---
"Dari mana aja, Kak?"
Tari melangkah masuk ke dalam rumah ketika bertemu dengan Maya yang membawa kukis dengan nampan.
"Nemenin Leon lihat apartemen. Terus makan siang dirumahnya, Bu."
Maya mengangguk. "Kamu dihubungi gak nyambung terus. Ada tamu yang udah nungguin dari tadi,"
"Siapa?"
Bertepatan dengan itu, Sandi muncul kamar mandi yang ada di ruang tamu. Membuat Tari sontak meringis.
"Kamu--disini?"
Sandi mengangguk. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki di rumah Tari setelah lebih dari enam bulan menjalin hubungan dengan gadis itu.
"Aku pikir kamu beneran mau tidur seharian, jadi aku samperin waktu kamu gak angkat telfon,"
Maya lalu undur diri. Membiarkan anak sulungnya itu mengobrol dengan laki-laki yang mengaku menjadi pacar anaknya.
"Kamu harusnya kabarin aku kalo kamu pergi sama sahabat kamu,"
Tari hanya mengangguk pasrah. Tidak ingin mendebat ucapan Sandi.
"Kamu mau keluar? Aku ganti baju dulu,"
"Gak usah. Kamu cantik pake dress gitu. Tiap jalan sama aku kamu gak pernah pake dress,"
Pujian itu hanya dibalas Tari dengan tawa. "Aku gerah. Aku ganti baju dulu, ya."
---
Wajah Tari masih menahan marah. Bahkan ketika mereka sampai di sebuah tempat hiburan malam, Tari masih tak ingin menatap Sandi.
"Apa bedanya sih makan malam dengan keluarga aku dibandingkan makan siang dengan keluarga Leon?"
"Sampai kapan kamu menyeret dia terus-terusan dalam urusan ini?"
Sandi tertawa mengejek. Ia meneguk alkohol itu sekaligus. Menatap Tari yang kini juga melakukan hal yang sama.
Gadis itu berusaha menahan diri agar dirinya tetap sadar.
"Aku telfon dia buat nyusul kita kesini,"
Dahi Tari langsung mengernyit.
"Maksud kamu apa, Sandi?"
"Kamu kan yang bilang kalo pacaran sama kamu berarti harus menerima sahabat kamu juga? Aku lagi mencoba berteman sama sahabat kamu itu."
"Kamu kenapa sih?!"
Sandi hanya tersenyum miring. Apalagi ketika menangkap Leon yan tengah berjalan pelan menuju table mereka. Yang tidak lama seorang perempuan ikut menyusul duduk di sana.
"Kenalin, sahabat aku Calista."
Leon hanya membalas senyum itu seperlunya. Lalu bergeser ketika wanita itu semakin dekat duduk dengannya.
Sandi berbisik pada telinga Tari membuat gadis itu bangkit menuju lantai dansa. Cowok itu terkekeh sebelum ikut bergabung bersama pacarnya.
Leon yang ditinggal gitu aja langsung melongo. "Gue disuruh nyusul buat ditinggal doang?"
Calista yang duduk di sebelah Leon tertawa. "Gue disuruh nyusul cuman buat liat ceweknya cemburu atau godain lo sekalian. Tapi ternyata gak berjalan sesuai rencana,"
Pengakuan itu semakin membuat Leon melongo. Gadis cantik dan seksi di sebelahnya ini diundang untuk menggodanya?
Senyum tengil langsung muncul berikutnya. "Lo godain gue aja kalo gitu?"
"Lo mau gue godain gimana?"
Leon tertawa. Matanya menatap Tari yang kini dipeluk oleh Sandi. Laki-laki itu tengah menatapnya tajam menimbulkan ide yang lebih jahil di benaknya.