---
"Lo beneran mau nikah?!"
Seruan teman-temannya membuat Leon tertawa. Laki-laki mengangguk dengan semangat.
"Tari beneran dengerin gue ternyata. Coba kalo waktu itu dia gak ketemu gue, masih gak jelas dah idup lo, Yon."
Seloroh Mia membuat Leon menatapnya heran.
"Kan gue gak ngomong kalo calon istri gue itu Tari?"
Mia mendengus sebal akan kebodohan Leon. Dika yang tidak tahan bahkan sudah menoyor kepalanya.
"Mobil lo yang gak bisa ngomong itu juga tahu kali kalo lo bakal nikah sama Tari. Menurut lo siapa lagi yang bisa tahan sama makhluk aneh kayak lo ini?"
Makian Sofia membuat Leon melengos.
"Anjing Leonard. Tari aja yang terlalu polos sampe gak sadar kalo tatapan lo ke dia itu penuh cinta,"
Melihat Leon di-roasting membuat Mia merasa harus membantu menjernihkan suasana.
"Leonard Wirajaya, siapapun yang ada di sekitar lo akan paham kalo cuman ada Tari di hidup lo. Mereka juga tahu kalo Tari juga punya rasa yang sama kayak yang lo rasain selama ini. Kalian cuman terjebak dalam status sahabat itu sampai gak berani kemana-mana,"
Leon menggaruk tengkuknya. Mia ada benarnya juga.
"Terus kenapa tiba-tiba lo berdua mau nikah,"
"Gue lamar dia,"
"Kan beneran bego nih orang. Gue gak ngerti kenapa Tari tahan sama dia,"
Tawa kembali membahana. Leon sudah cengar-cengir ditempatnya.
"Gue hampir kelepasan. Daripada terjadi yang iya-iya gue lamar aja deh tuh anak. Kasian juga abis diputusin."
Kontak semua orang disana melongo. Menatap Leon tidak percaya.
"Lo sama Tari belum pernah?"
"Apanya?"
"Having sex or make love maybe?"
Giliran Leon yang melongo. Namun sesaat kemudian wajahnya langsung memerah.
"Lo masih perjaka, Leonard?!"
Tongkrongan itu kembali ramai. Mengejek Leon tentu saja.
"Terus kenapa lo nikahin Tari, Leon?"
Pertanyaan Mia yang terdengar geregetan membuat Leon mengeluh.
"Biar gue gak dimusuhin nyokap gue lagi? Biar gue gak bikin mereka sedih lagi. Kenapa sih nanya mulu?!"
Sofia tidak tahan. Ia berdiri lalu menjambak Leon yang langsung berteriak heboh.
"Apa susahnya sih ngaku kalo cinta sama Tari?! Mamam noh gengsi!"
---
"Sakit, Tari."
"Iya, nanti juga ilang sakitnya."
Aduan Leon diabaikan oleh gadis itu. Kini ia melangkah menuju kitchen untuk membuat sarapan mereka. Pasalnya sejak kemarin malam Tari menjemputnya di cafe setelah nongkrong bersama teman-temannya, Leon tidak henti-hentinya mengeluhkan kulit kepalanya yang sakit akibat dijambak oleh Sofia.
Tari yang tahu penyebab calon suaminya itu dijambak hanya tertawa tanpa berniat menanggapi Leon yang mulai bertingkah menyebalkan.
"Leon..."
"Mau cium"
Laki-laki itu menyentuh pinggangnya dengan kedua tangan ketika Tari berdiri di depan kompor. Tari bisa merasakan bahwa Leon kini mengecup bagian belakang lehernya.
![](https://img.wattpad.com/cover/327079528-288-k757042.jpg)