---
Clara tidak bisa menahan tawa melihat Leonard yang sudah tertidur nyenyak berbantalkan boneka beruang milik Tari sedangkan yang punya tengah frustasi menatap buku yang terbuka di hadapannya.
"Gue tinggal, ya?"
Tari mengangkat wajah. Lalu menatap Clara dengan tatapan penuh harap.
"Araaa~"rajuknya.
"Nanti gue telat. Gue harus ngejar bus lima belas menit lagi. Lo pelajari dulu aja, nanti chat gue lagi fotoin hasilnya. Kalo sempet nanti gue balik lagi,"
Tari akhirnya mengangguk. Membiarkan Clara pergi meninggalkannya sendiri dengan soal dan rumus yang tidak ia mengerti.
Well, sebenarnya ia tidak sendiri. Ada Leon yang tengah tertidur pulas beralaskan boneka kesayangannya.
Seperti perjanjian, Clara akhirnya setuju untuk menjadi pendamping mereka untuk semua mata pelajaran. Apalagi sebentar lagi ketiganya akan memilih jurusan di sekolah. Clara sudah mantap memilih IPS, bukan karena ia tidak mampu masuk IPA hanya saja gadis itu tahu bahwa yang ia inginkan adalah pelajaran ekonomi. Clara nanti ingin bekerja di bidang keuangan.
Tidak seperti Clara, ia dan Leon belum tahu keinginannya apa. Tari tidak pernah mendapat tekanan apapun dari orang tuanya. Ayahnya yang pengacara memang kadang suka mengajaknya berdiskusi soal banyak hal, sedangkan ibunya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga tidak menuntutnya menjadi apapun.
Soal Leon tidak perlu dibahas, jika Tari masih memiliki rasa khawatir tentang masa depannya, Leon justru sangat santai. Cowok itu isi kepalanya hanya main dan mengusilinya. Kadang Leon juga jahil terhadap Clara, tapi si cewek pintar dan tenang itu sering membalikkan keadaan hingga Leon tengsin sendiri.
"Udah gak usah dipikirin banget. Kalo lo gak bisa jawab ada gue kok temen buat remedial,"
Tari menoleh pada Leon yang ternyata sudah membuka mata. Wajahnya masih menempel sempurna pada boneka beruang itu.
"Lo pernah khawatir soal hidup gak sih, Le?"
Leon menggeleng. "Mau gimanapun idup gue nanti, kan ada lo yang tetap akan nerima gue."
Bicara dengan Leon memang tidak menghasilkan apapun. Tari hanya mendengus. Ia melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya lalu menghela napas.
"Lo gak mau pulang? Udah mau jam 8,"
Leon mengangguk. "Sejam lagi deh. Biar pas gue pulang nyokap udah tidur jadi gue gak ditanya macem-macem,"
---
Seperti keinginannya, Clara memilih kelas IPS. Sedangkan Leon dan Tari akhirnya memilih kelas IPA dan beruntung nilai mereka mencukupi.
Bulan demi bulan telah berlalu. Walaupun sudah pisah kelas, ketiganya tetap pada kebiasaan lama untuk belajar bersama. Walaupun Clara tidak lagi menjadi pendamping keduanya, tapi gadis itu tetap memilih untuk menyusun jadwal sehingga mereka bisa belajar bersama.
Clara juga akhirnya mendapat pekerjaan menjadi kasir di sebuah outlet makanan cepat saji dengan gaji yang lebih baik sehingga gadis itu tidak perlu lagi part-time di banyak tempat.
Perubahan yang tidak hanya disukai oleh Tari tetapi juga Leon. Karena waktu mereka lebih banyak bersama.
Hingga sebuah badai akhirnya menyapa.
Leon masih memeluk sahabatnya itu dengan erat, menatap pada peti yang mulai tertutup tanah.
Di sebelahnya Clara tengah memeluk kedua adik Tari yang tidak berhenti menangis.