Delapan

5.8K 429 26
                                        

---

Sesuai janjinya, Tari menemani Leon melihat-lihat apartemen yang ingin dibeli laki-laki itu.

Mereka baru saja masuk ke satu unit yang diincar oleh Leon. Tempat pertama yang mereka tuju adalah dapur untuk melihat kitchen set-nya.

Senyum tidak luntur dari wajah Tari hingga membuat Leon ikut tersenyum.

"Suka?"

Gadis itu mengangguk cepat. Ia mengecek seluruh bagian tanpa terlewat.

Dulu Tari adalah tipe perempuan yang tidak bersahabat dengan dapur, tapi semenjak ayahnya meninggal dan ibunya membuka usaha catering. Tari sering membantu ibunya hingga membuat gadis itu bagian paling penting dari sebuah rumah atau tempat tinggal adalah dapurnya.

Leon lalu menggamit tangan gadis itu untuk ia bawa ke bagian lain.

Kamar utama terletak paling ujung lengkap dengan walk in closet dan bath up yang akan memanjakan tubuh ketika lelah bekerja. Kasurnya yang berukuran king tampak menggoda yang bisa menyerap seluruh cahaya matahari jika gorden dibuka.

Di bagian balkon juga lumayan luas sehingga bisa diisi dengan sofa dan meja kecil.

"Bisa tambahin bunga juga kalo ibu suka bunga,"

Tari mengangguk mendengar usulan sang marketing. Leon juga mengangguk setuju.

"Kita bisa menikmati matahari sore juga tanpa lakuin apa-apa di sini,"

Marketing itu mengangguk setuju. Ia bahkan mengusulkan bahwa makan malam intimate dan romantis bisa mereka lakukan di balkon tersebut. Yang akan menambah kedekatan keduanya. Sembari menatap lampu kota dari atas.

Leon dan Tari saling tatap untuk tertawa bersamaan. Perempuan itu sepertinya salah paham dengan hubungan mereka, tapi tidak juga satupun dari keduanya berniat mengkoreksi hal tersebut.

"Gimana?"

"Oke banget sih. Nyaman juga. Deket sama supermarket. Kulkasnya gak akan pernah kosong,"

Leon tertawa. "Jadi kita ambil?"

Tari mengangguk mantap. Lalu obrolan tentang transaksi administrasi mulai dibahas Leon dengan marketing tersebut, sedangkan Tari sudah menghilang menuju dapur yang mencuri perhatiannya.

Gadis itu lalu membayangkan dirinya akan membuat sarapan di sini dengan hati riang. Ia tidak akan keberatan dengan Leon yang tidur hingga siang karena jika disini ia bisa melakukan semuanya sendirian.

"Lo seneng banget kayaknya,"

Tari menoleh. "Apa apartemen ini buat gue aja, Le? Gue suka banget."

"Bebas."

"Ih maksudnya, gue aja yang beli. Jadi gue bisa tiap hari disini,"

Leon kembali tertawa. Hatinya menghangat melihat binar bahagia di mata gadis itu.

"Emang apa bedanya kalo gue yang beli? Kan lo tetep bisa disini tiap hari."

"Tapi gue gak bisa ngusir lo kalo gue sebel sama lo,"

"Kamarnya banyak. Sofanya juga oke semua. Kalo lo lagi sebel gue bisa tidur dimana aja,"

"Tapi kan--"

"Apa bedanya sih, Tar? Lo mau akuisisi nih apartemen juga gak masalah. Udah ah, yuk keluar. Gue laper banget,"

Tari hanya nurut ketika Leon merangkul lehernya dan membawanya dari sana.

"Kita janji makan siang di rumah nyokap lo, kalo lo lupa,"

Leon mendesis. Ia benar-benar lupa.

"Mana gue udah janji bawain mainan buat Lily, lagi. Mampus deh gue bakal di amuk deh,"

Suit & Sneakers [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang