---
Hari ini adalah hari sabtu, Tari punya waktu untuk dirinya sendiri karena Sandi yang sedang ada acara keluarga di Bandung.
Laki-laki itu memang mengajaknya yang langsung ditolak Tari dengan sopan. Ia masih belum siap untuk melangkah lebih jauh untuk berkenalan dan dekat dengan keluarga Sandi.
Makan malam saat itu saja belum pernah mau ia bahas lagi karena dirinya merasa Sandi menjebaknya dalam situasi canggung tersebut. Tari tidak suka berada dalam keadaan dan situasi yang membuatnya tidak nyaman.
Ia tidak suka untuk membuka diri lebih jauh jika dirinya belum siap.
Maka yang ia lakukan hari ini adalah mengitari PIM untuk membeli beberapa pakaian untuk dirinya sendiri dan beberapa untuk Ibu dan adik-adiknya.
Beruntung juga, Leon ada acara outing kantornya hingga minggu siang. Sehingga tidak akan ada yang bisa menganggunya sampai besok.
Tari sudah membuat janji dengan Ara, namun Ara baru bisa sore hari dikarenakan tidak ada siapapun yang bisa menjaga Levy karena Lex yang sedang berada di luar kota dan baru kembali siang ini.
Sebenarnya Tari akan lebih senang jika Levy ikut bersama mereka, hanya saja Ara ingin apapun yang nanti dilakukan mereka tidak diganggu siapapun. Ara ingin hanya berdua dengan Tari.
Tari hanya ikut saja kemauan sahabatnya itu, toh Ara juga pasti butuh waktu untuk dirinya sendiri.
"Hai. Sendirian?"
Tari mengangkat wajah dari mangkuk ramennya. Perempuan itu memilih makan di sebuah restoran ramen yang ada di sana.
Di hadapannya ada Mia yang tengah tersenyum manis. Di tangan gadis itu ada dua tas belanja yang mengindikasi bahwa ia baru saja selesai belanja.
"Hai, Mia. Sendirian nih, mau gabung?"
Mia mengangguk. Lalu duduk di hadapan Tari dan menaruh nampan yang berisi pesanannya.
"Lagi me time, Tar?"
Tari tergelak. "Gak juga. Lo sendirian?"
"Kalo gak ada janji, gue emang lebih suka jalan sendiri. Kayak ngasih waktu buat diri sendiri aja."
"Enak juga ternyata jalan sendirian. Gue baru ini ngerasain gak harus kompromi jadi bisa mutusin apapun sendirian,"
Pengakuan Tari membuat Mia tersenyum lebar. "Jadi bisa ngikutin kemauan sendiri tanpa harus diskusiin dulu, Tar. Lo gak perlu risau soal orang lain,"
Tari meringis. "Gak biasa. Tapi ternyata seru juga,"
"Karena keseringan sama Leon, ya?"
Pertanyaan Mia memang biasa saja tapi membuat Tari merasa tidak enak hati.
"Sorry ya minggu lalu gue jadi ganggu makan siang lo sama Leon. Terus suasananya jadi gak enak--"
Mia tentu saja menggeleng. "Gak apa-apa, Tar. Gue seneng kok ketemu lagi sama lo,"
Tari tampak menimang dalam kepala namun urung ia sampaikan, tapi entah mengapa Mia seperti mengerti apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu.
"Gue sama Leon gak ada apa-apa, Tar. Apa yang terjadi dulu waktu kuliah juga udah gak mempengaruhi gue kok. Leon emang brengsek, tapi gue aja yang juga gak ngerti dulu kenapa dia begitu."
"Sorry, Mia. Leon gak bermaksud--"
Mia mengangkat tangannya sembari menggeleng pelan. Meminta Tari untuk tidak melanjutkan ucapannya.
"Gak perlu. Lo gak perlu minta maaf, kecuali memang lo yang menjadi penyebabnya,"
Direspon seperti itu membuat Tari mengernyit heran. Hatinya jadi makin tidak karuan mendengar ucapan Mia.