★Ch26

868 75 0
                                    

Tidak terasa satu bulan sudah berlalu. Besok adalah hari dimana acara perburuan hewan sihir akan dilakasanakan. Perburuan hewan sihir akan diadakan di hutan Artezon, dimana hutan itu adalah dunia para hewan sihir dan juga makhluk-makhluk yang dianggap sebagaia mitos seperti, fairy atau peri, kurcaci, goblin, golem, naga, mermaid atau manusia duyung dan masih banyak makhluk-makhluk fantasi disana. Yah setidaknya itulah informasi yang aku peroleh dari buku yang kubaca diperpustakaan jauh-jauh hari.

Hutan itu berada di pulau yang terpisah dengan wilayah Kerajaan Vanessia hingga membutuhkan untuk berlayar selama 1 hari penuh. Sebenarnya ada cara yang lebih cepat yaitu menggunakan hewan sihir yang dimiliki untuk menyebragi lautan, tapi itu hanya dilakukan oleh beberapa orang yang memang sudah memiliki hewan sihir.

Kerajaan ini sebenarnya tidak sekuno itu, disini bahkan ada alat sihir yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Seperti Handphone yang digunakan untuk menelfon atau mengirim pesan, tapi bedanya tidak ada fitur kamera atau aplikasi-aplikasi seperti di Handphone. Alat sihir itu berbentuk kubus segenggam telapak tangan yang mungil, jadi mudah umtuk dibawa kemana mana

"Hei kutu buku, sudahkah kau mempersiapkan kebutuhanmu untuk esok hari?"

Achlys menoleh sinis kearah Aidan yang mengejutkannya ketika sedang serius membaca buku.

"Dasar pengacau, tidak bisakah kau tidak menggangguku sehari saja!" dengusan sinis Achlys kembali terdengar.

Aidan hanya menggendikkan bahu acuh,"kau harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Kau harus membawa pakaian beberapa buah karena mendapatkan hewan sihir itu tidak mudah, jadi kau membutuhkannya, apalagi perjalanan ini lumayan jauh. Jangan lupa bawa pedang atau busur panahmu sebagai senjata jika nanti ada bahaya yang menyerangmu, kau juga perlu---"

"Aih cerewetnya. Aku tau itu ok! Jangan diperjelas lagi!" Achlys cepat-cepat memotong perkataan Aidan yang panjangnya melebihi rel kereta api

"Ck aku hanya mengingatkanmu, karena kebutuhan wanita itu biasanya lebih banyak dan ribet." Aidan juga sebal sendiri karena perkataannya dipotong seenaknya oleh Achlys

"Itu tidak akan terjadi. Lagi pula aku tidak mau merepotkan diri!" balas Achlys yakin. Membayangkan dirinya kemana-mana membawa barang banyak itu saja sudah membuatnya malas seketika

"Kau tidak perlu membawa barang mu bodoh, kau bisa memasukkannya ke dalam kantong sihir." Aidan menyentil jidat Achlys kala tau apa yang tengah dipikirkan adiknya itu.

Achlys seketika tersadar. Benar juga, kenapa aku malah memikirkan hal merepotkan kala ada barang yang bisa menampung semuanya sekaligus?!
"Tapi tetap saja, aku tidak mau membawa barang terlalu banyak."

"Terserah kau saja, oh iya, aku kesini karena ayah memanggil kita untuk keruangannya." beritahu Aidan

Mengangkat alis sejenak dan berpikir hal apa yang membuat Ayah palsunya itu memanggilnya untuk menghadap.

***

"Ini adalah alat sihir untuk komunikasi, ini akan memudahkanku untuk mebnghubungimu nanti." Duke Adler menyerahkan alat sihir berbentuk kubus kepada Achlys

"Hanya untukku?" bingungnya, pasalnya Duke hanya memberikan alat ini untuknya dan Aidan tidak mendapatkannya.

"Aku sudah memilikinya dari lama." Aidan memamerkan alat sihirnya kearah Achlys dengan tersenyum penuh kemenangan

"Kau sudah memilikinya sedari lama, dan aku baru mendapatkannya!" Achlys tidak terima ini, bagaimana Aidan bisa mendahuluinya mendapatkan alat sihir itu?!

"Hei aku mendapatkannya ketika aku menjalanka tugas kedaerah Yugoslavia apa kau ingat? Lagi pula aku tidak mendapatkan hal ini dengan cuma-cuma." balas Aidan cepat kala menyadari raut sebal Achlys lalu melirik penuh arti kearah Duke yang duduk disofanya sendiri

"Aku baru memberimu alat ini, karena kau belum membutuhkannya saat itu. Lagi pula kau selalu dikediaman, jadi untuk apa kau menyimpannya?"

.....benar juga apa yang dikatakan ayah palsunya itu. Dia memang selalu dikediaman selama ini. Paling hanya keluar kalau dia ingin kepusat komando saja

***

"Nona, ayo bangun, anda harus bersiap-siap sekarang." suara Hera mengusik Achlys yang masih terlelap ditidurnya, cahaya matahari menyilaukan pandangannya, itu karena Hera yang sengaja menyibak gorden jendela untuk membangunkannya.

Achlys menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya secara perlahan. Setelah kesadarannya telah terkumpul sempurna, barulah dia beranjak dari tempat tidurnya.

"Nona akan memakai baju apa hari ini?" tanya Hera

"Siapkan rok pendek yang simpel untukku dan atasan yang panjang."

"Baik nona."

Hera segera melaksanakan tugasnya, sedangkan Achlys langsung menuju bilik mandi dan melaksanakan ritual mandinya.

Penampilannya sudah sempurna, rok pendek diatas lutut berwarna biru tua dengan atasan lengan panjang yang berwarna senada dengannya. Rambutnya dia ikat menjadi satu dengan beberapa anak rambut yang dibiarkan terurai. Sepatu boots yang membalut kakinya hingga mencapai mata kakinya berwarna hitam menambah kesempurnaannya dalam penampilan.

Achlys bahkan menggunakan sebuah anting dengan bandul permata safir lengkap dengan kalungnya. Gelang berwarna perak yang selalu melekat dipergelangannya, dan cincin yang melingkar dijari tengahnya dengan permata biru safir yang berkilauan

"Woah, akhirnya kau berdandan selayaknya gadis-gadis diluaran sana!" Aidan berkata dengan hebohnya setelah Achlys tiba dihalaman

"Mengapa kau berdandan heboh seperti itu? Kau terlihat jelek!" berbeda dengan suara Aidan yang heboh dan antusias, Duke justru menyambutnya dengan perkataan ketus. Dia bahkan masih sempat menilai penampilannya yang katanya jelek. Padahal Achlys sendiri juga yakin kalau itu hanya akal-akalan Duke saja

"Jangan seperti itu ayah, aku tau kalau ayah juga memuji penampilan Achlys dalam hati." Aidan menampilkan senyum mengejeknya pada ayah tsundare nya itu. Dia tau kalau ayahnya itu hanya tidak rela kalau anaknya keluar dengan penampilan yang mempesona mata pria sedangkan dirinya tidak bisa berdiri disamping anaknya.

"Jagalah adikmu, jangan lengah!" peringat Duke

"Tentu ayah." balas Aidan tegas. Dua lelaki itu saling melemparkan tatapan penuh arti, sedangkan Achlys hanya berdiri diam menatap malas mereka berdua, dia tau apa arti tatapan itu.

TBC

Aku balik lagi nih guys!

Ada yang ngga sabar nungguin Achlys dapet hewan sihir?

Sabar yah guys, karena aku suka bingung kalau lagi ngetik bagian sihir-menyihir😸

Jangan lupa vote nya!

See you next part para readers kuuhh😘

The Decider {Second Life}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang