Radiation

110 14 2
                                    

Suasana yang mencekam di setiap wkatu itu membuat semua orang-orang takut bahkan sesekali suara tembakan terdengar oleh telinga-telinga mereka yang berusaha untuk berlindung dari kehancuran yang sedang melanda mereka semua di tempat mereka tumbuh dan berkembang, suara tangisan selalu menemani Chanhee di pagi harinya dalam sebuah ruangan besar yang dilindungin dengan pengamanan penuh.

Sesekali suara teriakan dan tangisan itu sama sekali tak terdengar bahkan suara tembakan dan perkelahian di luar sana sama sekali tak menarik bagi Chanhee yang harus hdiup dalam kesengsaraan itu, langit yang diselimuti dengan asap tebal tak lagi membuat Chanhee takut bahkan jika hari ini adalah yang terakhir ia tak akan takut.

Kaki kecilnya tanpa alas melangkah keluar dimana orang tuanya dijatuhkan dan diambil dari Chanhee selamanya, Chanhee yang sudah tak menggunakan pakaian yang layak dihampiri oleh seorang tentara dengan pakaian lengkapnya walaupun sudah tak terlihat bersih lagi.

"Sayang ... kenapa diluar?" Chanhee mendongakkan pandangannya, melihat sosok tampan dengan balutan pakaian tentaranya sedang tersenyum manis padanya di terik matahari yang menyengat namun Chanhee tak perlu merasakan betapa panasnya itu ketika sang kekasih menghalanginya dengan penuh cinta.

Chanhee hanya terdiam dan melanjutkan gambarannya di pasir panas tempat matahari sedang bersinar panas, jari jemari yang semakin terlihat memerah itu tak menghilangkan niat Chanhee untuk menggambarkan sebuah keluarga yang bahagia.

"Hyunjae ... ini Hyunjae sama aku." Hyunjae tersenyum manis sebelum ikut jongkok di hadapan sang kekasih lalu mencubit pipi Chanhee gemas, usakan lemah lembut tak lupa Hyunjae berikan pada Chanheenya untuk mengapresiasikan kasih sayangnya.

Mereka hanya saling menatap sebelum akhirnya Hyunjae harus ditarik oleh salah satu anggotanya untuk menjaga wilayah lagi sebelum penyerangan lain datang namun mata Chanhee dapat melihat bahwa gantungan yang dia berikan pada Hyunjae terbang dan jatuh ke pasir.

Chanhee memang penakut bahkan ia tak berani keluar jika Hyunjae tak ada namun dibandingkan kehilanngan nyawanya Chanhee lebih takut jika Hyunjae akan melupakannya dan pergi seperti ke dua orang tuanya, Chanhee melangkahkan kakinya keluar untuk mengambil gantungan yang sudah tertelan pasir itu.

Tangan kecilnya terus menggali hingga akhirnya menemukan gantungan kecil yang penuh kenangan itu, senyuman yang begitu manis dapat terukir pada wajah penuh cemong itu, "Siapa kamu?" hingga suara orang tak dikenal terdengar dari arah belakangnya.

Chanhee berdiri dari posisinya menghadap ke pada orang yang berbicara padanya, matanya terkunci ketika ia sadar bahwa dirinya sudah keluar dari perbatasan yang seharusnya tak ia lewati, Chanhee ingin berbicara namun dirinya tak terlalu pandai berbicara apalagi ketika bertemu dengan orang baru dan menyeramkan seperti saat ini hingga dirinya harus tertangkap dan di bawa ke suatu tempat.

Sedangkan Hyunjae di lokasinya sadar bahwa gantungan pemberian Chanhee tak berada di sakunya lagi, ia menghela nafasnya sebelum berlari ke tempat ia berjalan sebelumnya namun tak menemukan satupun gantungan melainkan gelang yang selalu dipakai Chanhee tertangkap oleh matanya.

"Chanhee, ga mungkin keluar dari poskonya kan." Hyunjae kembali mendatangi tempat dengan ribuan orang berkumpul dan mulai mencari keberadaan Chanhee diantara mereka semua namun sia-sia, Chanhee tak ada di tempatnya membuat Hyunjae khawatir jika Chanhee sudah diculik oleh lawannya.

Chanhee yang sudah dibawa ke tempat baru langsung dihadapkan dengan berbagai pertanyaan yang bahkan dirinya saja tak tahu menahu, "Siapa yang menyuruhmu ke wilayah kami?" Chanhee hanya menggeleng tanpa menjawab dengan sepatah katapun bahkan hampir di tampar oleh orang-orang yang berada di sana.

"Apakah sudah dari lama kau tak dapat berbicara." Chanhee mengangguk sebagai jawaban.

"Kembalikan dia, ke tempat kalian menemukannya." Chanhee kembali diangkat dan digeret keluar ruangan, kembali matanya melihat keadaan luar yang sudah menggelap, bulan yang begitu indah terpancar bahkan bintang-bintang juga bergerak menemani bulan yang kesepian.

Chanhee kembali dibiarkan sendiri di tempat ia di temukan sebelumnya, semua orang yang menyeramkan itu sudah kembali ke tempatnya lagi untuk istirahat, mata kecil Chanhee dapat menangkap sosok Hyunjae yang kebingungan berada jauh dari pandangannya.

Chanhee yang di lingkari kesenangan karena kembali bertemu sang kekasih langsung berlari tanpa mengerti keadaan yang sedang terjadi, tanpa peduli sebenarnya apa yang terjadi pada dunia ini, "KAK HYUNJAEEEE...." Teriakan melengking dari Chanhee disambut baik oleh indra pendengaran Hyunjae namun matanya membulat besar dan berusaha untuk langsung berlari ke arah Chanhee ketika sebuah bom nuklir dilemparkan ke arah Chanhee di belakangnya.

'Darrrr' bom nuklir itu meledak di samping sang kekasih, hati Hyunjae berasa hancur namun ia tetap tak berhenti berlari untuk menangkap tubuh Chanhee yang terkena radiasi itu, Hyunjae dengan kepanikannya langsung mengangkat tubuh Chanhee yang terjatuh lemah, "Kak, aku ga bisa liat kakak dengan jelas," ucap Chanhee dengan terbata-bata layaknya anak kecil yang baru saja lancar berbicara.

"Chanhee, tahan yaa ... kakak punya obatnya kok jadi jangan tidur dulu." Chanhee mengangguk dan tersenyum manis lalu segera lah Hyunjae mengangkat tubuh kecil itu ke posko obat-obatan yang sudah tersedia segalanya.

"Chanhee, kakak ga takut sama kematian kakak tapi kakak lebih takut kehilangan kamu." Sebuah kekehan hanya sebuah kekehan yang Hyunjae dengar sebelum helaan nafas dan berhentinya jantung Chanhee dirasakan oleh Hyunjae dalam gendongannya tepat sebelum mereka berdua tiba di posko obat-obatan.

Tangisan tak dapat keluar dari Hyunjae namun tubuhnya menandakan bahwa ini kesedihan yang ia dapat dari peperangan yang masih berlangsung ini, tubuhnya jatuh sembari memeluk tubuh Chanhee yang sudah tidak mengeluarkan hawa panasnya lagi, tubuhnya sudah sedingin es yang membeku di dalam kulkas.

"Bukankah akan lebih sulit buat dirinya jika engkau yang ada di posisinya?" Hyunjae angkat kepala keterpurukkannya ketika mendengar ucapan komandannya, "Dia tak akan mampu terus bertahan hidup jika kau sudah tak ada lagi, Hyunjae." Komandan Hyunjae pernah merasakan hal yang sama itu lah kenapa ia dapat berani memberikan ucapan-ucapan penenang yang mengharuskan seorang tentara melepaskan bayangan kasihnya.

"Istirahatkan tubuhnya disamping ke dua orang tuanya." Komandan Hyunjae pun kembali bekerja menggantikan tugas Hyunjae yang seharusnya mengawasi keadaan di malam itu.

Hyunjae berjalan dengan rasa sedihnya menuju sebuah tempat yang dipenuhi kuburan, ia melangkah dan terus melirik nama-nama dari kuburan itu hingga menemukan nama ke dua orang tua Chanhee, "Akan aku kembalikan dirimu pada ke dua orang tua mu, Chanhee." Hyunjae menaruh Chanhee perlahan ke atas pasir sebelum menggalikan lubang tempat peristirahatan terakhir Chanhee setelahnya ia masukkan tubuh Chanhee dengan balutan kain rapih dan indahnya bahkan tak lupa ia rapihkan helaian poni rambut yang berantakan itu.

"Tidurlah yang tenang, kasihku."

Hope you enjoy guys, i hope you all have a good day for today, i love youuu<3

His Stories || Chanhee x The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang