis-NixyLand kelab di Makau.

"Kau benar-benars serius?" kata Hoseok, sepupu Jimin yang lain, tiba-tiba muncul dengan muka bantal dari arah kamar tidurnya.

Biasalah Hoseok numpang tidur lagi, sepupu miskinnya itu memang kerap numpang hidup dengan Jimin. Si Pengacara sukses spesialisasi perceraian selebriti, upah Jimin dalam satu kali kasus bisa membeli harga diri Jung Hoseok.

"Mau bagaimana lagi, dari pada Taehyung jadi bujang lapuk."

"Cih! Kenapa tidak pesan sekali pakai saja sih, bukannya kalau pernikahan bakalan repot."

"Repot kalau untuk kaum homeless sepertimu, kalau Taehyung hanya seperti membuat roti panggang di pagi hari."

Hoseok terdengar menggerutu sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi, sementara Jimin menghitung sisa jam sampai gadis pesanannya datang.

--

Waktu pun terasa berteleportasi, tahu-tahu Hoseok sudah muncul di ruang depan keesokan harinya, dengan seorang gadis yang dia jemput dari depan Gana Art setelah dibayar lunas.

Sekali pandang, Jimin langsung berdecak kesal. Kenapa tidak sesuai pesanan?—batinnya.

"Tinggi badan?" tanya Jimin, melompati kata sapaan, atau sekedar meminta gadis itu duduk di sofa.

"163," jawab gadis itu lugas, tidak merasa terganggu saat Jimin memerhatikan tubuhnya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.

Jimin menghela napas saat pandangannya berhenti di dada gadis itu. Dalam pakaian sempit, sependek setengah paha dengan tali bahu, Jimin tidak bisa melihat hal yang menarik.

"Dadamu terlalu kecil, kembalikan," kata Jimin, mengibaskan tangan sembari meminta Hoseok mengeluarkan gadis itu dari rumahnya.

"Yak! Hei, tunggu dulu, ukuranku 36—" teriak gadis itu saat Hoseok mencoba menarik lengannya. "36B—hei, Tuan, memangnya kau butuh ukuran berapa? Aku bisa memasang silicon."

Langkah Jimin berjeda, dia membalikkan badan.

"Aku butuh yang asli, lagi pula kalau silicon tidak bisa di—" Jari-jari Jimin bergerak seirama, seolah-olah ada benda kasat mata di dalam genggamannya.

Dia mendekat pada gadis itu, mengarahkan tangannya pada dada sang gadis yang buru-buru menyilangkan kedua lengan.

"Nah, ditanganku saja longgar apa lagi di tangan Taehyung—" Kepala Jimin miring ke kanan, menyeringai saat gadis itu meringis.

Hei, kalian tidak berpikir Jimin memegangnya, 'kan?—Sinting, Jimin masih punya sopan santun, dia hanya mengira-ngira.

"Pulanglah. Hoseok keluarkan," tambahnya pada Hoseok.

"Tuan, tolong, aku butuh uang!" Gadis itu melepaskan cengkraman Hoseok, lalu berlari mendekati Jimin.

"Saudaramu sakit parah?" tanya Jimin.

"Tidak."

"Pacarmu koma dan butuh biaya?"

Gadis itu menggeleng.

"Orangtuamu ada yang kena kanker?"

"Aku yatim piatu."

Jimin tertegun sebentar. "Jadi, kau butuh uang untuk apa?"

"Untuk kehidupan di hari tua."

Jimin mengernyit kemudian tertawa.

"Kenapa? Bukankah itu impian semua orang?"

"Baiklah, kau realistis juga."

Jimin meminta gadis itu duduk di sofa, dia menarik laci meja untuk mengambil kertas dan pulpen.

"Nama?"

"Cho Sera."

Jimin menulis surat perjanjian yang hanya berisi nama mereka dan satu pasal, serta jumlah uang yang akan diterima gadis itu.

Sera membaca kontrak kerja dengan dahi mengernyit, tugasnya hanya satu; memberikan permainan cinta paling dahsyat untuk Kim Taehyung selama mereka menikah.

"Bukankah memang itu tugas istri?"

"Kau sanggup melakukannya dalam tiga bulan?"

"Kalau tidak sanggup aku tidak mungkin datang ke sini, Tuan."

Jimin bersandar pada sandaran sofa, bersedekap, menumpu kaki kirinya di atas lutut kanan. Sudut bibirnya terangkat, menyeringai halus, sebelum berkata dengan tenang.

"Sepupuku, Kim Tae Hyung, dia—homo."

"A-apa?!"

"Lima ratus juta dibayar dimuka bila kau sanggup membuatnya—"

"DEAL!!" Sera lekas menyela keras-keras, menandatangi kontrak kerja dan menyerahkannya pada Jimin.

Jimin tersenyum puas, "Oke deal!" katanya, lalu tertawa senang setelahnya.

Mati kau Kim Taehyung—gumam Jimin, di antara tawanya yang belum reda, sementara Hoseok hanya bisa menggeleng tak habis pikir.

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

Pengantin Pesanan Untuk Tuan KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang