|Sikap lembut|

55.6K 3.7K 41
                                    

Setelah selesai ber teleponan dengan Zidan, cowok tampan itu segera masuk kedalam Apartemen nya tidak lupa ia mengunci nya. Jenjang kakinya melangkah menuju sofa diruang tamu. Ia ingin beristirahat dulu sebentar disini. Menyandarkan kepalanya di kepala sofa, cowok itu mendongak menatap langit-langit ruang tamu.

Ia menghela napas lelahnya. “Kenapa si Alga bangsat bisa tahu kalo gue udah nikah,” ucap cowok itu pelan. Ia memikirkan bagaimana bisa Alga, musuhnya mengetahui jika ia sudah menikah. Padahal ia sudah tutup rapat-rapat tentang pernikahan nya. Memikirkan itu membuat Arthur memijat pelipisnya.

Ck, gue cari tahu nanti aja,” ucap Arthur menghela napasnya. Ia yang duduk di sofa beranjak menuju kamarnya.

Namun saat melewati kamar Alaya membuat langkah nya terhenti. Ia menatap pintu kamar gadis itu tertutup dengan rapat.

Cowok itu melupakan sesuatu, apa yang sudah dikatakan gadis sialan itu kepada Alaya?

Arthur menghembuskan napasnya kasar. Berdiri di depan pintu itu. Ia mengetuk pintu kamar Alaya beberapa kali, tapi tidak ada tanda-tanda gadis itu membuka nya.

Hingga ketukan kelima baru lah gadis itu membuka nya.

Dapat Arthur lihat, bahwa gadis itu sepertinya sesudah menangis?

Sial, pasti ini semua karena bitch itu.

Alaya yang baru saja membuka pintu tidak berani menatap wajah Arthur.
“Kenapa?” tanyanya dengan suara serak.

Ia benci ketika menatap Arthur. Entahlah ia merasa benci sangat-sangat benci kepada cowok itu. Ingin rasanya ia menghilang dan pergi sejauh mungkin dari kehidupan cowok itu. Namun, ia teringat masih ada orangtuanya dan mertuanya yang ingin anak-anaknya hidup bahagia.

Arthur menunduk menatap wajah sembab Alaya. “Lo nangis?” tanya cowok itu dibalas gelengan Alaya.

Ingin sekali Alaya berteriak tepat di wajah itu dan mengatakan bahwa, IYA GUE NANGIS, DAN INI SEMUA SALAH LO!

Arthur tidak percaya, cowok itu mengangkat dagu milik Alaya dengn tangannya hingga wajah Alaya tepat berada di depan wajah Arthur. “Mata lo merah,” ucap cowok itu dengan suara yang datar.

Alaya terkesiap saat bertatapan dengan mata tajam itu. Segera ia menepis tangan Arthur dari dagu nya. “Kelilipan doang,” jawabnya.

Ia ingin mengakhiri percakapan ini segera mungkin. Ingin rasanya ia menangis saat menatap mata itu.

Arthur berdecih, terlihat sekali bahwa gadis itu memang menangis. Tapi, enggan mengakuinya. “Gak sampe bikin mata lo bengkak.”

Decakan dari bibir Alaya terdengar, gadis itu menghela napasnya pasrah. “Huftt terserah, gue mau tidur,” ucapnya seraya ingin berbalik badan untuk kembali masuk kedalam kamarnya.

Tapi seseorang menahan lengannya membuat ia berhenti. Dengan malas, Alaya membalikkan badannya menghadap Arthur lagi. Ia menatap cowok itu dengan malasnya. “Apa lagi? Gue mau tidur Arthur.”

“Apa yang dibilang cewek tadi?” ucap Arthur dengan nada datar dan dingin nya.

Alaya terdiam, haruskah ia memberitahu kan nya kepada cowok itu? Namun, entah kenapa sulit rasanya ia mengatakannya. “Enggak ada,” jawab Alaya seraya menggeleng.

“Gak usah bohong.”

“Gue gak bohong, udah ya? Gue mau tidur, besok sekolah.”

Arthur mengetatkan rahangnya saat gadis itu tidak ingin menjawab pertanyaan nya dengan jujur. “Alaya,” panggil Arthur dengan nada dingin nya dan tatapan menusuk itu.

ARTHUR• [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang