Malam sudah cukup larut. Tapi Achlys masih belum tertidur dan malah berkeliaran disekitar lorong-lorong kediaman yang panjang. Cahaya bulan menjadi penerangnya dalam melangkah.
Achlys berjalan menggunakan gaun tidurnya yang panjang berwarna putih dengan rambutnya yang sesekali berterbangan terkena angin malam. Penampilannya bisa membuat orang salah paham dan mengira dirinya hantu.
Malam yang sepi, sangat jarang prajurit yang berkeliaran atau berjaga disekitar lorong. Entah kemana para penjaga itu.
Entah apa yang sedang Achlys pikirkan, sepertinya dia sangat terlarut dengan pikuran nya hingga pandangan matanya kosong.
Achlys POV**
Perkataan Aidan tadi sore masih terngiang-ngiang dikepalaku. Ucapan dan tatapan kecewa yang dia arahkan kepadaku entah kenapa sangat mengusik diriku.
Bukankah aku bukanlah sosok asli dari tubuh ini? Lalu mengapa perasaan bersalah ini menyelimutiku? Mengapa tatapan kecewa dari Aidan sangat mengganggu diriku?
Tanpa sadar aku berjalan hingga menuju ujung kediaman, terbikti dengan adanya dinding dihadapanku ini.
"Hah ada apa dengan diriku?!" tanyaku frustasi pada diri sendiri, tanpa sadar aku meninju dinding itu untuk melampiaskan emosi.
Dug
Dug
Dug
"Mengapa suaranya berbeda?" aku mengetuk dinding itu beberapa kali. Awalnya aku hanya meninjunya karena kesal, tapi aku menyadari kalau suaranya berbeda dari dinding kebanyakan.
"Ah masabodo, aku malas mengeceknya." aku lantas berbalik pergi dan mengacuhkan kemungkinan-kemungkinan yang ada dikepalaku tentang dinding itu.
"Apakah kau tidak ingin membuka pintunya anak muda?"
Belum sepuluh langkah aku akan pergi dari sana sebuah suara tiba tiba terdengar dibelakangku.
Aku berbalik waspada, aku sangat yakin tidak ada siapapun disitu. Lagipula ini jalan buntu.
"Siapa kau?!" aku bersuara agak keras
"Apakah kau akan mengabaikan pintu itu anak muda?"
Sekarang suara malah terasa berdenging dikepalaku.
"Kau?! Keluar dari pikiran ku!" aku berteriak marah kepadanya, sebenarnya siapa dia?!
"Aku yang memerintahkan sebagian besar neraka. Aku juga dikenal sebagai Apollyon kehancuran dan penderitaan." suara itu menyahut tenang.
"Apollyon? Kau, Abaddon iblis terkuat dibawah Lucifer." aku menjawab perkataannya tadi.
"Aku memang cukup terkenal didunia Iblis tapi aku tidak menyangka kalau seorang manusia kecil sepertimu juga mengetahuiku."
"Tunggu! Mengapa aku merasakan aura dari malaikat pembangkang Azazel dan aroma dari Beezelbub?" suara Abaddon terdengar heran
"Mana aku tahu?!" balasku sewot. Aku kesal karna iblis satu ini terus berdenging dikepalaku.
Apakah kalian heran mengapa aku tidak merasa takut? Sejujurnya aku juga tidak tau alasan nya. Tidak ada rasa takut ataupun ngeri dalam diriku ketika berinteraksi dengan salah satu iblis terkuat.
"Tapi ini aneh, sangat aneh!"
"Grrtt berhentilah berdenging dikepalaku! Kau membuatku pusing!" aku menggertakkan gigiku penuh kekesalan kala suara dari Apollyon terus berdenging dikepalaku.
(Kita sebut Abaddon jadi Apollyon aja ok?! Biar namanya lebih keren.)
Dia akhirnya terdiam dan tidak berbicara lagi. Aku melanjutkan langkahku dan menuju kamarku berada.
"Mengapa kau masih berkeliaran disini?" suara yang tiba-tiba terdengar itu mengejutkan ku.
Aku menoleh keasal suara, dan ternyata itu Duke yang sedang berada diarea taman.
"Oh, salam Duke. Saya hanya berjalan-jalan sejenak karna sulit tertidur." aku menjawab santai
"Mau berjalan bersama?" tanya Duke membeei penawaran
Hm? Berjalan bersama? Tapi yah mau bagaimana lagi.
"Dengan senang hati Duke." memang nya aku punya hak untuk menolak?
Kami akhirnya berjalan berdampingan melewati area taman kecil dan halaman depan.
"Kau tau, warna rambut mu itu selalu mengingatkan ku dengan wanita yang menjadi ibumu." kata Duke memecah keheningan.
"........benarkah?" aku tidak tau harus menjawab apa. Karna sosok Achlys yang asli bahkan tidak tau seperti apa rupa ibunya.
Bahkan ibu dari Aidan juga tiada saat Aidan berumur 3 tahun.
"Dia memang wanita yang cantik, siapapun pasti akan mengakuinya. Rambut peraknya yang berkilauan dengan mata berwarna hijau terang dengan gradasi kuning yang unik. Aku memang tidak tau striktur wajah ibumu lebih jelas karna keadaan ku yang mabuk berat saat itu. Pagi harinya pun, dia sudah pergi entah kemana. Setahun kemudian aku mendapatimu didepan gerbang kediaman dengan secarik kertas yang berisikan namamu dan juga kalimat yang mengatakan kalau kau anak ku. Sampai sekarang aku tidak mengetahui identitas dari ibumu, aku sudah mencarinya sedari lama tapi bahkan sosok dengan ciri-ciri sepertinya tidak ku temukan dimanapun." Duke berkata panjang lebar mengenai sosok ibu dari tubuh ini.
"Apakah kau tidak merindukan ibumu?" tanya Duke lagi setelah melihat keterdiamanku.
"........bagimana saya bisa merindukan seseorang yang bahkan tidak pernah saya lihat rupanya?" aku berkata skeptis
Lagi pula dia bukanlah ibuku! Dia ibu dari sosok Achlys yang asli
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Decider {Second Life}
FantasyAchlys Quena Ponoi. Seorang gadis berusia 20 tahun yang harus terjebak pada tubuh gadis yang mempunyai nama yang sama dengan nya dengan umur dan kehidupan yang jauh berbeda darinya. Bagaimana cara Achlys menghadapi kenyataan yang menimpanya. Mampuka...