★Ch4

2.6K 185 4
                                    

Pagi sudah berganti, tak terasa sudah tiga hari Achlys berada di dunia ini. Dunia yang diyakini nya sebagai dunia parallel atau dimensi lain yang berbeda dengan dunianya dulu yang lebih modern dan maju.

Selama dua hari ini Achlys juga sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Perkataan Duke waktu itu oh bukan, lebih tepatnya perintah nya sudah terlaksana sejak dua hari ini.

Pria tua itu benar-benar membuat kepala Achlys pusing dengan memberikan setumpukan buku yang tebalnya seperti kamus dengan isi yang membosankan.

Achlys POV*

"Hah, sial otak ku sudah panas dan berasap. Kapan habisnya buku sialan ini?" aku hanya bisa menggerutu kesal saat ini.

"Akh aku membenci perpustakaan!"

Bagaimana tidak? Sudah dua hari ini aku selalu mengunjungi tempat terkutuk ini, berkutat pada setumpukan buku tebal yang membosankan. Terkadang aku bahkan akan disini sampai malam dan tertidur disini. Tapi anehnya esok harinya aku akan terbangun dikamarku.

"Aku memang suka membaca, tapi kalau buku seperti ini,,,,"

Tok, Tok, Tok

"Permisi nona?"

Suara sayup-sayup seseorang terdengar dari luar

Aku melangkah nenuju pintu perpustakaan dan membukanya.

"Ada apa?" tanyaku tenang setelah melihat seorang pelayan yang mengetuk pintu.

"Maaf nona, anda dimohon untuk kedepan nengantarkan tuan muda Aidan." katanya sopan

Dalam hati aku mendesah lelah karna harus melakukan acara formalitas seperti ini.

'Ck merepotkan.'

Gerutuan itu hanya bisa kutelan dalam hati.

Aku melangkah pergi mengavaikan pelayan itu yang juga mengikutiku dari belakang.

Sesampainya dihalaman depan ternyata sudah ada Duke dan juga Aidan disana. Beberapa prajurit yang akan turut mengawalnya juga sudah berkumpul.

"Salam Duke dan tuan muda, semoga berkah Dewa Agung selalu menyertai." ucapku memberi salam.

"Hm, tegakkan badan mu!" balas Duke sementara Aidan hanya menatap ku dalam diam dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Jaga dirimu baik-baik, jangan kecewakan aku. Kami akan menunggumu disini." suara basa-basi Duke terdengar untuk mengantarkan kepergian Aidan

'Kami? Kau saja ok?! Aku tidak!'

Seruan protes itu hanya ada dibenak kepalaku saja. Sementara diluar wajahku hanya tenang dan damai melihat drama kaku ini.

"Baik ayah, akan saya laksanakan." balas Aidan tegas. Lalu pandangan nya beralih kearahku dan menatapku.

'Ada apa dengan wajahku?'

Mengapa dia menatapku seperti itu?! Itu sungguh tidak nyaman ok?!

Oh, apakah itu,,,

"Semoga anda kembali dengan selamat tuan muda." kataku singkat.

"Kau mengharapkan ku celaka disana?!" katanya mendelik menatapku.

"Tidak tuan muda, bukan begitu__"

"Cih sudahlah, dasar orang kaku."

Dia memotong ucapan ku dan mengataiku orang kaku?! Bacah tengik!

Ah sudahlah biarkan saja dia.

"Khm baiklah ayah, saya pamit." kata Aidan yang beralih menatap Duke

Duke hanya mengangguk singkat kemudian menepuk bahu Aidan dua kali.

Aidan kemudian berbalik pergi menuju kudanya setelah melirikku sebentar.

Dan aku? Aku hanya berdiri diam melihat dia pergi karna jujur saja Aidan dan Duke, dua orang itu tidak memiliki kesan khusus untukku atau bahkan 'pemilik tubuh ini sebelumnya'.

Achlys POV end**

Sementara disisi lain terlihat ada dua orang berbeda jenis kelamin sedang mengamati sesuatu dengan serius didalam sebuah ruangan.

"Dia sudah datang." kata si perempuan.

"Yah sang atma telah tiba." jawab lelaki yang tidak memutuskan pandangan nya dari depan.

"Kegelapan akan melanda bersama dengan cahaya." balas wanita lagi.

"Sang atma harus mengerti apa peran nya, dan apa tugasnya." lelaki tadi berucap membalas si perempuan

"Kau benar." kata si perempuan membenarkan.

***

Sementara itu disisi gelap dunia seseorang tengah memandang ratusan mayat yang berserakan disekitarnya. Pedang yang terselimuti api dan darah tergenggan erat ditangan kanan nya.

Menghirup napas dalam-dalam, seolah dia tengah menikmati aroma kematian yang ada disekitarnya. Tak lama seringai menakutkan tampak dibibirnya yang terlihat.

"Sudah waktunya aku keluar sang pengendali sudah menanti." suara berat itu terdengar dari bibirnya. Matanya berkilat tajam seolah bertemu dengan mangsanya.

"Daksa yag telah menyatu dengan atma nya. Kehancuran dan kebangkitan akan segera datang." gumam nya.

TBC

Heyyo, gimana guys? Pusing ngga? Jujur aja aku yang buat aja pusing. Tapi semoga aja aku bisa tamatin cerita ini ok?!

Karna ini emang bukan cerita pertama aku, tapi ini adalah cerita pertama aku yang paling panjang. Karna sebelumnya cerita yang aku buat paling cuma ada 3-4 part dan akan aku Unpublish seminggu kemudian ehehe~

Selagi mengejar target aku juga bakal kejar revisi besar besaran biar nanti ceritanya lebih jelas dan mungkin lebih enak buat dibaca.

Ok see you next part guys!

The Decider {Second Life}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang