Happy Reading...
"........bagimana saya bisa merindukan seseorang yang bahkan tidak pernah saya lihat rupanya?" Achlys berkata skeptis.
Duke yang mendengar bahkan terpaku, pupil matanya bergetar entah karena terkejut ataupun lainnya.
"........kau....apakah kau tidak memiliki rasa appun kepada Ibumu? Bahkan.....rasa marah atau benci sekalipun?" Duke bahkan kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya setelah mendengar ucapan Achlys.
"Tidak! Segala rasa marah, sedih, ataupun emosional lainnya.....itu....sudah lama menghilang,,,dari hati saya...Duke." balas Achlys dengan nada getir dan kosong.
Duke menatap kedua mata Achlys dengan lekat, benar dia tidak menemukan secuilpun rasa yang tersisa dari tatapan itu. Hanya kekosongan yang menyertainya, seolah dia sudah terkurung dalam gelapnya dunia tanpa satupun cahaya yang menyertai.
Dengan tangan bergetar, Duke mengarahkan kedua telapak tangan nya untuk membelai lembut wajah putrinya yang bahkan tidak pernah dia sentuh sebelumnya.
"Apakah kau tidak bisa merasakan apapun?" Duke bertanya seraya mengusap kedua sisi pipi Achlys dengan lembut.
"Merasakan apa? Memangnya apa yang harus saya rasakan?" Achlys mengerutkan wajahnya bingung.
"Kau....bagaimana....bagaimana aku bisa gagal? Mengapa?" nada suara Duke bergetar, tanpa sadar bulir-bulir bening bahkan terjatuh dadi kedua sisi matanya.
Yah, untuk pertama kalinya, Duke menangis. Menangisi putrinya yang gagal dia jaga. Putrinya yang bahkan sudah tidak memiliki rasa apapun dalam dirinya, hidupnya sangat suram tanpa warna yang menghiasinya.
Kapan? Kapan warna itu menghilang dari putri kecilnya yang selama ini ia abaikan? Bagaimana dia akan mengembalikan warna yang harusnya putrinya miliki?
Duke menangis dalam diam dengan pikiran yang berkecamuk dan juga menyalahkan dirinya sendiri.
(Btw guys, menangis dalam diam itu lebih terasa menyakitkan katanya. Oh iya, warna yang dimaksud itu perasaan ok?)
****
Disisi lain, dua orang berbeda jenis kelamin ternyata melihat apa yang terjadi pada Duke dan juga Achlys
"Kau dengar itu Luther? Dia....dia tidak merasakan apapun.... Tidak satupun....bahkan untuk....diriku." suara wanita asing itu bergetar dan berat.
"Dia pasti akan kembali! Warnanya pasti akan kembali lagi dalam hidupnya!" tegas sosok laki-laki. Jubah putih yang dikenakan nya berkibar, pun begitu juga dengan jubah yang wanita itu pakai.
"Akan ada masa, dimana nuraganya kembali." sekali lagi sosok pria asing itu berkata dengan yakin.
***
Achlys POV**
Sudah cukup lama, tapi Duke masih saja mengeluarkan air matanya. Bahunya terus bergetar dengan kepala menunduk, sementara kedua tangan nya masih berada dibahuku.
Mungkinkah dia ingin menyembunyikan air matanya dariku? Kalau begitu percumah saja. Aku sudah melihatnya!
Ingin sekali aku meneriakkan kata langsung kepadanya. Tapi aku akan membiarkan nya untuk kali ini. Ingat hanya untuk kali ini!
Achlys POV end**
***
Hari sudah cukup siang, tapi Achlys bahkan masih asik tertidur layaknya orang mati. Dia benar-benar kelelahan sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Decider {Second Life}
FantasyAchlys Quena Ponoi. Seorang gadis berusia 20 tahun yang harus terjebak pada tubuh gadis yang mempunyai nama yang sama dengan nya dengan umur dan kehidupan yang jauh berbeda darinya. Bagaimana cara Achlys menghadapi kenyataan yang menimpanya. Mampuka...