---
Setelah melakukan pengecekan langsung ke dokter kandungan, Tari dinyatakan positif hamil. Semua orang langsung bersorak bahagia.Larissa bahkan membuat makan malam super mewah untuk menyatakan syukur atas kehamilan Tari dan sangat excited menunggu kelahiran cucu pertamanya dari Leonard Wirajaya.
Seperti yang terjadi pada Luna, Clara kini tingkat posesif Larissa dan Sigit meroket tinggi pada Tari. Setiap bertemu mereka bahkan selalu menyelipkan keinginan untuk Tari resign dan menjadi ibu rumah tangga full time seperti yang dilakukan oleh Luna dan Clara.
Permintaan itu awalnya tidak menjadi persoalan, namun lambat laun Tari jadi mereka dibebani. Apalagi Maya, Mamanya juga meminta hal yang sama. Hanya karena Tari seringkali keluar kota dan berkendara berjam-jam hanya untuk pekerjaannya.
Bukan hanya mereka, Luna dan Clara juga seringkali menghubunginya sekarang. Entah untuk mengobrol santai, mencari keperluan melahirkan dan bayi hingga mencari segala sesuatu yang menurut Tari tidak begitu ia butuhkan.
Hamil memang membuatnya lebih gampang lelah, tapi pijatan yang diberikan Leon setiap malam sudah lebih dari cukup untuknya.
"Gue kewalahan dengan semua ini,"
Ucapan tegas namun terdengar lelah itu membuat Leon menoleh. Ia sedang menyiapkan sarapan untuk keduanya sebelum berangkat kerja.
Jika biasanya pekerjaan itu dilakukan Tari, setelah hamil Leon mengambil seluruh pekerjaan rumah tangga dan tidak membiarkannya membantu sedikitpun.
"Apanya?"
"Perhatian ini."
Setelah menaruh egg and toast serta segelas susu khusus ibu hamil, Leon duduk di hadapan wanita itu. Mengambil tempat di hadapannya lalu memberikan perhatian penuh pada Tari yang belakangan lebih pendiam.
"Mereka nyusahin? Kalo memang begitu nanti biar gue omongin kalo lo gak suka mereka overprotective begini."
"Bukan gak suka!"
Leon menghela napas.
"Lo ngerti kan kalo gue gak bisa menebak isi kepala cantik lo ini, Matahari. Kalo lo gak ngomong sampe sejauh apa lo bisa nerima semua ini?"
Tari menundukkan wajahnya. "Lo gak mau nyentuh gue,"
Bisikan itu justru mengejutkan Leon. Ia tersenyum tipis.
"Apa karena gue jadi gendut terus lo udah gak nafsu lagi sama gue ya? Tapi Mas Bram sama Lex dulu justru keliatan makin cinta waku Kak Luna sama Ara hamil. Iya sih mereka makin cantik waktu hamil, sedangkan gue mandi aja males."
Leon lantas bangkit dan berjalan menuju Tari. Ia berdiri tepat di sebelah wanita itu dan mendongakkan wajahnya.
Menatapnya matanya sebentar, Leon lalu menurunkan wajah dan mengecup bibir Tari lembut, pelan dan teratur.
Kecupannya manis, memuja Tari sedemikian rupa hingga membuat kekasihnya memerah dan meletakkan tangannya pada lengan kelar Leon mencari pegangan.
Ciumannya perlahan berubah, tetap lembut namun lebih menuntut. Lidah Leon dibiarkan masuk dan menari bersama miliknya, berbagi asin dan manis dari sarapan yang tadi disantap Tari walaupun sedikit.
Jemari Leon menahan tengkuknya dengan lembut, menunduk semakin dekat. Hingga akhirnya laki-laki itu tahu bahwa istrinya mulai kehabisan napas.
"See?"
Napas Tari terengah. Bibirnya terbuka dan wajahnya memerah. Reaksi yang selalu disukai Leon. Setiap mereka bermesraan, Tari selalu merona dan itu membangkitkan gairahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/327079528-288-k757042.jpg)