---
Ketukan di pintu membuat Leon bangkit dari duduknya untuk membuka pintu setelah milirik jam yang menggantung di dinding.
Matanya membola ketika yang muncul di hadapannya adalah Tari yang tampak kusut. Gadis itu masih menggukakan pakaian kerjanya dengan setelah kemeja putih dan celana hitam yang menggantung ditemani heels hitam. Sedang blazer hitam miliknya sudah lepas terlipat di lengannya.
"Hai,"
"Are you okay?"
Tari menggeleng lemah. Gestur yang membuat Leon menarik gadis itu masuk dan memberikan pelukan.
Yang dibutuhkan gadis itu saat ini benar-benar hanya sebuah pelukan.
"Gue nginep sini, ya?"
"Iya,"
Setelah berpelukan hampir sepuluh menit tanpa bicara apapun, Tari akhirnya menarik diri. Menatap Leon yang kini menatapnya lembut seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja.
"Gue mau masak,"
"Hah?"
Tari tertawa. "Menurut lo gue bisa masak gak di dapur lo yang kecil itu?"
Tawa langsung meluncur dari bibir Leon. Ia menjitak perempuan itu sebelum bersungut sebal.
"Besok temenin gue nyari apartemen deh. Kayaknya gue beneran harus upgrade. Kalo di hitung dalam sebulan kita emang lebih sering disini daripada di rumah,"
Tari mengangguk setuju. "Gimana kalo gue juga beli unit yang berbeda?"
Leon menatapnya heran. "Ngapain? Buang-buang duit aja. Emang satu kurang?"
"Gue gak enak ganggu lo mulu. Apalagi kalo tengah malam gini,"
"Gampang. Ntar aksesnya lo pegang juga,"
Tari hanya mendengus. Leon tidak akan setuju jika ia punya apartemen sendiri.
"Dulu sebelum punya nikah dan punya rumah, Ara juga tinggal di apartemen Lex. Lebih ringkes, Tar."
"Beda, Le."
"Beda apanya? Sama aja kok,"
Karena malas berdebat, Tari akhirnya hanya mendengus dan berlalu dari hadapan Leon. Gadis menaruh tasnya di meja tempat Leon bekerja. Ia lalu menuju lemari Leon untuk mengambil pakaian gantinya.
"Stock pakaian dalam lo mulai abis tuh, mesti direfill. Kecuali lo mau pake punya gue,"
"Sialan!"
Gelak tawa langsung meluncur dari Leon yang kini menatap Tari tengah sibuk memilih kaos miliknya.
"Piyama lo juga deh. Masa pake kaos gue mulu,"
"Perhitungan banget sih, Leonard. Gue pake kaos lo juga karna enak dipake tidur,"
Leon mendengus. "Lo sadar gak sih gue ini cowok dan lo tuh cewek?"
Tari sempat terdiam. Ia lalu menaruh kaos dan pakaian dalamnya di atas kasur sebelum beranjak mendekat pada Leon.
Gadis itu lalu naik keatas pangkuan Leon yang kini menatapnya heran.
"Emangnya lo nafsu sama gue?"
Jemari Tari lalu menari menari diatas dadanya.
"Geli banget, Tar. Sana mandi,"
Tari tersenyum. "Lo beneran gak nafsu sama gue?"
Leon tersenyum sinis. Ia lantas menggerakkan tangan lalu menarik pinggang Tari mendekat hingga kini gadis itu tepat duduk diatas kejantanannya.
