---
Suasana restoran itu riuh. Gelak tawa terdengar dari setiap sudut. Pertukaran cerita hidup ketika bertemu teman lama memang menjadi satu hal yang menyenangkan.
Leon tidak bisa tidak tertawa mendengar celutukan teman-temannya. Apalagi ketika membahas kelakuannya semasa kuliah.
"Nih orang tahu dia ganteng. Paham gak sih lo tipikal orang yang sadar dirinya ganteng?"
Melihat wajah Dika yang memerah malu dan menyesap minumannya membuat Leon tertawa makin keras.
"Lo inget gak lif waktu dia nolak cewek dari FEB yang dateng ramean pake mobil mereka yang warna-warni itu?"
"Yang besoknya langsung viral, kan?"
Alif tertanya makin keras. "Lo harusnya liat muke die, coy. Kayak orang mau dikeroyok,"
Bastian yang bercerita dengan semangat membuat tawa kembali riuh.
"Tapi sesuai prediksi. Ini trio kwek kwek akhirnya juga berakhir bersama. Gue inget banget dosen pada putus asa sama mereka. Apalagi waktu Sofia mulai jarang masuk kelas sejak temenan sama duo kunyuk ini,"
"Eh dia bolos karna emamg mau ya. Kita gak pernah ajakin. Lo gak tahu sih gimana bandelnya Sofia dulu, dia tuh--"
Telinga Leon yang bersiap membongkar aib temannya itu dijewer membuatnya mengeluh. Sofia tengah berkacak pinggang menatap para lelaki itu.
Di sebelahnya seorang gadis berambut pendek tengah tersenyum lebar.
"Gak usah nyebar aib gue lo pada. Nih gue bawain inceran lo semua jaman dulu,"
Sofia dan gadis itu duduk di kursi yang kosong. Leon mengerjapkan matanya. Menatap gadis itu terang-terangan.
"Jangan bilang lo lupa sama gue, Yon?"
Leon meringis. Tangannya menggaruk kepalanya pertanda bingung.
"Ini Mia, bangsat. Yang lo bikin nangis di tahun ketiga. Bikin lo dimusuhin satu angkatan,"
Seolah mendapat memori tentang kejadian itu, Leon lalu tersenyum sangat lebar. Mengulurkan tangan untuk menjawab tangan perempuan bernama Mia tersebut.
"Wow. Lo berubah banget. Dulu kayaknya sering pake kacamata. Terus rambut lo juga panjang,"
Mia lalu terkekeh.
"Abis patah hati dari lo gue ubah penampilan. Rambut pendek lebih bikin kepala ringan. Sekalian buang sial."
"Anjir. Lo bener banget, Mi. Ini cowok blangsak emang sialan,"
Mereka lalu kembali tertawa. Bercerita tentang kehidupan masing-masing sesekali melempar ejekan satu sama lain.
---
"Terus lo sekarang kerja dimana?"
"BUMN Karya. Susah sih saingannya sama anak Teknik Sipil. Jadi di angkatan gue satu-satunya yang Teknik Arsitektur,"
Leon mengangguk. "Keren juga lo mau jadi budak korporat. Milik Negara lagi,"
Mia langsung terkekeh. "Lebih stabil, Yon. Walaupun worklife balance gue jadi berantakan parah,"
"Stabil yang lo maksud ini finansialnya?"
"Iya lah. Gue sih kerja sih orientasinya memang uang, ya."
Leon langsung tergelak. Dulu di angkatannya Mia adalah satu gadis tercantik dari segelintir perempuan lainnya. Karena di jurusannya tidak anak perempuan, Mia menjadi yang paling disayang.
Bukan berarti yang lain tidak cantik dan tidak disayang, tetapi yang lain lebih seperti anak laki-laki yang tangguh dan bahwan lebih berani. Lihat saja Sofia.
Tapi Mia berbeda. Dulu gadis itu selalu berambut panjang diantara perempuan yang lain berambut pendek. Mia juga berkacamata membingkai wajah manisnya. Leon sempat tertarik dengan gadis itu, dan sempat ia dekati.
Namun setelah beberapa bulan jalan dan hang out bersama, keduanya tidak berakhir pacaran. Istilah anak sekarang Mia adalah salah satu korban ghosting dari seorang Leonard yang terkenal playboy. Yang membuat banyak anak kesal dengannya karena membuat gadis itu menangisi dirinya yang sebenarnya tidak pantas menerima itu.
"Gue dimusuhin satu angkatan dulu waktu ketahuan bikin lo nangis,"
Mia tergelak. "Karna gue paling kecil dan paling keliatan rapuh makanya pada kesel sama lo. Dulu gue juga benci banget sama lo tahu, gue sampe pindah kelas kalo ada yang kebetulan sama kayak lo,"
"I see. Pantes abis itu gue gak pernah lihat lo lagi. Mana hebatnya lo bisa lulus 3.5 tahun lagi. Gue mah waktu itu SKS aja gak cukup,"
"Iya lah. Orang kerjaan lo bolos mulu sampe Sofia juga kebawa-bawa,"
Leon langsung manyun. "Sumpah deh. Gue gak pernah ngajakin dia bolos. Emang tu anak badung aja,"
Mia akhirnya tertawa. Pasalnya dia tahu yang sebenarnya terjadi karena dia juga bersahabat baik dengan Sofia. Hanya saja seperti teman-temannya yang lain, menggoda Leon memang menyenangkan.
"Terus lo gimana sekarang? Udah nikah?"
"Boro-boro. Kayaknya deket sama lo bawa sial soal percintaan gue. Gak ada yang awet,"
Giliran Leon yang tertawa.
"Bukan gara-gara gue, lo aja yang apes ketemu cowok gak bener mulu,"
"Kayak lo?"
"Kampret Mia!"
Keduanya tergelak bersamaan.
"Kalo lo gimana? Masih sama anak hukum itu? Gue kemarin lihat berita kasus lo yang kemarin rame banget itu, yang jadi kuasa hukum lo dia kan?"
Leon baru saja akan mengangguk ketika sebuah suara membuatnya menoleh.
Dari arah pintu masuk restoran, Tari tengah berjalan dengan langkah mantap menujunya. Gadis itu memakai kemeja putih yang lengannya di gulung hingga siku dengan rok span berwarna nude. Kaki jenjang gadis itu dilapisi sepatu dengan heels lima senti yang berwarna hitam.
Leon bangkit lalu menyambut gadis itu dengan pelukan. Tangannya dengan santai melingkari pinggang ramping Tari lalu menyematkan sebuah kecupan di wajah lelah gadis itu.
"Kok lo udah kelar? Tahu gitu gue gak perlu bawa mobil, lo aja yang jemput,"
Senyum terbit di wajah Leon. Ia mengusap keringat di pelipis Tari dengan lembut.
"Kan lo yang bilang kalo lo gak bakal lama,"
Tari hanya cemberut. Lalu matanya melebar ketika menemukan Mia yang kini menatapnya dengan senyum canggung.
"Eh sorry, gue pikir Leon sendirian,"
Mia menggeleng. "Gak apa-apa."
Leon lantas mengenalkan keduanya.
"Ini Mia, temen angkatan gue. Mia, ini Tari. Sahabat gue."
Keduanya lalu saling menjawab tangan.
"The law girl?"
"Hah?"
Mia terkekeh sedangkan Leon tersenyum lebar. "Iya, Tari itu lawyer,"
"Mau langsung pulang? Atau lo mau makan sesuatu dulu?"
Tari lantas menggeleng. "Capek banget. Langsung pulang aja,"
"Yaudah."Leon mengalihkan pandangan pada Mia, "Lo balik sama siapa? Atau mau bareng?"
"Gampang. Nanti gue pesen taksi online,"
Leon mengangguk. Keduanya lalu berpamitan dan berlalu dari sana.
Seperti tadi, Mia dapat melihat gestur keduanya. Bagaimana lengan Leon yang melingkar di pinggang Tari dengan nyaman, lalu Tari yang tidak keberatan untuk menempel pada tubuh tegap laki-laki itu. Mia tahu hubungan keduanya lebih rumit dari label persahabatan.
---
Love
--aku
![](https://img.wattpad.com/cover/327079528-288-k757042.jpg)