Dua Belas

5.2K 386 16
                                    

Kita akan sama-sama lihat bagaimana hubungan ini semakin tidak sehat.

Aku minta maaf kalo kalian jadi kesel sama mereka ya?

---

"Gimana sidangnya?"

Tari merangkak naik ke atas kasur dan masuk ke dalam lengan Leon yang menyambutnya hangat. Seperti sudah terpasang otomatis, lengannya lalu melingkari tubuh Leon.

"Lancar. Ada CCTV, saksi juga banyak, jadi pelaku gak bisa ngelak."

Leon mengangguk paham. "Korbannya gimana?"

Pertanyaan itu membuat Tari menggeleng sedih. "Masih belum sadar. Kepalanya dipukul pake bata. Dokter bilang kemungkinannya sangat tipis."

Jemari Leon lalu mengusap punggung Tari dengan lembut. Ia tahu gadis itu lebih lelah batinnya dari fisik.

"Tapi keluarga korban lebih menyedihkan, Le. Anaknya sama sekali gak mau ngomong. Kayaknya trauma bapaknya dipukulin depan dia. Istrinya juga dikit-dikit nangis."

"Astaga. Motifnya apa memang?"

"Mereka judi. Pelaku kalah jadi gak terima. Waktu korban pulang, pelaku dateng dalam keadaan mabuk. Terus marah-marah. Ditangannya udah ada batu bata. Jadi niatnya sudah ada sejak awal,"

Jemari Leon yang satunya terangkat untuk menyimgkirkan rambut yang menutupi wajah Tari. Lalu jempolnya mengusap dengan pelan.

"Semoga kondisi mereka cepat pulih."

Tari mengangguk mengamini. Kepala gadis itu bergerak pelan menuju leher Leon untuk ia hirup dalam-dalam aroma laki-laki itu.

"Lagi charge energi?"goda Leon. Tari tersenyum tipis sembari mengangguk.

Lengan Leon membawa perempuan itu makin dekat. Tidak lagi menyisakan jarak antara tubuh mereka.

"Kalo gue cium lo, lo marah gak?"

Pertanyaan absurd dari Leon membuat Tari tergelak.

"Waktu di rumah mama kita lakuinnya dalam keadaan sama-sama sadar. Gue tahu kita sering begitu kalo salah satu dari kita lagi mabok. Tapi siang itu kita sepenuhnya sadar dan di rumah mama,"

Tari langsung mendengus. Pertanda ia tak ingin membahas hal tersebut.

"Gue gak mau bahas, Le."

"Kenapa?"

"Gak mau,"

"Kenapa?"

"Takut lo pergi,"

Pengakuan itu memang sering mereka utarakan satu sama lain. Tidak hanya Tari, Leon juga sering mengaku takut Tari akan pergi.

"Gak mau lo pergi,"

"Iya,"

"Gak mau lo jauh,"

"Iya,"

Tari lalu menyurukkan wajahnya di leher Leon. Membuat napas hangat gadis itu menyapa kulitnya langsung.

"Gue suka,"

"Apanya?"

"Kalo lo manja gini,"

Ucapan Leon membuat Tari tergelak. Ia mengangkat kepalanya untuk memberikan kecupan selamat malam untuk laki-laki itu.

"Ngantuk,"

"Iya, tidur."

Leon menanamkan sebuah ciuman di pelipis Tari sebelum memeluk gadis itu dan membuat dirinya nyaman.

Suit & Sneakers [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang