LH 34

1.5K 114 7
                                    

Apakah kalian berfikir Karin benar-benar dihukum membersihkan halaman taman? Tidak.

Ia hanya kena semburan ceramah dari mamanya saja tidak sampai disuruh bersihin halaman taman.

"Kakak"panggil Wina sambil duduk disebelah Karin.

"Apa sayang? Mau apa hm?"jawab Karin tanpa menoleh, ia sedang melanjutkan pekerjaannya.

"Winnie ngantukk"ucap Wina sambil mengucek matanya. Lalu Karin melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya.

"Baiklah, ayo kita istirahat"Karin meletakkan laptopnya di meja lalu menggendong Wina dan membaringkan Wina di tempat tidur.

Ia ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Wina lalu merengkuh tubuh Wina ke dalam pelukannya.

Karin menyempatkan mencium kening Wina dan mengusap rambut Wina.

"Good night sweetie"ucap Karin, lalu setelahnya mereka memasuki dunia mimpi.

Sinar matahari menerobos masuk lewat jendela kamar, si manis sudah bangun terlebih dahulu.

Ia sedang berada di dapur saat ini. Sedang asyik mengaduk masakan tiba-tiba ada tangan melingkar di pinggangnya. Wina tentu saja mengetahui siapa itu. Ya siapa lagi kalo bukan Karin.

"Kak, minggir ih. Orang Wina lagi masak juga"ucap Wina. Bukannya melepaskan tangannya ia malah mengeratkannya.

Wina merasa tangan yang melingkar di pinggangnya semakin panas, ia membalikkan tubuhnya lalu menangkup pipi Karin.

"Kakak sakit? Badan kakak panas banget"ucap Wina, Karin tidak menjawab hanya memejamkan matanya.

"Kakak hari ini izin dulu, kakak sakit. Kakak harus istirahat, ayo Wina anterin ke kamar lagi"ucap Wina. Sebelum menuntun Karin, Wina sudah mematikan kompornya.

Wina menuntun Karin menuju kamarnya, lalu direbahkannya badan Karin di ranjang.

Wina menarik selimut lalu menutupi badan Karin menggunakan selimut sampai setengah badan.

"Kakak tunggu sini ya, Wina mau ngambil pengompres dulu. Nanti Wina kesini lagi"Karin hanya menurut dan Wina segera turun mencar handuk kecil serta baskom.

Wina kembali membawa barang-barang tersebut lalu masuk ke kamar mandi untuk mengambil air.

Wina meletakkan baskom yang berisi air itu di nakas, ia memeras handuk kecil yang dibawanya lalu ditempelkan pada dahi Karin.

Tak lama sang mama datang ke kamarnya.

"Wina? Karin kenapa?"tanya mama sambil masuk ke dalam kamar.

"Karin demam ma, badannya panas banget"jawab Wina. Mama Jung sebenarnya sangat khawatir namun ia yakin Wina bisa merawat Karin.

"Ma, ada obat parasetamol ngga?"tanya Wina.

"Ada kayaknya, coba kamu cari di kotak merah yang ada di dapur"jawab mama Jung.

"Baik, tolong jagain Karin sebentar ya ma. Wina mau bikin bubur dulu trus sama ngambil obat buat Karin"mama Jung mengangguk lalu Wina turun dan membuat bubur untuk Karin.

Mama Fanny tersenyum ke arah pintu setelah Wina keluar dari kamar itu.

Tak sampai 30 menit Wina kembali lagi ke kamar, ia meletakkan mangkok yang berisi bubur di meja yang ada di kamar dan meletakkan obat serta minumnya disebelahnya.

Wina membangunkan Karin.

"Kakak, bangun dulu. Mam bubur abis itu minum obat"ucap Wina, Karin perlahan membuka matanya.

Lalu Wina membantu Karin untuk bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard.

"Itu apa?"tanya Karin sambil menatap mangkok yang dibawa Wina.

"Bubur, kakak makan ya? Abis itu minum obat"ucap Wina. Karin hanya mengangguk.

"Suapin"ucap Karin.

"Iya iya, sini buka mulutnya"ucap Wina. Karin membuka mulutnya lalu melahap bubur yang disuapkan kepadanya.

"Buburnya enak"ucap Karin.

"Iyalah kan Wina yang bikin, pastinya enak Karna banyak cinta yang tercampur disini"Karin terkekeh kecil Wina cuma senyum. Lalu Karin menghabiskan buburnya.

"Dah selesai, Sekarang minum obat"Wina meletakkan obat berwarna putih itu ke telapak tangan Karin.

Karin menatap horor benda yang ada di telapak tangannya lalu menatap Wina.

"Kenapa kak? Ayo diminum obatnya biar kakak cepat sembuh"ucap Wina.

Karin menghela nafas terpaksa ia harus menelan obat itu walaupun aslinya ia tidak menyukai benda itu. Tapi demi sang kekasihnya itu ia menurut saja.

"Pinter, kakak jangan langsung baring ya. Biarin obat sama buburnya sampe di perut dulu biar kakak ngga muntah nantinya"

"Iya sayang iya"

"Sayang"panggil Karin. Wina menoleh, ia sedang memeras handuk yang sudah ia celupkan ke air.

"Apa kakak?"jawab Wina.

"Makasih ya, kamu udah rawat kakak. Bahkan cuma kamu yang mau ngerawat kakak waktu kakak sakit selain mama."Wina senyum.

"Ngga perlu makasih kak, itu memang udah jadi tugas Wina. Orang yang kita sayang itu lagi sakit masa kita ngga ngerawat dia, jahat banget dong. Selagi Wina masih mampu Wina bakalan rawat kakak sampai kakak sembuh"jawab Wina. Karin senyum sambil menatap Wina, lalu Karin merentangkan tangannya.

Wina berhambur ke pelukannya dan memeluknya erat. Karin mencium pucuk kepala Wina. Ia merasa beruntung bertemu dengan Wina, ia tak salah. Wina memang diturunkan dari langit untuk dirinya, untuk melengkapi kekurangannya, untuk menjadi kekuatannya, dan untuk menjadi teman hidup.

"Kakak sayang kamu win"ucap Karin.

"Wina juga sayang kakak"jawab Wina. Mereka mengeratkan pelukannya, tak sadar ada sepasang mata melihat mereka dari balik pintu.

Orang itu tersenyum lalu menutup pintu kamar dan membiarkan dua insan itu saling memeluk satu sama lain menyalurkan kasih sayang.

Jam menunjukkan pukul 11 lebih 5 menit, Karin baru bangun dari istirahatnya. Ia menoleh ke sebelahnya, tidak ada Wina disana.

Tak lama Wina membuka pintu kamar Karin, lalu menemukan Karin yang sudah bangun dari ranjang.

"Kak? Kirain belum bangun"ucap Wina sambil menempelkan tangannya ke dahi Karin.

"Bagus, panasnya sudah turun. Kakak masih pusing?"tanya Wina, Karin menggeleng.

"Syukurlah, ayo turun ke bawah"ucap Wina.

"Kamu ngga kerja?"tanya Karin.

"Engga, kakak kan lagi sakit masa Wina tetep berangkat si"jawab Wina.

Wina menuntun Karin menuju ke bawah. Karin memilih untuk duduk di kursi ayunan samping rumahnya. Sebab disana udaranya sangat sejuk makanya ia betah disana.

"Sayang, hari ini kita pilih baju pernikahan ya?"tanya Karin. Wina menganggukan kepalanya.

"Ayo kita berangkat ke butik"ucap Karin.

"Loh, bukannya kakak masih sakit? Kakak yakin kakak kuat kesana?"ucap Wina sedikit khawatir.

"Kakak udah ngga apa' sayang tenang aja okey?"

"Yaudah tunggu sebentar Wina ambil tas dulu"Karin mengangguk dan Wina segera mengambil tasnya.



Love Hurts

Tebece.

Eh tau ga? Mimin tadi kan baca' chapter sebelumnya kok Mimin malah jadi baper sama cerita sendiri ya, haha.

Btw pertanyaanku belum ada yg jawab. Kalo Karin sama Wina nikah trus punya anak, anaknya manggil mereka apa.

Btw jgn lupa jaga kesehatan ya.

Votment Jan lupa.

Terimakasih.

Love Hurts | Winrina ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang