Loving You Is My Choice

43 3 0
                                    

Di malam hari yang disinari terangnya bulan purnama, seorang lelaki mungil bernama Chanhee berparas imut nan indah melewati jalan kecil yang dianggap menakutkan jika sudah memasuki jam tengah malam menurut para warga sekitar.

Namun Chanhee tak memiliki pilihan lain untuk berjalan menuju tempat tinggalnya, jika ia memilih jalan lainnya maka Chanhee akan menghabiskan banyak waktu dibanding melewati jalan kecil yang menakutkan ini.

"Malam ini dingin," gumam Chanhee lalu mengeratkan jaket yang ia gunakan pada tubuhnya.

"Indah, menakutkan darimananya?" pikir Chanhee saat melihat sekeliling jalan kecil tersebut yang ternyata memiliki lampu-lampu indah di sepanjang jalannya.

Namun dari ujung jalan kecil tersebut, Chanhee dapat mendengar sebuah suara teriakan orang yang seperti menahan rasa sakit.

Malam yang awalnya hanya dihiasi suara jangkrik dan angin sejuk kini bercampur dengan suara teriakan yang terdengar sangat tersiksa di sepanjang jalan kecil tersebut.

Chanhee benar-benar ingin berlari saat itu.

Takut.

Jika itu bukanlah tanda bagus untuk dirinya, namun rasa penasaran dalam diri Chanhee begitu besar bahkan bumi pun akan dia kelilingi jika sudah penasaran.

'gasp' kaget Chanhee saat melihat darah merah berceceran di bawah kakinya berpijak,

Di hadapannya sudah berdiri seseorang dengan pakaian yang serba hitam sembari menghunuskan pedangnya pada tubuh seorang kakek tua.

Chanhee tak bisa kabur. Sungguh tak bisa.

Dia terdiam cukup lama saat melihat kejadian pembunuhan di depan matanya..

Sang pembunuh yang sadar mulai mendekati Chanhee dengan senyuman menakutkannya ia angkat pedang yang sudah terlumuri oleh darah setinggi mungkin untuk menusuk Chanhee.

"To....tolong jangan bunuh gue," ucap Chanhee penuh kepasrahan yang diselangi oleh isakan tangis.

"Apa untungnya gue? Lo akan melaporkan pada polisi jika gue biarin tetap hidup," ucap sang pembunuh dengan deep voice nya.

"Lo bisa jadiin gue apapun yang lo mau, asal gue tetap hidup," ucap Chanhee dengan posisinya yang sudah terduduk lemah dan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Baiklah."

.

.

.

Malam itu, Chanhee tak dibiarkan pulang oleh sang pembunuh melainkan dibawa masuk ke tempat tinggal sang pembunuh, suasananya sedikit menakutkan namun semua barangnya tertata rapih tak seperti yang Chanhee bayangkan, sebuah ruangan gelap penuh sampah berserakan seperti film-film.

Chanhee melangkah masuk ke dalam ruangan sepetak yang jauh dari perkotaan mengikuti langkah sang pembunuh.

Nyaman. Namun penghuninya begitu menyeramkan.

Menyesal. Chanhee sangat menyesal memilih jalan yang sudah diwaspadai oleh warga sekitar.

Suara air yang begitu nyaring terdengar dari ruangan kecil yang sudah pasti sang pembunuh sedang membersihkan diri dari darah korban sebelumnya sehingga Chanhee mencoba untuk kabur melalui jendela yang tak terkunci.

"Ngapain di jendela gitu?" tanya sang pembunuh saat Chanhee sudah mempersiapkan diri untuk lompat keluar melalui jendela.

"Mau liat pemandangan doang," ucap Chanhee beralasan lalu perlahan membalikkan badannya.

Chanhee menatap tanpa berkedip saat melihat sosok sang pembunuh yang berada di hadapannya.

Mengerikan?

His Stories || Chanhee x The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang