Walaupun banyak tingkah gemes dan nyebelin dari mereka berdua, tapi cerita ini akhirnya menemui ending. Terima kasih sudah baca dan nemenin Leon yang bucin banget tapi gak berani nembak sampe akhirnya langsung ngajak nikah.
---
"Laura Wirajaya?"
Leon mengangguk acuh. Tari yang masih berbaring lemas hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan tidak percaya dari mama mertuanya.
"Kamu kok gak ada kreatifnya sedikitpun sih, Le. Tari juga kenapa mau-mau aja?"
Usapan Larissa pada dahinya membuat Tari merasa hangat. Di kanannya, Larissa tidak meninggalkannya setelah keluar dari ruang bersalin. Di samping kirinya, Maya juga tidak beranjang sedikitpun.
Suaminya yang tadi menemaninya selama proses melahirkan, tampak dibutakan oleh gadis cantik nan manis yang kini masih tidak ingin ia bagi dengan siapapun. Setelah memastikan dirinya baik-baik saja dan tidak kurang apapun, Leon memang membiarkan para ibu mengambil alih Tari. Sedang ia memeluk Tari kecil yang tampak nyaman dalam lengannya yang kekar.
"Terus kembarannya dikasih nama siapa?"
"Belum tahu. Aku gak siapin nama buat cowok soalnya,"
Larissa melongo.
Keberadaan bayi kembar dalam perut Tari memang baru diketahui di menit terakhir. Dokter memang sempat mengutaraka bahwa ia hamil kembar tapi karena beberapa kali usg yang muncul hanya satu bayi, Tari dan Leon tidak ambil pusing. Merasa bahwa jikapun kembar pasti perempuan.
"Apa aku kasih nama Leonard Wirajaya Junior, aja ya ma?"
"Gak!"
Larissa tentu saja langsung menggeleng.
"Gimana kalo Daniel aja?"
Tari tampak terkejut mendengar usulan Maya yang kini juga menatapnya haru.
Leon bahkan sampai menoleh dan bertabrakan dengan mata Tari yang membasah.
"Aku gak keberatan kalo namanya bukan dari L, kok."
Tari hanya mengangguk. Maya lalu mengusap kepala anak sulungnya itu.
"Papa pasti bangga sekali lihat anak cantiknya sudah jadi ibu sekarang. Naka tadi juga happy banget waktu denger kabar kamu lahirin anak kembar. Dia gak sabar mau kesini,"
"Aku mau gendong Daniel, Ma."
Dengan cekatan Larissa mengangkat Daniel dari box bayi lalu membawanya pada Tari yang menerimanya dengan haru. Jemari Maya juga reflek mengusap pipi kemerahan cucunya itu.
"Daniel pasti akan jadi laki-laki hebat nantinya. Bisa jaga kamu dan Laura kalo Leon lagi gak ada,"
Tari mengangguk. Matanya meleleh penuh haru. Sejumput rasa rindu menguasainya hanya karena sebuah nama.
Nama laki-laki yang selalu ia puja, kini disematkan pada buah hatinya.
"Daniel Wirajaya."
---
"Aku mau ngobrol,"
Leon menoleh. Di pintu kamar, Tari tengah berdiri sambil bersandar. Memperhatikannya yang tadi sibuk mondar mandir membawa banyak perlengkapan bayi untuk anak laki-laki mereka yang tidak disiapkan sebelumnya. Beruntung sekali Wira dan Clara masih menyimpan barang-barang yang dulu digunakan Levy hingga bisa ia gunakan. Beruntung juga Luna dan Ara menyarankan Tari untuk membeli barang-barang bayi yang tidak banyak berwarna pink.
"Beberapa baju Lana masih bisa dipake. Kita kayaknya gak perlu beli banyak baju dulu, Yang."
Leon lalu merangkul Tari membawa istrinya menuju sofa ruang tengah.
![](https://img.wattpad.com/cover/327079528-288-k757042.jpg)