Sore harinya, Nayla baru saja menyelesaikan pekerjaannya di Coffe Shop, senyum mengembang terukir jelas di wajahnya lantaran dirinya baru saja menerima gaji.
"Setelah sekian lama, akhirnya hari gajian dateng juga, hihihi" Nayla terkikik sendiri memandang amplop coklat ditangannya.
"Enaknya mampir dulu ke warteg kayanya, males makan dirumah" Gumam Nayla.
Jangan heran, walaupun Nayla yang notabene nya adalah anak orang kaya, namun dia selalu bersikap sederhana, tak pernah berboros dalam hal uang, bahkan ke Mall pun kini sudah jarang. Semenjak ibunya meninggal, Nayla diberi uang sangat terbatas oleh ayahnya, bahkan dirinya rela bekerja hanya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dan mengapa ayahnya melakukan itu, Nayla sendiri pun tidak tahu alasannya.
Nayla mampir ke warung Mie ayam yang tak berjarak jauh dari Caffe tempatnya bekerja, disana Nayla sudah kenal dekat dengan penjualnya, karena ini adalah warung mie ayam favoritnya.
"Kang, Mie ayam satu" Seru Nayla saat baru tiba di warung Kang Ujang.
"Asiapp neng" Jawab Kang Ujang mengacungkan jempolnya.
"Baru pulang sekolah neng?" Tanya Kang Ujang.
"Enggak kang, udah lama atuh. Cuma tadi Nayla kerja dulu bentar" Jawab Nayla sembari mendudukkan dirinya.
"Tumben kerja pulangnya cepet? Biasanya neng Nayla pulang selalu malem" Ujar Kang ujang.
"Nyonya lagi ada kerjaan mendadak tadi, jadi Caffe ditutup cepet" Jawab Nayla.
Jangan heran kenapa Kang Ujang tahu bila Nayla selalu pulang malam, karena Nayla selalu melewati warung Kang Ujang setiap pulang kerja.
Tak menunggu lama, mie ayam pun sudah siap, dengan segelas es teh di hadapan Nayla.
Ia pun memakannya dengan lahap, entah karena mie ayamnya yang enak, atau memang perut Nayla yang sudah lapar.
"Allhamdulilah, kenyang juga nih perut" Ucap Nayla setelah menghabiskan makanannya.
"Laper banget atuh neng, makannya kilat bener" Sahut Kang Ujang terkekeh.
"Hehe, iya kang. Dari tadi cacing didalem perut Nayla udah DJ" Seru Nayla, membuat kang Ujang tertawa.
"Yaudah lah kang, Nayla pulang ya. Nih bayarannya" Ucap Nayla pamit sambil meletakkan uang 25 ribu dimeja kang Ujang.
"Wes neng, hati hati" Jawab Kang Ujang yang diangguki Nayla.
Nayla melajukan motor matic nya kerumah, tak ada tujuan lagi, karena hari sudah mulai larut.
Tak membutuhkan waktu lama, Nayla sudah tiba dirumahnya, nampak mobil ayahnya belum terlihat, menandakan bahwa sang ayah belum pulang. Begitu membuka pintu, Nayla melihat Alora dan Camelia yang sedang membuka beberapa paper bag diruang tamu.
"Pulang juga kamu, saya kira kamu gak akan pulang" Ujar Camelia sinis.
"Kalau dia gak pulang terus dia mau kemana lagi mah? Secara kan dia sekarang gak ada yang peduli, termasuk bokapnya" Sambung Alora, membuat tangan Nayla mengepal.
"Oh ya gue baru pulang dari Mall, dan lo bisa liat kan? Gue borong banyak baju. Tapi sorry ya, gue lupa gak beliin lo" Ujar Alora tertawa kecil.
"Gue juga gak ngarep dibeliin sama lo!" Ketus Nayla datar.
"Oh ya mah, nanti malem Alora mau dinner bareng Rafly" Ucap Alora.
"Boleh sayang, bila perlu kita habis ini ke salon, biar anak mama makin cantik" Kata Camelia, membuat Alora tersenyum.
"Kenapa lo diem aja? Iri kerena gak bisa shoping kaya gue? Atau lo iri karena gak ada yang merhatiin lo?" Tanya Alora sinis pada Nayla.
"Iri sama lo? Cihh, gak banget deh" Jawab Nayla tak kalah sinis.
"Lo lupa kalau dari pas gue brojol udah jadi anak orang kaya? So.. Otomatis gue udah ngalamin semua yang lo alamin hari ini, bahkan lebih dari ini"
"Inget ya, jangan lo pikir karena nyokap lo udah nikah sama ayah gue, lo bisa seenaknya ngabisin harta ayah gue? Hah! Gak akan!"
"Dan lo cukup sadar diri ya, lo jadi orang kaya baru tiga hari. TIGA HARI!!! Gue rasa lo gak pantes buat sombong, apalagi sama gue, lo salah orang!" Ucap Nayla pedas sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka yang terdiam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Ingin Melihatmu
Teen FictionIni adalah tentang perjalanan hidup gadis cantik nan manis bernama Nayla Aqeela yang selalu tersenyum begitu hebatnya pada dunia, tanpa seorang pun sadari bahwa dibalik senyuman itu Nayla menyimpan segudang kepahitan hidup yang ia alami. Berjuang ma...